"MANUSIA DAN AGAMA"
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu : Drs. Imam Suyanto,M.Pd.
Disusun Oleh:
ALYA HANIFAH
K7223009
2A/09
PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang hingga saat ini masih memberikan kita karunia, nikmat dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia dan Agama” Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaat di hari kiamat nanti.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama penyelesaian tugas makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Kartika Chrysti Suryandari,S. Pd.,M. Pd, selaku Kepala Program Studi Di Luar Kampus Utama Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kebumen yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas kampus untuk menunjang pembuatan makalah ini.
2. Bapak Drs. Imam Suyanto, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ide serta arahan kepada penulis. 3. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu, yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Kebumen, 4 April 2024
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2 C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 A. Hubungan Manusia dan Agama .............................................................. 3 B. Tugas Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardl .............................................. 6 C. Manusia Perlu Memeluk Agama ........................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16 A. Kesimpulan .......................................................................................... 16 B. Saran..................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik tanpa adanya bantuan orang lain. Hubungan manusia dengan sesama manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks, yaitu kebutuhan yang bersifat fisik dan psikis. Setiap manusia yang lahir di dunia membawa fitrah, bakat, dan insting. Yang dibawa manusia ketika lahir adalah fitrah agama, yaitu unsur ketuhanan. Unsur ketuhanan ini di luar ciptaan akal budi manusia dan merupakan sifat kodrat manusia. Kejadian manusia sebagai makhluk ciptaan Allah telah dilengkapi dengan unsur-unsur kemanusiaan, keadilan, kebajikan, dan sebagainya.
Manusia dan agama, dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebermaknaan hidup manusia ditentukan oleh faktor agama yang implikasinya bukan hanya terbatas pada kehidupan tetapi juga pada kehidupan di akhirat (hidup sesudah mati). Agama telah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia jika mereka ingin menjadikan hidup dan kehidupan ini bermakna.
Hal utama yang perlu dipahami setiap muslim mengenai manusia adalah bahwa Tuhan menyatakan manusia sebagai khalifah di bumi, yang bertugas untuk membangun dan mengelola dunia, sesuai dengan kehendak pencipta-Nya. Dalam melaksanakan tugas kekhalifahan ini, selain dibekali fitrah agama, manusia juga dibekali dengan berbagai macam potensi lainnya seperti, potensi naluriyah, inderawi, akal sehingga dengan potensi itu ia dapat mengembangkan dirinya dan menjalankan tugas kekhalifahan sesuai dengan yang diamanahkan Allah Swt. Dari potensi inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya
Manusia sebagai makhluk yang memiliki hasrat untuk mencari makna dan tujuan hidup, sejak dahulu kala tertarik pada konsep spiritual dan keberadaan kekuatan yang lebih besar. Hal ini melahirkan agama sebagai sistem kepercayaan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam
2
sekitar. Namun, perjalanan manusia bersama agama tidak selalu mulus. Seiring perkembangan peradaban dan pemikiran manusia, muncul berbagai permasalahan yang mewarnai hubungan keduanya seperti di era globalisasi, terdapat berbagai pandangan tentang moralitas dan kebenaran peran agama dalam membentuk moralitas: Dipertanyakan apakah agama masih relevan dalam memberikan panduan moral di era modern. Permasalahan-permasalahan ini tidak mudah dipecahkan dan membutuhkan dialog dan kerjasama yang berkelanjutan antara individu, kelompok agama, dan masyarakat luas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan manusia dan agama?
2. Bagaimana tugas manusia sebagai Khalifah Fil Aldr?
3. Mengapa manusia perlu memeluk agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui hubungan manusia dan agama
2. Mengetahui tugas manusia sebagai Khalifah Fil Aldr
3. Mengetahui bahwa manusia perlu memeluk agama
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Manusia dan Agama
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah swt. Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan panutan untuk menjalankan kehidupannya masing-masing. Manusia tidak akan pernah merasa puas atas apa yang telah mereka miliki, oleh karena itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan pokok seperti kebutuhan primer, skunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut harus diiringi dengan keyakinan, manusia dapat mengatur hidupnya dengan adanya keyakinan atau Agama yang mereka anut, oleh sebab itu agama merupakan salah satu kebutuhan manusia yang juga tidak kalah penting dibandingkan dengan kebutuhan pokok tersebut.
Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah, seperti: Turaab, Thieen, Shal-shal, dan Sulalah. Dapat diartikan sesungguhnya Allah menciptakan jasad manusia dari berbagai macam unsur kimiawi yang ada pada tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses berikutnya tidak terdapat dalam Al-Quran secara rinci. Ayat-ayat Quran yang menyebutkan manusia diciptakan dari tanah, pada umumnya hanya dipahami secara lahiriah saja. Menimbulkan pendapat sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT berasal dari tanah, karena Allah maha kuasa, segala sesuatu pasti dapat terjadi.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia adalah perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa kedua substansi adalah substansi alam. Sedang alam adalah makhluk. Maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, sebagaimana firmanNya:
َعلَقَةًْطفَةَلنُّ
4
نَا ٱ َّم َخلَقٍْن . ثٍُر َّمِكيَرافِى قَْطفَةًهُ نَُٰنََّْم َجعَلٍن . ثٍُة ِ من ِطيلَََٰن ِمن ُسلَْْلِن َسَٰنَا ٱَولَقَ ْد َخلَقْ
َءا َخ َرۚ فَتَبَااقًْهُ َخلَٰنَْن َشأََّم أْح ًما ثُلََمِع َظًَْٰما فَ َك َسْونَا ٱلِع َظَُٰم ْضغَةَْٱل
نَافَ َخلَقُْم ْضغَةًعَلَقَةَْنَا ٱل
َر فَ َخل َك َقْ ِلِقي َنَخ َْْٰح َس ُن ٱلَ ٱ ََّّللُ أ
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS. Al Mu’minun: 12-14).
Agama berasal dari bahasa sansekerta. Satu pendapat mengatakan bahwa agama tersusun dari dua kata, a : tidak, dan gam: pergi. Jadi agama memiliki arti tidak pergi, diam ditempat, diwarisi secara turun temurun, agama memang mempunyai sifat yang demikian. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah kematian). Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain tercermin dalam bacaan shalat --sebagai ibadah utama-- yakni ucapan doa keselamatan "Assalamu'alaikum warohmatullah"
5
Dengan memiliki Agama, manusia dapat mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia dapat mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan keyakinan mereka masing-masing, kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah kebutuhan yang dianggap mudah, karna agama dapat membuat manusia meyakini apa yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka masing-masing, dalam agama Islam manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kodratnya, maka dalam agama islam manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik (Liswi:2018)
Secara garis besar ruang lingkup Islam terbagi atas tiga bagian yaitu: a. Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT), sebagaimana Firman Allah:
ََّّلِلَي ْعبُدُو ِنِْْلِن َسإَوٱِجَّنْتُٱلَو َما َخلَقْ
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Az Zariyat:56)
Selain itu firman Allah:
َويُ ْؤتُوا
وةَ ۚ ٱل َّز َكَٰ
َويُِقي ُموا
وةََٰٱل َّصلَ
َء ل ٱلِد ي َن َهُ ُحَنفَا
ِصي َن
ُم ْخ ِلَي ْعبُدُوا ٱ ََّّللَ ِل
ِمُر واُ
ََّّل أ ِإ
َو َما
ِ َم ِدي ُن ِةقَ يْٱل
ِل َكََٰوذَ
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
b. Hubungan manusia dengan manusia, Agama Islam memiliki konsep konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain
بَ ْي َت .ِّْ م ْي الۤ َو ََٓل إِى َدقَ ََلَْۤي َو ََل الَهْدَْ َوََل الَح َرامَْوََل ال َّش ْهَر الَر هّٰللإِِّىْۤوا َشعَاُِّّحلْوا ََل تَُمنُ ِّذْي َن اََّها الاَيُّٓ ي ْوٍم اَ ْنُن قَ َو ََل يَ ْجِّر َمنَّ ُكْم َشنَاْۗم فَا ْص َطا ُدْواتُْلَحلََواِّ َذاَۗو ِّر ْضَوانااِّ ِّهْمْو َن فَ ْضاَل ِّ م ْن َّرب يَ ْبتَغََُح َرامْال
6
ِّمْْوا َعلَى ا َْلِّثَونُۖى َوََل تَعَا وبِّ ِّ ر َوالتَّقْْْوا َعلَى الَونَُوتَعَااْعتَ ُدْوِّْۘم اَ ْن تََح َراَْم ْس ِّجِّد الَْصُّدْو ُكْم َع ِّن ال ِّعقَا ِّبَْشِّدْي ُد الَواتَّقُوا هّٰللاَۗ اِّ َّن هّٰللاَِّۖنَواعُ ْدَْوال
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).
