Minggu, 09 Juli 2023

  • Jurnal Karya 2023 "Makalah" #1

     MAKALAH 

    MANUSIA DAN AGAMA 

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu: Drs. Imam Suyanto, M.Pd. 

    Disusun oleh: 

    Nama : Adinda Laila Roamadlona 

    NIM : K7121005 

    Kelas / No : 2A / 1 

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 

    2022



    KATA PENGANTAR 

    Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah dengan judul “Manusia dan Agama” ini dapat tersusun  hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas  bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik  materi maupun pikirannya. 

    Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata  kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan  agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. 

    Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena  itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca  demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi  para pembaca. 

    Kebumen, 18 April 2022 

    Adinda Laila Romadlona

    ii 

    DAFTAR ISI 

    JUDUL .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR........................................................................................... ii DAFTAR ISI......................................................................................................... iii BAB 1 ......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2 

    BAB II .....................................................................................................................3 PEMBAHASAN .....................................................................................................3 A. Pengertian Manusia dan Agama................................................................... 3 B. Hubungan Manusia dengan Agama ............................................................. 6 C. Manusia Berkaitan Erat dengan Agama..................................................... 12 D. Tugas Manusia Sebagai Khalifatul Fil’ard ................................................ 15 BAB III..................................................................................................................18 PENUTUP.............................................................................................................18 A. Kesimpulan ................................................................................................ 18 B. Saran........................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

    iii 

    BAB 1 

    PENDAHULUAN 

    A. Latar Belakang 

    Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang lemah  meskipun manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna. Manusia  makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,seperti yang difirmankan Allah di dalam Al Qur’an Surat At Tiin ayat 4: 

    مِوْي ْح َس ِن تَقْْيْٓ اَْن َسا َن فِْْلِنَا الَقَدْ َخلَقْ 

    ”Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya”. 

    Dunia mulai berkembang dan teknologi semakin maju dengan begitu  manusia menjadi semakin lupa siapa dirinya, untuk apa dirinya dilahirkan,  kemana akhir kehidupannya. Manusia dengan segala yang dimilikinya di  dunia menjadi lupa dengan Tuhan dan merasa angkuh. Pikiran dan perilaku  manusia tidak mudah dikendalikan sehingga sering merasa bebas dan tak  terkontrol. Kelemahaan manusia ini menjadikan manusia membutuhkan arahan dalam kehidupan. 

    Agama merupakan aspek yang paling penting dalam kehidupan . Kehidupan manusia tidak hanya mengenai urusan dunia namun juga urusan  akhirat. Agama menjadi sarana manusia mendekat kepada Tuhan. Sudah  menjadi kodrat manusia sebagai ciptaan-Nya. Dengan agama manusia  mendapat perlindungan dan pentunjuk jalan hidup. Manusia pasti akan  dituntut untuk mengatur dan bertanggung jawab atas apapun dalam  kehidupannya. Agama akan menjadikan manusia pemimpin yang baik bagi  dirinya maupun orang lain.

    Maka dari itu, agama sangat berkaitan erat dengan manusia.  Manusia diharapkan dapat memperkuat keimanannya sehingga menjadi  manusia beragama seutuhnya dan kehidupannya terarah. Sebagai khalifatul  fil’ard manusia memang harus menggantungkan hidupnya pada agama.  

    B. Rumusan Masalah 

    1. Apa pengertian manusia dan agama? 

    2. Bagaimana hubungan manusia dengan agama? 

    3. Mengapa manusia berkaitan erat dengan agama? 

    4. Bagiamana tugas manusia sebagai khalifatul fil’ard? 

    C. Tujuan Penulisan 

    1. Mengetahui pengertian manusia dan agama. 

    2. Mengetahui hubungan manusia dengan agama. 

    3. Mengetahui alasan manusia berkaitan erat dengan agama.  4. Mengetahui tugas manusia sebagai khalifatul fil’ard.

    BAB II 

    PEMBAHASAN 

    A. Pengertian Manusia dan Agama 

    1. Manusia 

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manusia adalah manusia,  manusia, atau makhluk berakal yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan  makhluk hidup lainnya. Menurut filosof Islam dan Sufi, fitrah manusia adalah jiwa  pemikiran (nafs insaniyah), tetapi cara manusia mencapai kesempurnaan berbeda.  Bagi para filosof, integritas manusia dicapai melalui ilmu akal (ma'rifat aqliyah),  tetapi bagi para sufi dicapai melalui ilmu akal (ma'rifat qalbiyah). Pikiran dan hati  adalah kekuatan ruh (Nurmadiah, 2019). 

