MAKALAH
MANUSIA DAN AGAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu: Drs. Imam Suyanto, M.Pd.
Disusun oleh:
Nama : Adinda Laila Roamadlona
NIM : K7121005
Kelas / No : 2A / 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat Nya sehingga makalah dengan judul “Manusia dan Agama” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Kebumen, 18 April 2022
Adinda Laila Romadlona
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR........................................................................................... ii DAFTAR ISI......................................................................................................... iii BAB 1 ......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II .....................................................................................................................3 PEMBAHASAN .....................................................................................................3 A. Pengertian Manusia dan Agama................................................................... 3 B. Hubungan Manusia dengan Agama ............................................................. 6 C. Manusia Berkaitan Erat dengan Agama..................................................... 12 D. Tugas Manusia Sebagai Khalifatul Fil’ard ................................................ 15 BAB III..................................................................................................................18 PENUTUP.............................................................................................................18 A. Kesimpulan ................................................................................................ 18 B. Saran........................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang lemah meskipun manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna. Manusia makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,seperti yang difirmankan Allah di dalam Al Qur’an Surat At Tiin ayat 4:
مِوْي ْح َس ِن تَقْْيْٓ اَْن َسا َن فِْْلِنَا الَقَدْ َخلَقْ
”Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya”.
Dunia mulai berkembang dan teknologi semakin maju dengan begitu manusia menjadi semakin lupa siapa dirinya, untuk apa dirinya dilahirkan, kemana akhir kehidupannya. Manusia dengan segala yang dimilikinya di dunia menjadi lupa dengan Tuhan dan merasa angkuh. Pikiran dan perilaku manusia tidak mudah dikendalikan sehingga sering merasa bebas dan tak terkontrol. Kelemahaan manusia ini menjadikan manusia membutuhkan arahan dalam kehidupan.
Agama merupakan aspek yang paling penting dalam kehidupan . Kehidupan manusia tidak hanya mengenai urusan dunia namun juga urusan akhirat. Agama menjadi sarana manusia mendekat kepada Tuhan. Sudah menjadi kodrat manusia sebagai ciptaan-Nya. Dengan agama manusia mendapat perlindungan dan pentunjuk jalan hidup. Manusia pasti akan dituntut untuk mengatur dan bertanggung jawab atas apapun dalam kehidupannya. Agama akan menjadikan manusia pemimpin yang baik bagi dirinya maupun orang lain.
1
Maka dari itu, agama sangat berkaitan erat dengan manusia. Manusia diharapkan dapat memperkuat keimanannya sehingga menjadi manusia beragama seutuhnya dan kehidupannya terarah. Sebagai khalifatul fil’ard manusia memang harus menggantungkan hidupnya pada agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manusia dan agama?
2. Bagaimana hubungan manusia dengan agama?
3. Mengapa manusia berkaitan erat dengan agama?
4. Bagiamana tugas manusia sebagai khalifatul fil’ard?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian manusia dan agama.
2. Mengetahui hubungan manusia dengan agama.
3. Mengetahui alasan manusia berkaitan erat dengan agama. 4. Mengetahui tugas manusia sebagai khalifatul fil’ard.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia dan Agama
1. Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manusia adalah manusia, manusia, atau makhluk berakal yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan makhluk hidup lainnya. Menurut filosof Islam dan Sufi, fitrah manusia adalah jiwa pemikiran (nafs insaniyah), tetapi cara manusia mencapai kesempurnaan berbeda. Bagi para filosof, integritas manusia dicapai melalui ilmu akal (ma'rifat aqliyah), tetapi bagi para sufi dicapai melalui ilmu akal (ma'rifat qalbiyah). Pikiran dan hati adalah kekuatan ruh (Nurmadiah, 2019).