c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya, Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini mengandung manfaat bagi manusia. Alam raya ini berwujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi diciptak oleh Allah dengan sengaja dan dengan hak
َْو ٍق يَأ
ْ
َْخلب َجِديٍد ِ
يُذ ِت ْ
َح ق َو ِْ ْْلَٱ
َ
َو َخل َٰ ِت َ
ْملََ
ِهْب ُكْم يَ َشأ
إ
ِ ب ۚ ن ِٱل
َمَٰ
ْر َض ٱل َّس
تَ َّن َر أ
ٱ ََّّلل َق َ أ
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak?” (QS. Ibrahim: 19). Manusia dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), dia juga sebagai khalifah di muka bumi, namun demikian manusia tetap harus terikat dan tunduk pada hukum Allah. Alam diciptakan oleh Allah dan diperuntukkan bagi kepentingan manusia.
B. Tugas Manusia Sebagai Khalifah Fil Ardl
Manusia juga dikenal sebagai wakil Tuhan di muka bumi (khalifah) dan hamba Tuhan (Abd), yang keduanya merupakan fitrah manusia. Sebagai hamba Tuhan, Ia harus sepenuhnya pasif terhadap kehendak Tuhan dan menerima instruksi dari Tuhan untuk melakukan sebuah kehendak-Nya dalam kehidupan menurut hukum alam (Ainun Sina,dkk ; 2022). Maka dari itu ialah merupakan
7
pimpinan dunia sehingga harus menjadi pemimpin yang baik. Manusia merupakan makhluk Allah yang ada di bumi dan mengikuti aturan pemimpin di dunia (Ainun Sina dalam Shoun, 1997:101)
Allah telah membekali Adam dengan ilmu pengetahuan, dan Dia mengajari Adam tentang nama-nama benda. Allah juga memberikan pengetahuan untuk mengetahui apa-apa yang belum mereka diket Pengangkatan khalifah sangat terkait juga dengan pemberian Allah terhadap sebagian manusia melalui wahyu sebagai syari’at. Khalifah ini juga mencakup seluruh manusia yang mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa, sekalipun tidak mengerti secara pasti rahasia khalifah, termasuk tidak mengetahui secara pasti prosesnya. Dengan kemampuan akal manusia dapat mengelola alam semesta ini secara bebas, dan dapat mengolah segala sesuatu yang ada pada alam ini menjadi bernilai dan bermanfaat. Pada diri manusia sudah tersedia unsur pasilitas untuk bisa melaksanakan tugas secara sempurna, dibidang ilmu pengetahuan lebih jauh jangkauannya dari makhluk lain termasuk Malaikat. Berdasarkan inilah manusia lebih diutamakan menjadi khalifah Allah dari pada Malaikat. Allah telah mengajari Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakan-Nya, kemudian Allah memberinya petunjuk untuk mengetahui nama-nama tersebut, juga diberi keistimewaan-keistimewaan.
Dalam penuturan Adam kepada para Malaikat terkandung tujuan untuk memuliakan kedudukan Adam dengan mengangkatnya sebagai khalifah. Sekaligus menunjukan bahwa Allah hanya menganugerahkan ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah menciptakan khalifah di bumi bukan untuk hal sia
sia. Aku kata Allah mengetahui perkataan kalian yang tersembunyi; “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya”. Dan apa yang terpendam di dalam diri kalian. Pengertian yang mengatakan; “Bahwa Allah tidak akan menciptakan makhluk lain yang lebih mulia dibandingkan (malaikat), yang hanya (malaikat) yang berhak menjadi khalifah di bumi”.
8
1. Manusia dan Eksistensi
Manusia sebagai makhluk yang dinamis memiliki keinginan untuk berubah dan bertanggung jawab. Jika dikaitkan dengan eksistensi dan makna manusia itu sendiri. Manusia bersifat kompleks dan selalu berkembang, kompleksitas dan perkembangan manusia tidak terlepas dari hakikat manusia sebagai makhluk yang dinamis, misteti dan paradoksal. Manusia disebut dinamis karena berkembang terus menerus dengan kebebasannya (Snijders: 2001, 15).