    Menurut Siswanto (dalam Arif, 2015), manusia adalah ciptaan Tuhan bukan  karena kebetulan. Orang dideskripsikan dengan banyak atribut yang berbeda; dari  makhluk terbaik dan mulia, cerdas dan kreatif, hingga yang lemah tapi sombong,  riang dan bodoh pada saat bersamaan. Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (2012),  Islam berpandangan bahwa fitrah manusia adalah penghubung antara tubuh dan  pikiran. Tubuh dan pikiran adalah substansi yang otonom dan tidak bergantung  pada orang lain. Islam dengan jelas menyatakan bahwa kedua zat tersebut adalah  zat alam yang alamnya adalah organisme. Jadi keduanya diciptakan oleh Allah Swt,  firman-Nya:  

    قنَا( ث فَ َخلَ َْعلَقَةًْطفَةَٱلنُّ 

     ن) ر َّمِكيَرافِى قَْطفَةًهُ نَُٰنََّْم َجعَلُ 

     ن) ة ِ من ِطيلَََٰن ِمن ُسلَْْلِن َسَٰنَا ٱَو ٢١ لَقَدْ َخلَقْ 

    قنَا( ث ٢١ َّم َخلَ ُْ 

    َءا َخ َرۚ فَتَاقًْهُ َخلَٰنَْن َشأََّم أْح ًما ثُلََمِع َظًَْٰما فَ َك َسْونَا ٱلِع َظَُٰم ْضغَةَْنَا ٱلفَ َخلَقُْم ْضغَةًعَلَقَةَٱل ِلِقي َن) ْ َخ َْْٰح َس ُن ٱلَهُ أََّبَا ٢١( َر ََ ٱلل 

    Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari tanah,  kemudian Kami mengubahnya menjadi air mani (yang disimpan) di suatu tempat  (rahim). Kemudian Kami ubah benih itu menjadi segumpal darah, kemudian Kami  ubah segumpal itu menjadi segumpal daging, dan segumpal itu Kami ubah menjadi 

    tulang, dan Kami tutupi tulang itu dengan daging. Lalu kita jadikan dia makhluk  lain. Maka pujilah Tuhan, Pencipta Terbaik. (QS.AlMukminun ayat 121 ). 

    Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah paling sempurna yang memiliki akal dan ruh. Selain itu, manusia mempunyai sifat kreatif,  sombong dan lemah. Kesempurnaan manusia tidak luput dari kekurangan yang ada  seperti kecerobohan dan kelemahan. 

    Manusia adalah makhluk yang paling membingungkan, bahkan bagi diri  mereka sendiri. Manusia tidak dapat diprediksi tetapi rasional. Manusia secara fisik  sama baiknya dengan makhluk hidup lainnya. Ada juga alasan mengapa manusia  bisa menciptakan keajaiban yang secara fisik mustahil. Orang-orang melakukan  hal-hal menakjubkan dengan mesin yang mereka buat. Dengan cara ini, manusia  rasional dan emosional, sehingga mereka lebih seperti binatang daripada binatang.  (Nurmadiah, 2019). 

    Manusia adalah makhluk biologis yang memiliki kemampuan untuk  bereproduksi. Ada masa dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa  dewasa, hingga masa tua. Manusia membutuhkan makanan untuk tumbuh. Manusia  membutuhkan pasangan hidup untuk terus bereproduksi. Pada akhirnya, manusia  akan mati seperti organisme biologis pada umumnya. 

    Manusia juga makhluk sosial. Makhluk sosial dimulai sebagai pasangan  pria dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, saling  mengenal.seperti dalam firman-Nya:  

    َر فُوا َۚو قََبَائِ َل لِتَعَانَاكُمْ شُعُوبًاَْٰى َو َجعَلنْثَُ ر َو أنَاكُمْ ِم ْن ذَكَِنَّا َخلَقْيُّهَا النَّا ُس إَيَا أ ِي ٌرَخَبهَ عَلِيمٌََّّن اللِتْقَاكُمْ ۚ إَهِ أََّر َمكُمْ ِعنْدَ اللكََّْن أِإ 

    Artinya: “Hai Manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku yang saling mengenal  satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia dengan izin Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (QS, Al- Hujurot: 13).

    2. Agama 

    Pengertian agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah  ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan dan ibadah kepada Tuhan Yang  Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia beserta  lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang  mempunyai arti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah  religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare  yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat  dirinya kepada Tuhan. 

    Hakikat agama adalah kemampuan manusia untuk membedakan yang baik  dan yang jahat (Koentjaraningrat, dikutip dalam Wardoyo, 2014). Menurut Mukti  Ali, mantan Menteri Agama, agama ini adalah kepercayaan akan adanya Tuhan  Yang Maha Esa dan hukum-hukum yang diturunkan kepada para utusannya untuk  kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat (Manytar, dikutip dalam Rakhmat, 2013). Sedangkan agama menurut James Martineu (dalam Rakhmat, 2013) adalah  kepercayaan kepada Tuhan yang selalu ada, yaitu pada kehendak ilahi yang  mengatur alam semesta dan memiliki hubungan moral dengan manusia. Dapat  disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan atau doktrin yang mengatur  hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dan lingkungannya  sehingga dapat membedakan yang baik dan yang jahat.  