Menurut Siswanto (dalam Arif, 2015), manusia adalah ciptaan Tuhan bukan karena kebetulan. Orang dideskripsikan dengan banyak atribut yang berbeda; dari makhluk terbaik dan mulia, cerdas dan kreatif, hingga yang lemah tapi sombong, riang dan bodoh pada saat bersamaan. Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (2012), Islam berpandangan bahwa fitrah manusia adalah penghubung antara tubuh dan pikiran. Tubuh dan pikiran adalah substansi yang otonom dan tidak bergantung pada orang lain. Islam dengan jelas menyatakan bahwa kedua zat tersebut adalah zat alam yang alamnya adalah organisme. Jadi keduanya diciptakan oleh Allah Swt, firman-Nya:
قنَا( ث فَ َخلَ َْعلَقَةًْطفَةَٱلنُّ
ن) ر َّمِكيَرافِى قَْطفَةًهُ نَُٰنََّْم َجعَلُ
ن) ة ِ من ِطيلَََٰن ِمن ُسلَْْلِن َسَٰنَا ٱَو ٢١ لَقَدْ َخلَقْ
قنَا( ث ٢١ َّم َخلَ ُْ
َءا َخ َرۚ فَتَاقًْهُ َخلَٰنَْن َشأََّم أْح ًما ثُلََمِع َظًَْٰما فَ َك َسْونَا ٱلِع َظَُٰم ْضغَةَْنَا ٱلفَ َخلَقُْم ْضغَةًعَلَقَةَٱل ِلِقي َن) ْ َخ َْْٰح َس ُن ٱلَهُ أََّبَا ٢١( َر ََ ٱلل
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari tanah, kemudian Kami mengubahnya menjadi air mani (yang disimpan) di suatu tempat (rahim). Kemudian Kami ubah benih itu menjadi segumpal darah, kemudian Kami ubah segumpal itu menjadi segumpal daging, dan segumpal itu Kami ubah menjadi
3
tulang, dan Kami tutupi tulang itu dengan daging. Lalu kita jadikan dia makhluk lain. Maka pujilah Tuhan, Pencipta Terbaik. (QS.AlMukminun ayat 121 ).
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah paling sempurna yang memiliki akal dan ruh. Selain itu, manusia mempunyai sifat kreatif, sombong dan lemah. Kesempurnaan manusia tidak luput dari kekurangan yang ada seperti kecerobohan dan kelemahan.
Manusia adalah makhluk yang paling membingungkan, bahkan bagi diri mereka sendiri. Manusia tidak dapat diprediksi tetapi rasional. Manusia secara fisik sama baiknya dengan makhluk hidup lainnya. Ada juga alasan mengapa manusia bisa menciptakan keajaiban yang secara fisik mustahil. Orang-orang melakukan hal-hal menakjubkan dengan mesin yang mereka buat. Dengan cara ini, manusia rasional dan emosional, sehingga mereka lebih seperti binatang daripada binatang. (Nurmadiah, 2019).
Manusia adalah makhluk biologis yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Ada masa dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, hingga masa tua. Manusia membutuhkan makanan untuk tumbuh. Manusia membutuhkan pasangan hidup untuk terus bereproduksi. Pada akhirnya, manusia akan mati seperti organisme biologis pada umumnya.
Manusia juga makhluk sosial. Makhluk sosial dimulai sebagai pasangan pria dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, saling mengenal.seperti dalam firman-Nya:
َر فُوا َۚو قََبَائِ َل لِتَعَانَاكُمْ شُعُوبًاَْٰى َو َجعَلنْثَُ ر َو أنَاكُمْ ِم ْن ذَكَِنَّا َخلَقْيُّهَا النَّا ُس إَيَا أ ِي ٌرَخَبهَ عَلِيمٌََّّن اللِتْقَاكُمْ ۚ إَهِ أََّر َمكُمْ ِعنْدَ اللكََّْن أِإ
Artinya: “Hai Manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku yang saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia dengan izin Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (QS, Al- Hujurot: 13).
4
2. Agama
Pengertian agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan dan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia beserta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang mempunyai arti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Hakikat agama adalah kemampuan manusia untuk membedakan yang baik dan yang jahat (Koentjaraningrat, dikutip dalam Wardoyo, 2014). Menurut Mukti Ali, mantan Menteri Agama, agama ini adalah kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum yang diturunkan kepada para utusannya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat (Manytar, dikutip dalam Rakhmat, 2013). Sedangkan agama menurut James Martineu (dalam Rakhmat, 2013) adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu ada, yaitu pada kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan memiliki hubungan moral dengan manusia. Dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan atau doktrin yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dan lingkungannya sehingga dapat membedakan yang baik dan yang jahat.
Agama di Indonesia dan dunia ada berbagai macam, diantaranya Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katolik dan masih banyak lagi. Di Indonesia mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Islam di Idonesia sangat besar bahkan banyak sekolahan berbasis agama Islam pada sekolah umum maupun dengan model pondok pesantren. Adanya berbagai agama manusia di tuntut untuk toleransi antar agama agar dapat hidup rukun.