Ada dua istilah yang dipakai dalam hubungan dengan hakikat manusia, yaitu ‘kodrat’ dan ‘esensi’. ‘Kodrat’ dan ‘esensi’ diungkap melalui penghayatan penghayatan khusus. ‘Kodrat’ (natura) menurut artinya ialah inti yang tetap dalam suatu kenyataan yang mentaati hukum-hukum stabil, tampa tergantung pada kebebasan manusia. ‘Esensi’ berarti unsur-unsur yang bersama-sama mewujudkan inti mutlak (perlu) bagi suatu kenyataan, seperti esensi manusia (Bakker: 2000, 51)..
2. Manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi
Khalifah diartikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan perintah perintah-Nya terhadap umat manusia (Al-Maraghi: 1986, 129). Diciptakannya Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa untuk mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah di bumi, hal tersebut merupakan nikmat yang paling besar yang harus disyukuri oleh keturunannya dengan cara taat kepada Allah dan tidak ingkar kepada-Nya, termasuk menjauhi yang dilarang-Nya.
3.Eksistensi Manusia Sebagai Khalifah
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna. Secara biologis manusia itu memiliki anggota tubuh yang lengkap, kelengkapan dan kesempurnaan anggota tubuh manusia menjadi kuat dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Manusia memiliki panca indera dengannya dapat mengenali cita rasa, dengan kaki dan tangan dapat berjalan dan bekerja, dengan mata dapat melihat, dengan telinga dapat mendengar,
9
dengan hidung dapat mencium, dan Allah memberi anggota tubuh yang lainnya sehingga memiliki kemampuan dan kekuatan untuk hidup di bumi ini Kedudukan manusia sebagai Khalifah Allah merupakan tanggung jawab atas moralnya kepada Allah dan harus menyadarkannya akan perannya untuk menjadi penguasa bumi yang sesuai dengan visi dan misi Allah. Allah Swt memberikan kepada manusia atas potensi kemamopuan sehingga tidak diberikan kepada makhluk hidup lainnya seperti akal dan kehendak bebas. Sehingga dengan penjabaran di atas bahwasanya model keyakinan diri bagi semua makhluk hidup yang paling sempurna dari makhluk lainnya maka dari itu pasti memujudkan sesuatu etika yang sopan di bumi yang sesuai dengan syariat dan tujuan Allah SWT.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki jasmani (fisik) yang lengkap, kuat dan sempurna dan rohani yang terdiri dari unsur-unsur yang berperan penting dalam kesempuranaan jasmani (fisik) yang menjadikan manusia mampu untuk mengelola alam ini dengan baik, benar dan dapat bermanfaat ini lah sebagai tugas dan tanggung jawab manusia di bumi. Tugas dan tanggung jawab yang ada pada manusia di bumi, dalam al Qur’an yang sudah diyakini oleh umat Islam sebagai sumber yang benar. Mengungkapkan tugas dan tanggung jawab manusia di bumi ini disebut dengan istilah khalifah. Muhammad Baqir dalam bukunya, Al- Sunan Al- Tarikhiyah fi al-Qur’an, yang antara lain mengupas ayat 30 surat Al-Baqarah dengan menggunakan metoda tematik, mengemukakan bahwa kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Kemudian menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan Al-Qur’an.
Ketiga unsur tersebut adalah:
a. Manusia, dalam hal ini dinamai khalifah.