    Agama di Indonesia dan dunia ada berbagai macam, diantaranya Islam,  Kristen, Budha, Hindu, Katolik dan masih banyak lagi. Di Indonesia mayoritas  masyarakatnya memeluk agama Islam. Islam di Idonesia sangat besar bahkan  banyak sekolahan berbasis agama Islam pada sekolah umum maupun dengan model  pondok pesantren. Adanya berbagai agama manusia di tuntut untuk toleransi antar  agama agar dapat hidup rukun.  

    Agama hadir dengan berbagai macam unsur dan budaya. Salah satunya pada  agama Islam ada ibadah wajib sholat yang mana itu wajib dilaksanakan setiap  muslim. Tidak hanya sholat namun juga ada puasa ramadhan yang wajib 

    dilaksanakan oleh setiap muslim di Bulan Ramadhan. Di agama Kristen ada  kegiatan ibadah setiap minggu dan di hindu ada ngaben. 

    Terdapat unsur- unsur penting dalam agama menurut Harun Nasution  (1985) antara lain:  

    1) Kekuatan gaib, orang merasa lemah dan menginginkan kekuatan gaib ini  sebagai tempat untuk meminta pertolongan. Jadi orang merasa perlu untuk  memiliki hubungan yang baik dengan kekuatan gaib ini. Hubungan baik ini  dapat dibangun dengan mengikuti apa yang harus dan tidak boleh dilakukan  oleh kekuatan gaib. 

    2) Manusia percaya bahwa kebahagiaannya di dunia ini dan kehidupannya di  masa depan tergantung pada hubungan yang baik dengan kekuatan magis yang  bersangkutan. Ketika hubungan baik ini hilang, kesejahteraan dan kebahagiaan  yang Anda cari juga akan hilang. 

    3) Respons emosional manusia. Reaksi tersebut dapat berupa perasaan takut,  seperti dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti dalam agama agama monoteistik. Selanjutnya, jawabannya adalah apakah bentuk pemujaan  yang terdapat pada agama-agama primitif atau pemujaan yang terdapat pada  agama-agama monoteistik. Selain itu, respons untuk menerapkan bentuk  kehidupan tertentu bagi orang-orang yang tertarik. 

    4) Memahami adanya yang suci (sakral) dan yang ilahiah, berupa kesaktian, dalam  bentuk kitab yang memuat ajaran agama yang bersangkutan, dan berupa tempat tempat tertentu. 

    B. Hubungan Manusia dengan Agama 

    Dalam agama Islam manusia diciptakan untuk beribadah. Tujuan hidup  seorang muslim adalah beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itu, manusia hidup  di dunia dengan tujuan tersebut dan sebagai seorang yang beragama menurut  Nurmadiah (2019) harus memiliki kesadaran diantaranya: 

    1. Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai makhluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai makhluk  utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi dan mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi.sesuai  dengan firman Allah: 

    نَا تَ ْف ِضْي ًل ر ِ مَّم ْن َخلَقَْٰى َكثِ ْيُهْم َعلنََّْٰضلََٰب ِت َوفََِّطي ُهْم ِ م َن النََٰبَ ْحِر َو َر َزقَْْبَ رِ َوالُْهْم فِى النََْٰ َو َح َملدَمَْٰٓيْ اَولَقَدْ َكَّر ْمنَا َبنِ 

    Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam dan Kami  angkat mereka itu melalui daratan dan lautan serta Kami beri mereka rezeki  dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan mahluk yang  kami ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70) 

    2. Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya Islam mengajarkan perasamaan 

    ْر َح ُمو َنُكْم تَُّهَ لَعَلََّواتَّقُوا اللَخَوْي ُكْمَْصِل ُحوا بَ ْي َن أَْخَوةٌ فَأُِمْؤ ِمنُو َن إَْما الِنَّإ 

    Artinya: “Sesungguhnya semua orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S.Al  Hujarat: 10) 

    3. Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang berketuhanan, memiliki sikap dan watak religius yang perlu dikembangkan. Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena merupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah sesauai dengan firman Allah: 

    َٰى ُك ِل َش ْى ء َو ِكي ٌلَو ُهَو َعلَِل ُق ُك ِل َش ْى ء فَٱ ْعَبُدُوهُۚ َخ ََّْٰل ُهَوِهَ إَٰلَِ ََل إَربُّ ُكْمهَُِّل ُكُم ٱللَٰذَ 

    Artinya:“(Yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada  Tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah  pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan  mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha  Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102)

    Untuk menjalankan tujuan-tujuan tersebut agama Islam mengajarkan 3 hal yang  merupakan dasar dari agama menurut Nurmadiah (2019), yaitu: 

    1. Aqidah 

    Beberapa ulama Islam juga menafsirkan tentang aqidah. Hasan al- Banna  dalam Majmu’ ar-Rasaail menafsirkan bahwa: “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah)  adalah beberapa perkara yang wajib diyakini dalam hati, mendatangkan  ketentraman jiwa dan tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.” 