Agama hadir dengan berbagai macam unsur dan budaya. Salah satunya pada agama Islam ada ibadah wajib sholat yang mana itu wajib dilaksanakan setiap muslim. Tidak hanya sholat namun juga ada puasa ramadhan yang wajib
5
dilaksanakan oleh setiap muslim di Bulan Ramadhan. Di agama Kristen ada kegiatan ibadah setiap minggu dan di hindu ada ngaben.
Terdapat unsur- unsur penting dalam agama menurut Harun Nasution (1985) antara lain:
1) Kekuatan gaib, orang merasa lemah dan menginginkan kekuatan gaib ini sebagai tempat untuk meminta pertolongan. Jadi orang merasa perlu untuk memiliki hubungan yang baik dengan kekuatan gaib ini. Hubungan baik ini dapat dibangun dengan mengikuti apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh kekuatan gaib.
2) Manusia percaya bahwa kebahagiaannya di dunia ini dan kehidupannya di masa depan tergantung pada hubungan yang baik dengan kekuatan magis yang bersangkutan. Ketika hubungan baik ini hilang, kesejahteraan dan kebahagiaan yang Anda cari juga akan hilang.
3) Respons emosional manusia. Reaksi tersebut dapat berupa perasaan takut, seperti dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti dalam agama agama monoteistik. Selanjutnya, jawabannya adalah apakah bentuk pemujaan yang terdapat pada agama-agama primitif atau pemujaan yang terdapat pada agama-agama monoteistik. Selain itu, respons untuk menerapkan bentuk kehidupan tertentu bagi orang-orang yang tertarik.
4) Memahami adanya yang suci (sakral) dan yang ilahiah, berupa kesaktian, dalam bentuk kitab yang memuat ajaran agama yang bersangkutan, dan berupa tempat tempat tertentu.
B. Hubungan Manusia dengan Agama
Dalam agama Islam manusia diciptakan untuk beribadah. Tujuan hidup seorang muslim adalah beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itu, manusia hidup di dunia dengan tujuan tersebut dan sebagai seorang yang beragama menurut Nurmadiah (2019) harus memiliki kesadaran diantaranya:
6
1. Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai makhluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai makhluk utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi dan mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi.sesuai dengan firman Allah:
نَا تَ ْف ِضْي ًل ر ِ مَّم ْن َخلَقَْٰى َكثِ ْيُهْم َعلنََّْٰضلََٰب ِت َوفََِّطي ُهْم ِ م َن النََٰبَ ْحِر َو َر َزقَْْبَ رِ َوالُْهْم فِى النََْٰ َو َح َملدَمَْٰٓيْ اَولَقَدْ َكَّر ْمنَا َبنِ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam dan Kami angkat mereka itu melalui daratan dan lautan serta Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan mahluk yang kami ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70)
2. Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya Islam mengajarkan perasamaan
ْر َح ُمو َنُكْم تَُّهَ لَعَلََّواتَّقُوا اللَخَوْي ُكْمَْصِل ُحوا بَ ْي َن أَْخَوةٌ فَأُِمْؤ ِمنُو َن إَْما الِنَّإ
Artinya: “Sesungguhnya semua orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S.Al Hujarat: 10)
3. Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang berketuhanan, memiliki sikap dan watak religius yang perlu dikembangkan. Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena merupakan tugasnya untuk beribadah kepada Allah sesauai dengan firman Allah:
َٰى ُك ِل َش ْى ء َو ِكي ٌلَو ُهَو َعلَِل ُق ُك ِل َش ْى ء فَٱ ْعَبُدُوهُۚ َخ ََّْٰل ُهَوِهَ إَٰلَِ ََل إَربُّ ُكْمهَُِّل ُكُم ٱللَٰذَ
Artinya:“(Yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang Maha Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102)
7
Untuk menjalankan tujuan-tujuan tersebut agama Islam mengajarkan 3 hal yang merupakan dasar dari agama menurut Nurmadiah (2019), yaitu:
1. Aqidah
Beberapa ulama Islam juga menafsirkan tentang aqidah. Hasan al- Banna dalam Majmu’ ar-Rasaail menafsirkan bahwa: “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini dalam hati, mendatangkan ketentraman jiwa dan tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”
Abu Bakar Al-jazairi dalam kitab Aqidah Al-Mukmin menafsirkan bahwa: “Aqidah merupakan sejumlah kebenarannya yang dapat diterima secaramudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak segala yang bertentangan dengan kebenaran itu.” Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka aqiadah merupakan keyakinan dalam hati yang benar-benar mantab dan tidak akan goyah walaupun banyak hal yang berusaha menentang hal tersebut. Aqidah atau sistem aqidah merupakan sistem keyakinan yang sering disebut rukun iman yaitu:
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada malaikat
c. Iman kepada kitab-kitab Allah
d. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
e. Iman kepada Hari Kiamat
f. Iman kepada Qada dan Qadar
Aqidah merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki setiap mukmin dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Keyakinan tersebut membuat mukmin makin mudah menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-harinya
2. Syariat
Syari’at bisa disebut syir’ah. Artinya secara bahasa adalah sumber air mengalir yang didatangi manusia atau binatang untuk minum. Perkataan “syara’a fiil maa’i” artinya datang ke sumber air mengalir atau datang pada syari’ah.