    Abu Bakar Al-jazairi dalam kitab Aqidah Al-Mukmin menafsirkan bahwa: “Aqidah merupakan sejumlah kebenarannya yang dapat diterima secaramudah oleh  manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu  dipatrikan dalam hati dan ditolak segala yang bertentangan dengan kebenaran itu.” Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka aqiadah merupakan keyakinan  dalam hati yang benar-benar mantab dan tidak akan goyah walaupun banyak hal  yang berusaha menentang hal tersebut. Aqidah atau sistem aqidah merupakan  sistem keyakinan yang sering disebut rukun iman yaitu:  

    a. Iman kepada Allah 

    b. Iman kepada malaikat  

    c. Iman kepada kitab-kitab Allah 

    d. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah 

    e. Iman kepada Hari Kiamat  

    f. Iman kepada Qada dan Qadar  

    Aqidah merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki setiap mukmin dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Keyakinan tersebut membuat mukmin makin mudah menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-harinya 

    2. Syariat 

    Syari’at bisa disebut syir’ah. Artinya secara bahasa adalah sumber air  mengalir yang didatangi manusia atau binatang untuk minum. Perkataan “syara’a  fiil maa’i” artinya datang ke sumber air mengalir atau datang pada syari’ah.

    Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah yang  diturunkan untuk manusia. Kata “syara’a” berarti memakai syari’at. Juga kata  “syara’a” atau“istara’a” berarti membentuk syari’at atau hukum. Dalam hal ini  Allah berfirman, 

    يْهِ فَا ْحكُمَْو مُهَيْ ِمنًا عَلَِكتَابَِْما بَيْ َن يَدَيْهِ ِم َن الا لَِح قِ ُمصَدِ قًِْالِكتَا َب بْيْ َك اللَِنَا إْنْ َز لََو أ نَا ِمنْكُمْ ِش ْرعَةًْۚ لِكُ ل َجعَلَح قََِْ ِم َن الَجاءََو اءَ هُمْ عَ َّماَهِْ ْع أهُ َو َْل تَتََّبَّنْ َز َل اللَِ َما أبَيْنَهُمْ ب ِقُواَو كُمْ فِي َما آتَاكُمْ فَاسْتََبُِك ْن لِيََبْلََٰو لََو ا ِحدَةًَّمةًَُجعَلَكُمْ أهُ لََّاللْو شَاءََو لََو ِمنْهَا ًجا ۚ ِ َما كُنْتُمْ فِيهِ تَ ْختَلِفُو َنِئُكُمْ بَم ْر ِجعُكُمْ َج ِميعًا فَيُنََب هَِّلَى اللَِر ا ِت ۚ إَخيْْال 

    Artinya:“ Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Quran dengan membawa  kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan  sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah  perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti  hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.  Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.  Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi  Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu  diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” [QS. Al 

    Maidah (5): 48] 

    Sedangkan makna Syariah dalam istilah ini adalah “maa anzalahullahu  li‘ibaadihi minal ahkaami‘ alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min  dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil  mustaqiimi”. Dengan kata lain, hukum (aturan) yang diturunkan oleh Allah swt.  oleh para utusan-Nya yang mulia, kepada umat manusia, agar mereka keluar dari  kegelapan menuju cahaya dan dibimbing ke jalan yang benar. 

    Jika kata “Islam” ditambahkan setelahnya, sehingga menjadi kalimat  Syariat Islam (asysyari'atul islaamiyatu), maka istilah pembentukan ini berarti,  “maaanzalahullahu li 'ibaadihi minal ahkaami' alaa lisaani sayyidinaa  muhammadin'alaihi afdhalush shalaati adalah salaami sawaaun akaana bil qurani 

    am bisunnati rasuulillahi min qaulin au fi'lin au taqriirin.” Dengan kata lain, hukum  Islam adalah hukum peraturan perundang-undangan) yang diturunkan oleh Allah  swt. bagi umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW baik berupa Al-Qur'an  maupun As-Sunnah Nabi berupa perkataan, perbuatan dan keputusan atau  penegasan (Nurmadiah, 2019). 

    Adapun pembagian Syari’at Islam. Hukum yang diturunkan melalui Nabi  Muhammad SAW untuk segenap manusia dibagi menjadi tiga bagian menurut  Nurmadiah (2019), yaitu: 

    Ilmu tauhid, yaitu hukum-hukum atau peraturan-peraturan tentang landasan  keyakinan agama Islam, tidak dapat dipertanyakan lagi dan harus benar-benar  menjadi keimanan kita. Misalnya ketentuan tentang Sifat dan Sifat Allah swt. harus  iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab 

    kitab dan iman-Nya pada hari akhir, termasuk suka dan duka, serta iman pada qadar  kebaikan dan kejahatan. 

    Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu Aqidah atau ilmu Kalam. Ilmu etika,  khususnya, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pendidikan dan  kesempurnaan jiwa. Misalnya, semua peraturan yang dimaksudkan untuk  melindungi kebajikan dan mencegah kejahatan, seperti kita harus berbuat baik,  harus menepati janji, amanah, dan dilarang berbohong dan berkhianat. 