8
Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah yang diturunkan untuk manusia. Kata “syara’a” berarti memakai syari’at. Juga kata “syara’a” atau“istara’a” berarti membentuk syari’at atau hukum. Dalam hal ini Allah berfirman,
يْهِ فَا ْحكُمَْو مُهَيْ ِمنًا عَلَِكتَابَِْما بَيْ َن يَدَيْهِ ِم َن الا لَِح قِ ُمصَدِ قًِْالِكتَا َب بْيْ َك اللَِنَا إْنْ َز لََو أ نَا ِمنْكُمْ ِش ْرعَةًْۚ لِكُ ل َجعَلَح قََِْ ِم َن الَجاءََو اءَ هُمْ عَ َّماَهِْ ْع أهُ َو َْل تَتََّبَّنْ َز َل اللَِ َما أبَيْنَهُمْ ب ِقُواَو كُمْ فِي َما آتَاكُمْ فَاسْتََبُِك ْن لِيََبْلََٰو لََو ا ِحدَةًَّمةًَُجعَلَكُمْ أهُ لََّاللْو شَاءََو لََو ِمنْهَا ًجا ۚ ِ َما كُنْتُمْ فِيهِ تَ ْختَلِفُو َنِئُكُمْ بَم ْر ِجعُكُمْ َج ِميعًا فَيُنََب هَِّلَى اللَِر ا ِت ۚ إَخيْْال
Artinya:“ Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” [QS. Al
Maidah (5): 48]
Sedangkan makna Syariah dalam istilah ini adalah “maa anzalahullahu li‘ibaadihi minal ahkaami‘ alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi”. Dengan kata lain, hukum (aturan) yang diturunkan oleh Allah swt. oleh para utusan-Nya yang mulia, kepada umat manusia, agar mereka keluar dari kegelapan menuju cahaya dan dibimbing ke jalan yang benar.
Jika kata “Islam” ditambahkan setelahnya, sehingga menjadi kalimat Syariat Islam (asysyari'atul islaamiyatu), maka istilah pembentukan ini berarti, “maaanzalahullahu li 'ibaadihi minal ahkaami' alaa lisaani sayyidinaa muhammadin'alaihi afdhalush shalaati adalah salaami sawaaun akaana bil qurani
9
am bisunnati rasuulillahi min qaulin au fi'lin au taqriirin.” Dengan kata lain, hukum Islam adalah hukum peraturan perundang-undangan) yang diturunkan oleh Allah swt. bagi umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW baik berupa Al-Qur'an maupun As-Sunnah Nabi berupa perkataan, perbuatan dan keputusan atau penegasan (Nurmadiah, 2019).
Adapun pembagian Syari’at Islam. Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW untuk segenap manusia dibagi menjadi tiga bagian menurut Nurmadiah (2019), yaitu:
Ilmu tauhid, yaitu hukum-hukum atau peraturan-peraturan tentang landasan keyakinan agama Islam, tidak dapat dipertanyakan lagi dan harus benar-benar menjadi keimanan kita. Misalnya ketentuan tentang Sifat dan Sifat Allah swt. harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab
kitab dan iman-Nya pada hari akhir, termasuk suka dan duka, serta iman pada qadar kebaikan dan kejahatan.
Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu Aqidah atau ilmu Kalam. Ilmu etika, khususnya, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pendidikan dan kesempurnaan jiwa. Misalnya, semua peraturan yang dimaksudkan untuk melindungi kebajikan dan mencegah kejahatan, seperti kita harus berbuat baik, harus menepati janji, amanah, dan dilarang berbohong dan berkhianat.
Ilmu Fiqih, yaitu aturan-aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara manusia. Ilmu Fiqh terdiri dari dua bagian: pertama, ibadah, yang menjelaskan hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhan. Dan ibadah tidak ada nilainya (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah antara lain shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, adalah penjelasan tentang hubungan hukum antar manusia. Ilmu Fiqih bisa juga disebut Qanun (hukum).