    Ilmu Fiqih, yaitu aturan-aturan yang mengatur hubungan antara manusia  dengan Tuhan dan hubungan antara manusia. Ilmu Fiqh terdiri dari dua bagian:  pertama, ibadah, yang menjelaskan hukum-hukum hubungan manusia dengan  Tuhan. Dan ibadah tidak ada nilainya (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat.  Contoh ibadah antara lain shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, adalah  penjelasan tentang hubungan hukum antar manusia. Ilmu Fiqih bisa juga disebut  Qanun (hukum).

    10 

    3. Akhlak 

    Moralitas dalam istilah berarti bahwa perilaku seseorang dimotivasi oleh  keinginan sadar untuk melakukan perbuatan baik. Moralitas adalah bentuk jamak  dari kata khuluk, yang berasal dari kata Arab untuk perangai, perilaku atau tabiat. 

    a. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin  menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang  yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran  terlebih dahulu. Ahlak-ahlak yang baik adalah: Jujur (Ash-Shidqu) 

    b. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi) 

    c. Malu (Al-Haya') 

    d. Rendah hati (At-Tawadlu') 

    e. Murah hati (Al-Hilmu) 

    f. Sabar (Ash-Shobr) 

    Adapun ahlak-ahlak yang buruk, diantaranya: 

    a. Mencuri/mengambil bukan haknya 

    b. Iri hati  

    c. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip) 

    d. Membunuh 

    e. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain (mahluk lain) 

    Dasar-dasar Islam di atas telah menjelaskan dan mengatur bagaimana  manusia menjalankan tugasnya di muka bumi. Agama dalam hal ini Islam  merupakan seperangkat penyesuaian hidup yang harus dilakukan oleh setiap  pemeluknya agar dapat menunaikan kewajibannya dengan baik di muka bumi ini.  Oleh karena itu, hubungan antara manusia dan agama sebagai pengatur  kehidupannya akan menjadikan manusia manusia yang lebih baik bagi sesamanya,  bagi lingkungan alamnya, dan bagi dirinya sendiri.  

    Manusia pada dasarnya membutuhkan agama sebagai pedoman hidupnya.  Agama membuat orang lemah menjadi kuat dengan mengandalkan hidup dari  penciptanya. Orang-orang memiliki sifat lalai, riang dan tidak terkendali. Ketika 

    11 

    tubuh manusia bukan hanya jiwa (hati), berpikir bahwa jiwa tanaman atau hewan,  jiwa manusia (nafs) adalah pusat akumulasi kualitas yang dikritik. Oleh karena itu,  jiwa manusia memiliki properti lain sesuai dengan situasi. Ketika jiwa menyerah,  menurut keinginan hasrat dan benar-benar sesuai dengan panggilan setan, yang  memiliki sifat kenaikan, itu disebut jiwa kontrol kejahatan. Firman Allah:  

    ِي غَفُو ٌر َر ِحيمٌَّن َر ب ِِيۚ إَ َر ب َر ِحمَّْل َماِِالسُّو ِء إَرةٌ بَّماَس ََلََّن النَّفِِْسي ۚ إُئ نَفْبَ رَُِو َما أ 

    Artinya: " Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena  sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang  diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha  Penyanyang." (QS. Yusuf 12: 53) 

    Kehidupan manusia akan lebih terarah kepada kebaikan dengan beragama. Manusia yang taat beragama akan menuju jalan yang benar dan penuh keberkahan.  

    Hubungan antara manusia dan agama tampaknya merupakan hubungan  yang alami. Agama sendiri dikaitkan dengan sifat kreatif manusia. Dinyatakan  dalam bentuk ketundukan, keinginan untuk disembah, dan sifat-sifat luhur. Ketika  dalam menjalani hidupnya, manusia menyimpang dari nilai-nilai kodratnya, secara  psikologis mereka akan merasakan semacam “pembalasan moral”. Maka secara  spontan akan timbul perasaan bersalah atau bersalah (Jalaludin, dikutip dalam Sholehan Arif, 2015: 160) 

    C. Manusia Berkaitan Erat dengan Agama 

    Manusia merupakan makhluk paling sempurna namun juga lemah. Sebagai  makhluk yang lemah membutuhkan tempat bersandar, bergantung, dan meminta  pertolongan. Manusia memang seharusnya sadar akan adanya pencipta. Tuhan telah  menciptakan manusia untuk beribadah dan bergantung kepada-Nya. Agama datang  membawa ketenangan bagi manusia untuk menunjukkan jalan hidup dan memberi  kekuatan. Agama sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup. Dengan begitu  manusia berkaitan erat dengan agama. Secara umum keberadaan akan manfaat  agama bagi manusia pada dasarnya banyak memberikan manfaat dalam 4 hal, yaitu  dalam kehidupan individu, dalam kehidupan masyarakat, dalam menghadapi krisis 

    12 

    modernisasi, serta dalam pembangunan (Ramayulis, dikutip dalam Sunardin,  2021). Manfaat agama bagi kehidupan manusia menurut Sunardin (2021:18) mengarahkan pada dua kondisi umum yaitu kehidupan manusia sebagai orang  perorang dan hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat, diantaranya:  