10
3. Akhlak
Moralitas dalam istilah berarti bahwa perilaku seseorang dimotivasi oleh keinginan sadar untuk melakukan perbuatan baik. Moralitas adalah bentuk jamak dari kata khuluk, yang berasal dari kata Arab untuk perangai, perilaku atau tabiat.
a. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Ahlak-ahlak yang baik adalah: Jujur (Ash-Shidqu)
b. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
c. Malu (Al-Haya')
d. Rendah hati (At-Tawadlu')
e. Murah hati (Al-Hilmu)
f. Sabar (Ash-Shobr)
Adapun ahlak-ahlak yang buruk, diantaranya:
a. Mencuri/mengambil bukan haknya
b. Iri hati
c. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip)
d. Membunuh
e. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain (mahluk lain)
Dasar-dasar Islam di atas telah menjelaskan dan mengatur bagaimana manusia menjalankan tugasnya di muka bumi. Agama dalam hal ini Islam merupakan seperangkat penyesuaian hidup yang harus dilakukan oleh setiap pemeluknya agar dapat menunaikan kewajibannya dengan baik di muka bumi ini. Oleh karena itu, hubungan antara manusia dan agama sebagai pengatur kehidupannya akan menjadikan manusia manusia yang lebih baik bagi sesamanya, bagi lingkungan alamnya, dan bagi dirinya sendiri.
Manusia pada dasarnya membutuhkan agama sebagai pedoman hidupnya. Agama membuat orang lemah menjadi kuat dengan mengandalkan hidup dari penciptanya. Orang-orang memiliki sifat lalai, riang dan tidak terkendali. Ketika
11
tubuh manusia bukan hanya jiwa (hati), berpikir bahwa jiwa tanaman atau hewan, jiwa manusia (nafs) adalah pusat akumulasi kualitas yang dikritik. Oleh karena itu, jiwa manusia memiliki properti lain sesuai dengan situasi. Ketika jiwa menyerah, menurut keinginan hasrat dan benar-benar sesuai dengan panggilan setan, yang memiliki sifat kenaikan, itu disebut jiwa kontrol kejahatan. Firman Allah:
ِي غَفُو ٌر َر ِحيمٌَّن َر ب ِِيۚ إَ َر ب َر ِحمَّْل َماِِالسُّو ِء إَرةٌ بَّماَس ََلََّن النَّفِِْسي ۚ إُئ نَفْبَ رَُِو َما أ
Artinya: " Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (QS. Yusuf 12: 53)
Kehidupan manusia akan lebih terarah kepada kebaikan dengan beragama. Manusia yang taat beragama akan menuju jalan yang benar dan penuh keberkahan.
Hubungan antara manusia dan agama tampaknya merupakan hubungan yang alami. Agama sendiri dikaitkan dengan sifat kreatif manusia. Dinyatakan dalam bentuk ketundukan, keinginan untuk disembah, dan sifat-sifat luhur. Ketika dalam menjalani hidupnya, manusia menyimpang dari nilai-nilai kodratnya, secara psikologis mereka akan merasakan semacam “pembalasan moral”. Maka secara spontan akan timbul perasaan bersalah atau bersalah (Jalaludin, dikutip dalam Sholehan Arif, 2015: 160)
C. Manusia Berkaitan Erat dengan Agama
Manusia merupakan makhluk paling sempurna namun juga lemah. Sebagai makhluk yang lemah membutuhkan tempat bersandar, bergantung, dan meminta pertolongan. Manusia memang seharusnya sadar akan adanya pencipta. Tuhan telah menciptakan manusia untuk beribadah dan bergantung kepada-Nya. Agama datang membawa ketenangan bagi manusia untuk menunjukkan jalan hidup dan memberi kekuatan. Agama sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup. Dengan begitu manusia berkaitan erat dengan agama. Secara umum keberadaan akan manfaat agama bagi manusia pada dasarnya banyak memberikan manfaat dalam 4 hal, yaitu dalam kehidupan individu, dalam kehidupan masyarakat, dalam menghadapi krisis
12
modernisasi, serta dalam pembangunan (Ramayulis, dikutip dalam Sunardin, 2021). Manfaat agama bagi kehidupan manusia menurut Sunardin (2021:18) mengarahkan pada dua kondisi umum yaitu kehidupan manusia sebagai orang perorang dan hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat, diantaranya:
1. Sebagai pedoman dalam hidup, penggerak utama kehidupan seorang pria adalah kepribadiannya, yang mencakup semua unsur didikan dan keyakinan yang diperolehnya sejak usia dini. Apabila dalam proses perkembangan seseorang terbentuk kepribadian yang harmonis, dimana semua unsur pokoknya meliputi pengalaman jiwa yang menentramkan, maka dalam menghadapi impuls-impuls baik biologis, spiritual, Tuhan maupun masyarakat akan mampu menghadapinya. tenang, dengan memahami individu bahwa Tuhan memiliki kekuatan di luar batas akal manusia, yang mengatur segala sesuatu yang terjadi di dunia kehidupan manusia.
2. Bantuan kesulitan bagi orang yang tidak yakin dengan agamanya (lemah iman) akan menghadapi tantangan/kesulitan hidup dengan sikap pesimis, bahkan cenderung menyesal karena terlalu percaya dan menyalahkan orang lain. Berbeda halnya dengan orang-orang yang agamis dan teguh pada keyakinannya, orang-orang seperti ini akan menerima tantangan apapun dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang datang kepadanya adalah ujian dari Allah (Allah) yang harus dihadapi dengan sabar karena Allah akan menguji hamba-Nya sesuai dengan kemampuannya. Apalagi mereka yang sabar menghadapi tantangan akan ditingkatkan kualitas manusianya.dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
3. Ketenangan pikiran Jika orang tidak percaya akan kebesaran Tuhan, baik kaya maupun miskin, mereka akan selalu merasa resah. Orang kaya takut kehilangan harta miliknya yang akan digunakan atau dicuri orang lain, terutama orang miskin, mereka selalu merasa tidak mampu dan bahkan cenderung tidak menghargai hidup. Berbeda dengan orang mukmin, orang yang beriman kuat
13
tidak akan khawatir dengan hartanya. Dalam ajaran Islam, harta adalah titipan dari Allah, termasuk hak-hak yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan anak yatim. Apa pun yang dapat dilakukan kapan saja dengan kehendak yang maha kuasa, tidak mungkin untuk tidak beristirahat. Begitu juga dengan orang-orang miskin yang mudah tertipu, hati mereka akan selalu tentram karena segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka adalah perintah Tuhan dan yang membedakan kelas manusia di mata Tuhan bukanlah kekayaan tetapi keimanan dan ketaqwaan mereka. (Ar-ra’du [13]: 28), yaitu:
ُو ُبلقَُْمئِ ُّن الهِ تَطَِّْر اللِذكَِْْل بَهِۗ أَِّر اللِذكُِْوبُهُمْ بلَمئِ ُّن قَُو تَطَْمنُواِذي َن آَّال
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram(Ar-ra’du [13]: 28).
4. Orang yang menguasai akhlak setiap orang yang beragama akan menjalankan segala ajaran agamanya. Khususnya dalam ajaran Islam, akhlak sangat dijunjung tinggi dan dijunjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangat tinggi, dalam Islam seseorang belajar untuk menghormati orang lain, tetapi tidak diperintahkan untuk meminta hormat. Islam mengatur hubungan orang tua-anak dengan sangat baik. Dalam Al-Qur'an ada sebuah ayat yang mengatakan: "Dan jangan katakana kepada kedua (orang tua) uf!!"
Tidak ada pepatah yang mengatakan bahwa orang (orang tua) menuntut anak-anaknya untuk dihormati. Selain itu, Islam juga mengatur segala hal yang berkaitan dengan akhlak, mulai dari pakaian, perilaku, ucapan hingga hubungan manusia dengan orang lain (hablum minannas atau hubungan sosial). Ini termasuk jujur, jika seseorang berbohong akan disiksa dengan api neraka. Ini hanyalah contoh kecil dari aturan Islam tentang moralitas. Ada banyak aturan Islam lainnya tentang tata tertib akhlak yang baik, tetapi tidak bisa ditulis lengkap di sini.
Kondisi tersebut memungkinkan kita untuk memahami bahwa konsep Islam dikaitkan dengan perilaku baik yang menekankan pada konteks vertikal, horizontal, dan internal. Manusia harus menjaga perilakunya baik dengan Penciptanya,
14
manusia lain dan makhluk hidup lainnya serta dalam dirinya sendiri. Eksistensi akhlak yang mengarah pada perilaku yang baik harus dilandasi oleh Al-Rasulullah Muhammad Saw (Hashi, dikutip dalam Sunardin, 2021:20).
Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk memeluk agama bersumber dari beberapa alasan mengapa agama diperlukan bagi manusia (Sunardin, 2021):
Pertama, agama adalah sumber kebenaran yang mutlak. Setiap pemeluk agama harus mengakui kebenaran mutlak ajaran agama, terutama yang tertuang dalam kitab sucinya. Islam,misalnya, sangat menjunjung tinggi kebenaran yang dinyatakan dalam al-Quran, baik dalam hal ketuhanan (aqidah) maupun kebenaran tentang berbagai aturan dan hukum.
Kedua, agama sebagai sumber informasi tentang ilmu gaib. Hanya agama yang dapat menjelaskan secara pasti hal-hal supernatural seperti Tuhan, malaikat, surga, neraka, dll. Informasi tentang hal itu di luar agama tidak dapat dibuktikan dan tidak boleh dipercaya (diyakini).
Ketiga, agama sebagai sumber ajaran moral. Agama melalui kitab sucinya menjelaskan secara rinci apa yang baik dan buruk, benar dan salah, dan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dibuang. Dengan mengikuti semua aturan agama, maka manusia akan berperilaku dan berperilaku baik dan terhindar dari sikap dan perilaku yang tercela.
Keempat, agama dapat memberikan bimbingan yang berharga bagi manusia di saat suka dan duka. Dengan tuntunan agama, orang yang senang dan menikmati berbagai kenikmatan tidak akan menjadi orang yang sombong dan angkuh, dan orang yang tabah dan mengalami berbagai cobaan dan kesulitan tidak akan putus asa.Tugas Manusia Sebagai Khalifatul Fil’ard
D. Tugas Manusia Sebagai Khalifatul Fil’ard
Manusia, semasa hidup dan sepanjang hayat, pada dasarnya menjalankan tugas atau kewajiban dan tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada manusia agar dapat dipenuhi, dilindungi, dan dirawat dengan sebaik-baiknya
15
(Muhaimin, dikutip dalam Arif, 2015). Jadi manusia juga bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan di dunia ini di masa depan. Disebutkan pula dalam Al Qur'an bahwa manusia adalah makhluk yang mau dan mampu melakukan suatu tugas jika diperintahkan oleh Allah, sebaliknya makhluk lain enggan menerima atau
tidak mau dan tidak mampu menjalankan perintah. Dalam firman-Nya: ِعقَا ِبْۗ اِ َّن َربَّ َك َسِرْي ُع الى ُكْمتََْٰٰي َمآْ اَو ُكْم فُِِيَ َْبل َر َٰج ت لْو َق بَ ْع ض دََع بَ ْع َض ُكْم فَْر ِض َو َرفَْْلََف إِىَِٰٰۤذ ْي َجعَلَ ُكْم َخلََّو ُهَو ال ٌمْࣖو ٌر َّر ِحْيَواِنَّ ٗه لَغَفُ
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang (Q.S. Al-An’am 6: 165)
Sebelum manusia diciptakan, Allah telah mengemukakan rencana penciptaan tersebut kepada para malaikat pernyataan Allah ini terangkum dalam QS. al-Baqarah: 30:
ِسدُ فِيهَاَم ْن يُفُْل فِيهَاتَ ْجعََُوا أْر ِض َخلِيفَةً قَالَْلَِي َجا ِع ٌل فِي اِن َم َلئِكَةِ إْقَا َل َر بُّ َك لِلِذَْو إ َعْ لَمُ َما َْل تَعْلَمُ و َنِي أِن َك قَا َل إُس لَِ َح ْم ِد ََ َو نُقَدِ ِ ُح بَماءَ َو نَ ْح ُن نُسََب َو يَسْفِ ُك الدِ
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Untuk menunaikan tugas kekhalifahan, Allah tidak membiarkan makhluk Nya kosong. Manusia diberkahi oleh Tuhan dengan berbagai potensi, termasuk bekal ilmu. Oleh karena itu, Allah telah memberikan tempat dan perlengkapan yang diperlukan kepada manusia, sehingga manusia juga terikat untuk memikul tanggung jawab, baik itu individu, kepala keluarga, kepala masyarakat, organisasi,
16
bahkan kepemimpinan dalam arti yang seluas-luasnya dari apa yang telah dilakukan dan yang telah diciptakan oleh manusia. Menurut Arif (2015) tugas manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi meliputi:
a. Menuntut ilmu pengetahuan.
b. Menjaga dan memelihara diri dan keluarga dari segala sesuatu yang menimbulkan bahaya dan kesengsaraan.
c. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.