    1. Sebagai pedoman dalam hidup, penggerak utama kehidupan seorang pria adalah  kepribadiannya, yang mencakup semua unsur didikan dan keyakinan yang  diperolehnya sejak usia dini. Apabila dalam proses perkembangan seseorang  terbentuk kepribadian yang harmonis, dimana semua unsur pokoknya meliputi  pengalaman jiwa yang menentramkan, maka dalam menghadapi impuls-impuls  baik biologis, spiritual, Tuhan maupun masyarakat akan mampu  menghadapinya. tenang, dengan memahami individu bahwa Tuhan memiliki  kekuatan di luar batas akal manusia, yang mengatur segala sesuatu yang terjadi  di dunia kehidupan manusia.  

    2. Bantuan kesulitan bagi orang yang tidak yakin dengan agamanya (lemah iman)  akan menghadapi tantangan/kesulitan hidup dengan sikap pesimis, bahkan  cenderung menyesal karena terlalu percaya dan menyalahkan orang lain.  Berbeda halnya dengan orang-orang yang agamis dan teguh pada  keyakinannya, orang-orang seperti ini akan menerima tantangan apapun dengan  lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang datang kepadanya  adalah ujian dari Allah (Allah) yang harus dihadapi dengan sabar karena Allah  akan menguji hamba-Nya sesuai dengan kemampuannya. Apalagi mereka yang  sabar menghadapi tantangan akan ditingkatkan kualitas manusianya.dari tuhan  (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan  cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang  siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas  manusia itu.  

    3. Ketenangan pikiran Jika orang tidak percaya akan kebesaran Tuhan, baik kaya  maupun miskin, mereka akan selalu merasa resah. Orang kaya takut kehilangan  harta miliknya yang akan digunakan atau dicuri orang lain, terutama orang  miskin, mereka selalu merasa tidak mampu dan bahkan cenderung tidak  menghargai hidup. Berbeda dengan orang mukmin, orang yang beriman kuat 

    13 

    tidak akan khawatir dengan hartanya. Dalam ajaran Islam, harta adalah titipan  dari Allah, termasuk hak-hak yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan anak  yatim. Apa pun yang dapat dilakukan kapan saja dengan kehendak yang maha  kuasa, tidak mungkin untuk tidak beristirahat. Begitu juga dengan orang-orang  miskin yang mudah tertipu, hati mereka akan selalu tentram karena segala  sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka adalah perintah Tuhan dan yang  membedakan kelas manusia di mata Tuhan bukanlah kekayaan tetapi keimanan  dan ketaqwaan mereka. (Ar-ra’du [13]: 28), yaitu: 

    ُو ُبلقَُْمئِ ُّن الهِ تَطَِّْر اللِذكَِْْل بَهِۗ أَِّر اللِذكُِْوبُهُمْ بلَمئِ ُّن قَُو تَطَْمنُواِذي َن آَّال 

    Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram  dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati  menjadi tenteram(Ar-ra’du [13]: 28). 

    4. Orang yang menguasai akhlak setiap orang yang beragama akan menjalankan  segala ajaran agamanya. Khususnya dalam ajaran Islam, akhlak sangat  dijunjung tinggi dan dijunjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam  sangat tinggi, dalam Islam seseorang belajar untuk menghormati orang lain,  tetapi tidak diperintahkan untuk meminta hormat. Islam mengatur hubungan  orang tua-anak dengan sangat baik. Dalam Al-Qur'an ada sebuah ayat yang  mengatakan: "Dan jangan katakana kepada kedua (orang tua) uf!!" 

    Tidak ada pepatah yang mengatakan bahwa orang (orang tua) menuntut  anak-anaknya untuk dihormati. Selain itu, Islam juga mengatur segala hal yang  berkaitan dengan akhlak, mulai dari pakaian, perilaku, ucapan hingga hubungan  manusia dengan orang lain (hablum minannas atau hubungan sosial). Ini termasuk  jujur, jika seseorang berbohong akan disiksa dengan api neraka. Ini hanyalah contoh  kecil dari aturan Islam tentang moralitas. Ada banyak aturan Islam lainnya tentang  tata tertib akhlak yang baik, tetapi tidak bisa ditulis lengkap di sini. 

    Kondisi tersebut memungkinkan kita untuk memahami bahwa konsep Islam  dikaitkan dengan perilaku baik yang menekankan pada konteks vertikal, horizontal,  dan internal. Manusia harus menjaga perilakunya baik dengan Penciptanya, 

    14 

    manusia lain dan makhluk hidup lainnya serta dalam dirinya sendiri. Eksistensi  akhlak yang mengarah pada perilaku yang baik harus dilandasi oleh Al-Rasulullah  Muhammad Saw (Hashi, dikutip dalam Sunardin, 2021:20). 

    Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk memeluk agama bersumber  dari beberapa alasan mengapa agama diperlukan bagi manusia (Sunardin, 2021): 

    Pertama, agama adalah sumber kebenaran yang mutlak. Setiap pemeluk  agama harus mengakui kebenaran mutlak ajaran agama, terutama yang tertuang  dalam kitab sucinya. Islam,misalnya, sangat menjunjung tinggi kebenaran yang  dinyatakan dalam al-Quran, baik dalam hal ketuhanan (aqidah) maupun kebenaran  tentang berbagai aturan dan hukum.  

    Kedua, agama sebagai sumber informasi tentang ilmu gaib. Hanya agama  yang dapat menjelaskan secara pasti hal-hal supernatural seperti Tuhan, malaikat,  surga, neraka, dll. Informasi tentang hal itu di luar agama tidak dapat dibuktikan  dan tidak boleh dipercaya (diyakini). 

    Ketiga, agama sebagai sumber ajaran moral. Agama melalui kitab sucinya  menjelaskan secara rinci apa yang baik dan buruk, benar dan salah, dan apa yang  harus dilakukan dan apa yang harus dibuang. Dengan mengikuti semua aturan  agama, maka manusia akan berperilaku dan berperilaku baik dan terhindar dari  sikap dan perilaku yang tercela.  

    Keempat, agama dapat memberikan bimbingan yang berharga bagi manusia  di saat suka dan duka. Dengan tuntunan agama, orang yang senang dan menikmati  berbagai kenikmatan tidak akan menjadi orang yang sombong dan angkuh, dan  orang yang tabah dan mengalami berbagai cobaan dan kesulitan tidak akan putus  asa.Tugas Manusia Sebagai Khalifatul Fil’ard 

    D. Tugas Manusia Sebagai Khalifatul Fil’ard 

    Manusia, semasa hidup dan sepanjang hayat, pada dasarnya menjalankan  tugas atau kewajiban dan tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada  manusia agar dapat dipenuhi, dilindungi, dan dirawat dengan sebaik-baiknya 

    15 

    (Muhaimin, dikutip dalam Arif, 2015). Jadi manusia juga bertanggung jawab atas  apa yang telah dilakukan di dunia ini di masa depan. Disebutkan pula dalam Al Qur'an bahwa manusia adalah makhluk yang mau dan mampu melakukan suatu  tugas jika diperintahkan oleh Allah, sebaliknya makhluk lain enggan menerima atau  

    tidak mau dan tidak mampu menjalankan perintah. Dalam firman-Nya: ِعقَا ِبْۗ اِ َّن َربَّ َك َسِرْي ُع الى ُكْمتََْٰٰي َمآْ اَو ُكْم فُِِيَ َْبل َر َٰج ت لْو َق بَ ْع ض دََع بَ ْع َض ُكْم فَْر ِض َو َرفَْْلََف إِىَِٰٰۤذ ْي َجعَلَ ُكْم َخلََّو ُهَو ال ٌمْࣖو ٌر َّر ِحْيَواِنَّ ٗه لَغَفُ 

    Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan  Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas  (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat  memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang (Q.S.  Al-An’am 6: 165) 

    Sebelum manusia diciptakan, Allah telah mengemukakan rencana penciptaan tersebut kepada para malaikat pernyataan Allah ini terangkum dalam  QS. al-Baqarah: 30: 

    ِسدُ فِيهَاَم ْن يُفُْل فِيهَاتَ ْجعََُوا أْر ِض َخلِيفَةً قَالَْلَِي َجا ِع ٌل فِي اِن َم َلئِكَةِ إْقَا َل َر بُّ َك لِلِذَْو إ َعْ لَمُ َما َْل تَعْلَمُ و َنِي أِن َك قَا َل إُس لَِ َح ْم ِد ََ َو نُقَدِ ِ ُح بَماءَ َو نَ ْح ُن نُسََب َو يَسْفِ ُك الدِ  

    Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya  Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:  "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan  membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa  bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:  "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". 

    Untuk menunaikan tugas kekhalifahan, Allah tidak membiarkan makhluk Nya kosong. Manusia diberkahi oleh Tuhan dengan berbagai potensi, termasuk  bekal ilmu. Oleh karena itu, Allah telah memberikan tempat dan perlengkapan yang  diperlukan kepada manusia, sehingga manusia juga terikat untuk memikul  tanggung jawab, baik itu individu, kepala keluarga, kepala masyarakat, organisasi, 

    16 

    bahkan kepemimpinan dalam arti yang seluas-luasnya dari apa yang telah dilakukan  dan yang telah diciptakan oleh manusia. Menurut Arif (2015) tugas manusia  sebagai Khalifah Allah di muka bumi meliputi: 

    a. Menuntut ilmu pengetahuan. 

    b. Menjaga dan memelihara diri dan keluarga dari segala sesuatu yang  menimbulkan bahaya dan kesengsaraan. 

    c. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. 

    d. Saling tolong menolong dalam menegakkan kebenaran dan kesabaran. e. Makmurkanlah bumi dan segala isinya. Membiarkan bumi makmur berarti  membiarkan kehidupan makmur di dunia ini. Oleh karena itu, manusia harus  bekerja, beramal shaleh dan menjaga keseimbangan alam dan tanah tempat  tinggalnya sesuai dengan petunjuk Tuhan melalui agama dan seterusnya.  f. Berlaku baik kepada kelompok masyarakat yang lemah seperti fakir miskin dan  anak yatim piatu agar tidak terjadi diskriminasi terhadap bagian masyarakat  lainnya.