d. Saling tolong menolong dalam menegakkan kebenaran dan kesabaran. e. Makmurkanlah bumi dan segala isinya. Membiarkan bumi makmur berarti membiarkan kehidupan makmur di dunia ini. Oleh karena itu, manusia harus bekerja, beramal shaleh dan menjaga keseimbangan alam dan tanah tempat tinggalnya sesuai dengan petunjuk Tuhan melalui agama dan seterusnya. f. Berlaku baik kepada kelompok masyarakat yang lemah seperti fakir miskin dan anak yatim piatu agar tidak terjadi diskriminasi terhadap bagian masyarakat lainnya.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Dibalik kesempurnaan manusia, manusia tetap memiliki kekurangan seperti ceroboh dan lemah. Manusia merupakan makhluk biologis yang mana mengalami perkembangan dari lahir sampai masa tua dan kemudian mengalami kematian. Manusia juga merupakan makhluk sosila yang perlu bermasyarat. Sedangkan agama adalah kepercayaan atau ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa beserta lingkungannya sehingga dapat membedakan yang benar dan yang salah. Agama di dunia ada banyak macamnya. Selain itu, agama juga memiliki berbagai unsur penting.
2. Hubungan manusia dengan agama sangat erat. Tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada-Nya. Manusia yang mengetahui tujuan hidupnya pasti memiliki kesadaran bahwa manusia di dunia adalah mkhluk utama, makhluk sosial, dan hamba Allah. Menjalankan tujuan hidup perlu mengetahui dasar agama, yaitu aqidah, syari’at, dan akhlak. Manusia juga merupakan makhluk yang lemah dibalik kesempurnaannya. Kelemahannya menjadikan manusia perlu agama untuk menjadi petunjuk hidupnya. Kelemahan manusia termasuk memiliki sifat buruk. Dengan agama manusia dapat berada di jalan yang benar dan berkah.
3. Sebagai makhluk yang lemah manusia membutuhkan tempat bersandar, bergantung, dan meminta pertolongan. Manusia memang seharusnya sadar akan adanya pencipta. Tuhan telah menciptakan manusia untuk beribadah dan bergantung kepada-Nya. Agama datang membawa ketenangan bagi manusia untuk menunjukkan jalan hidup dan memberi kekuatan. Agama sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup dengan begitu manusia
18
sangat membutuhkan agama. Maka dari itu, manusia berkaitan erat dengan agama.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna memiliki tanggung jawab di dunia. Maka dari itu manusia adalah khalifatu fil’ard. Tugas manusia sebagai khalifatu fil’ard, diantaranya:
a. Menuntut ilmu pengetahuan.
b. Menjaga dan memelihara diri dan keluarga dari segala sesuatu yang menimbulkan bahaya dan kesengsaraan.
c. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.
d. Saling tolong menolong dalam menegakkan kebenaran dan kesabaran. e. Makmurkanlah bumi dan segala isinya. Membiarkan bumi makmur berarti membiarkan kehidupan makmur di dunia ini. Oleh karena itu, manusia harus bekerja, beramal shaleh dan menjaga keseimbangan alam dan tanah tempat tinggalnya sesuai dengan petunjuk Tuhan melalui agama dan seterusnya.
f. Berlaku baik kepada kelompok masyarakat yang lemah seperti fakir miskin dan anak yatim piatu agar tidak terjadi diskriminasi terhadap bagian masyarakat lainnya
B. Saran
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan di atas, maka hendaknya manusia tidak melupakan pencipta-Nya. Agama harus ada dalam setiap langkah hidup manusia. Dengan agama manusia dapat terarahkan hidupnya. Tugas manusia sebagai khalifatul fil’ard akan tercapai dengan baik jika selalu bergantung pada agama.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dalam tulisan maupuan bahasan. Oleh karena itu, penulis mengahrapkan kritik dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S. (2015). MANUSIA DAN AGAMA (Konsep Manusia dan Agama dalam Al-Qur'an). Islamuna, 2, 150-166.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kelima. Jakarta: Kementrian Pendiidkan dan Kebudayaan.
Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press. Nurmadiah. (2019). Manusia dan Agama. PENDAIS, 1, 29-43. Rakhmat, J. (2021). Psikologi Pendidikan. Bandung: MIZAN.
Sunardin. (2021). Manusia Membutuhkan Agama di Masyarakat. MISYKAT AL ANWAR: JURNAL KAJIAN ISLAM DAN MASYARAKAT, 4, 1-28.
Wardoyo. (2014). Agama dan Manusia. Al-A’raf Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat , 11, 82-100.
Zuharini, dkk. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
20
0 comments:
Posting Komentar