    17 

    BAB III 

    PENUTUP 

    A. Kesimpulan 

    1. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Dibalik  kesempurnaan manusia, manusia tetap memiliki kekurangan seperti  ceroboh dan lemah. Manusia merupakan makhluk biologis yang mana  mengalami perkembangan dari lahir sampai masa tua dan kemudian  mengalami kematian. Manusia juga merupakan makhluk sosila yang perlu  bermasyarat. Sedangkan agama adalah kepercayaan atau ajaran yang  mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa beserta  lingkungannya sehingga dapat membedakan yang benar dan yang salah.  Agama di dunia ada banyak macamnya. Selain itu, agama juga memiliki  berbagai unsur penting. 

    2. Hubungan manusia dengan agama sangat erat. Tujuan hidup manusia adalah  beribadah kepada-Nya. Manusia yang mengetahui tujuan hidupnya pasti  memiliki kesadaran bahwa manusia di dunia adalah mkhluk utama,  makhluk sosial, dan hamba Allah. Menjalankan tujuan hidup perlu  mengetahui dasar agama, yaitu aqidah, syari’at, dan akhlak. Manusia juga  merupakan makhluk yang lemah dibalik kesempurnaannya. Kelemahannya  menjadikan manusia perlu agama untuk menjadi petunjuk hidupnya.  Kelemahan manusia termasuk memiliki sifat buruk. Dengan agama manusia  dapat berada di jalan yang benar dan berkah.  

    3. Sebagai makhluk yang lemah manusia membutuhkan tempat bersandar,  bergantung, dan meminta pertolongan. Manusia memang seharusnya sadar  akan adanya pencipta. Tuhan telah menciptakan manusia untuk beribadah  dan bergantung kepada-Nya. Agama datang membawa ketenangan bagi  manusia untuk menunjukkan jalan hidup dan memberi kekuatan. Agama  sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup dengan begitu manusia 

    18 

    sangat membutuhkan agama. Maka dari itu, manusia berkaitan erat dengan  agama. 

    Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna memiliki tanggung jawab  di dunia. Maka dari itu manusia adalah khalifatu fil’ard. Tugas manusia  sebagai khalifatu fil’ard, diantaranya: 

    a. Menuntut ilmu pengetahuan. 

    b. Menjaga dan memelihara diri dan keluarga dari segala sesuatu yang  menimbulkan bahaya dan kesengsaraan. 

    c. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. 

    d. Saling tolong menolong dalam menegakkan kebenaran dan kesabaran. e. Makmurkanlah bumi dan segala isinya. Membiarkan bumi makmur  berarti membiarkan kehidupan makmur di dunia ini. Oleh karena itu,  manusia harus bekerja, beramal shaleh dan menjaga keseimbangan alam  dan tanah tempat tinggalnya sesuai dengan petunjuk Tuhan melalui  agama dan seterusnya.  

    f. Berlaku baik kepada kelompok masyarakat yang lemah seperti fakir  miskin dan anak yatim piatu agar tidak terjadi diskriminasi terhadap  bagian masyarakat lainnya 

    B. Saran  

    Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan di atas, maka hendaknya  manusia tidak melupakan pencipta-Nya. Agama harus ada dalam setiap langkah  hidup manusia. Dengan agama manusia dapat terarahkan hidupnya. Tugas manusia  sebagai khalifatul fil’ard akan tercapai dengan baik jika selalu bergantung pada  agama. 

    Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik  dalam tulisan maupuan bahasan. Oleh karena itu, penulis mengahrapkan kritik dan  saran agar dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat  menambah wawasan bagi pembaca.

    19 

    DAFTAR PUSTAKA 

    Arif, S. (2015). MANUSIA DAN AGAMA (Konsep Manusia dan Agama dalam  Al-Qur'an). Islamuna, 2, 150-166. 

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Kamus Besar Bahasa  Indonesia, Edisi Kelima. Jakarta: Kementrian Pendiidkan dan  Kebudayaan. 

    Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press. Nurmadiah. (2019). Manusia dan Agama. PENDAIS, 1, 29-43. Rakhmat, J. (2021). Psikologi Pendidikan. Bandung: MIZAN. 

    Sunardin. (2021). Manusia Membutuhkan Agama di Masyarakat. MISYKAT AL ANWAR: JURNAL KAJIAN ISLAM DAN MASYARAKAT, 4, 1-28. 

    Wardoyo. (2014). Agama dan Manusia. Al-A’raf Jurnal Pemikiran Islam dan  Filsafat , 11, 82-100. 

    Zuharini, dkk. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

    20 


  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.