b. Alam raya, yang disebut oleh ayat Al-Baqarah sebagai ardh. c. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia (Shihab: 1993, 158)
10
Q.S Al-Baqarah ayat 30
َ
وا
ًَخِليفَة
ْْلَٱ
ََٰملَ
ن ِلل ِى ْ
َه يُ ا ْف ِسدُ
تَ ْجعَ قَال ُل ُ
َج فِى ْر ِض إ ا ِع ل ِ
ِئ َكِة َر قَا َل ُّ
ِذْ
فِي
َم فِي ن َه أ ا
ب َك َوإ
ْعلَ ََّل تَ
ْعلََ
ى ل قَا َل َ
نِِ
َك َو ب نُقَ ِد
ِ ُح َو ٱلِد َن ْح ُن َما
ُمو َن َم أ ا
ُم إ
Artinya:
ُس ِ نُ َح ْمِد َك َس ب
َو َء َي ْسِف ُك
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Sebagai khalifah Adam bertanggung jawab terhadap pengelolaan alam semesta, penataan, pengolahan dan pemafaatan segala yang ada di bumi sebagai pelestariannya, untuk kelanjutan kehidupan anak cucunya nanti. Kekhalifahan yang di emban Adam dan anak cucunya di bumi sebagai manusia yang diserahi pengelolaannya akan dipertanggung jawapan kepada Allah sebagai pencipta dan pemberi tugas di bumi ini. Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia antara sesamanya, bukanlah merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukan, tetapi hubungan bersamaan dengan ketundukan kepada Allah. Walaupun manusia mampu mengelola (menguasai), namun hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya, melainkan akibat Tuhan menundukannya untuk manusia. Hal ini tergambar dalam surat Ibrahim ayat 32 yang menjelaskan;
ِت ِ فَأ ِهۦ َ
َّٱلث
َ
ْْلَ
ٱ ََّّللُ ِذىٱل َق َّ
َو َخل َٰ ِت َ
ََٰمَر ب ِم َن
ْخ َم َر َج ا
َمَٰ
ًء ٱل َّس َم ِم َن ا
ِء َوأ
ن َز َل َوٱ
ْر َض ٱل َّس
ََٰهْنْْلَٱ
ْمِر ٱل ِهۦ ْ َ
ْفُلْ
َّخ َر ل َّ
ُك ِر ْم ْزقً
َر لَ ُكم
َّخ َر ب ِأ
َو َس ُل َك َ ُكم
َو َس ُ
َب ْحِر ِلتَ ْج فِى ِر َى ٱل
ا
Artinya: “Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah buahan menjadi rizki untukmu; dan Dia lah menundukan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukan (pula) bagimu sungai-sungai.” (Qs. Ibrahim: 32).
11
Allah Swt memberikan sebuah amanah terhadap khalifah yang berfungsi untuk mengatur semua urusan yang dipimpinnya dan untuk mengarahkan semua perjalanan makhluk hidupnya yang akan mencapai tujuan bersama, dan juga menjaga ataupun melindungi semua kepentingan yang akan dipimpin.Kekuasaan yang diberikan Allah Swt kepada khalifah merupakan sebuah kekuasaan yang tidak ringan di mata Allah Swt dikarenakan banyak sekali godaan yang ada di buumi sehingga menghilangkan sebuah motivasi yang sudah diberikan allah sebagai pemimpin dari tujuan bersama sama.
Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan bertanggungjawab atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan. Tugas kekhalifaan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk rumah tangga dan sejahtera atau keluarga sakinah dan mawaddah wa rahmah/ cinta kasih
ْيلَإ َل ِ
واِتَ ْس ُكنُ
ًجاْزَو أ ََٰأ نفَُ
أ َق َ
ِت ِ هۦَٰ
َودَّةًَّم
َبْيَن ُكم
َو َجعَ
َه ل ا
ِس ُكْم ل ِ م ْن َ ُك َخل م َ
ْن َءاَي
َو ِم ْن
َٰ
َيتَفَ َّك ل ُرو َن
ِۚ َّن َو َر ْح َمةً
َي ٍتََٰء ذَ اَل ْوٍمِقَ
إ فِى ِل َك
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (QS.Ar-Rum:21)
Tugas kekhalifaan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, menegakkan keadilan dalam masyarakat
َّل
َأ ۚ
ْصِل ُحوا
ْخَو ٱل ة ْ
ْر َح ُم ل و َن َعَ
َخَو فَأ َبْي َن ْي ُكْم َ
تُ
ُكْم ٱ ََّّلل َو َ ٱتَّقُوا
ِإ
َماَّن
ُم إ ْؤ ِمنُو َن ِ
Artinya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" (QS. Al-Hujurat:10)
َأ
نفَُ
ْم َ
َِِّلل ْو ََّولَ
ِْٱل
َٰ
َمنُواَءا
12
َهايَُّأ ََٰي ِذي َنَّٱل
ِس ُك َعل
ُش َهدَا
ِمي َن ُكونُوا
ِو أ
ى َٰ
ِق ْس ِط َّوقَ
َء ب
َأ
ٱل ن ْ
ِعُوا
َْٰولََ
إ َي ُكن َغِنًَّ
ِ ٱل ي َن ْ
َهَو َٰى تَتَّب
ب فَ َل ِ ِهَم أ ا
ى أ فَ
َربقْْْلَ
ِقي ًرا فَٱ ََّّللُ
يا ْو ِ ۚ ن َوٱ
ِنِلدَْيََٰو
ُ
ِ تَ ي ًرا ْعَمل َخب
ِ تُ َّن ْعِر ُضوا
ب ون ِ َم فَإ ٱ ََّّللَ
َكا َن ا
ا ُوۥتَل ْو ْ َأ
ُوا
ِ تَۚ ن ْعِدل َوإ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan"(QS. An-Nisa:135)
. Tanggung jawab manusia terhadap moral agama sebagai khalifah di bumi yaitu mengelola sebaik-baiknya alam semesta dan kehidupan sosial didalamnya. Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-komponen lain dalam ekosistem sehingga secara moral manusia terhadap alam dituntut untuk bertanggungjawa kepada kelangsungan, keseimbangan dan kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupannya.
Tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi:
a. Mengulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya- karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia.
b. Mengulturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasi karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidakmenimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya.
c. MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen dengan nilai nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat
13
manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi.
C. Manusia Perlu Memeluk Agama
Manusia membutuhkan agama di dalam kehidupannya, yaitu sebagai pegangan hidup baik untuk kehidupan di dunia maupun di akherat kelak. Sudah barang tentu agar semuanya itu dapat dicapai maka ia harus dapat menjaga keseimbangan antara dua kebutuhan, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani (agama) mengandung dua dimensi, yaitu hubungan vertikal (hubungan manusia dengan pencipta) dan hubungan horizontal (hubungan manusia dengan sesama mahkluk Tuhan lainnya). Tingkat religiusitas individu akan berkembang seiring dengan perkembangan kepribadiannya. Sejak manusia lahir di dunia, manusia dilahirkan mempunyai potensi beragama atau berkeyakinan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar dirinya yang mengatur hidup dan kehidupan alam semesta. Oleh karenanya pemahaman mengenai keagamaan atau religiusitas haruslah ditanamkan sejak dini, bahkan ketika masih kanak-kanak. Karena kepercayaan ini akan berkembang dan mencapai kematangan ketika individu dewasa. Dalam mencapai kematangan beragama banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor internal (pembawaan), dan faktor eksternal (lingkungan).
Agama juga memberi isyarat kepada manusia dan alam bahwa ada Zat yang lebih unggul, Zat Yang Maha Segala-galanya, yang disitu manusia perlu bersandar kepad Dia melalui medium agama. Dengan kata lain perlu bersandar dan berpasrah (tawakal) kepada Dia melalui agama karena agama menjadi tempat bagi kita untuk mengadu dan berkomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kita kepada Tuhan didasarkan pada suatu ajaran bahwa manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan
Fungsi agama dalam kehidupan (Ahmad Asir:2014)
a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang
14
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan sosial akanmampu menghadapi dengan tenang.
b. Penolong Dalam Kesukaran
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang. Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
c. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri hidup. Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktuwaktu bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak mungkin gelisah. Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.
15
d. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati. Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak. Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.
Dengan memiliki Agama, manusia dapat mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia dapat mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan keyakinan mereka masing-masing, kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah kebutuhan yang dianggap mudah, karna agama dapat membuat manusia meyakini apa yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka masing-masing, dalam agama Islam manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kodratnya, maka dalam agama islam manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik (Liswi:2018)
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang tenang, membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki moral yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi dari makhluk Tuhan yang lain
2. Khalifah bentuk tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada manusia di bumi dan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah. Adam AS. manusia pertama yang telah ditetap Allah untuk menjadi khalifah
3. Dengan memiliki Agama, manusia dapat mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupannya, manusia dapat mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan keyakinan mereka masing-masing, kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah kebutuhan yang dianggap mudah, karna agama dapat membuat manusia meyakini apa yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka masing-masing, dalam agama Islam manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kodratnya, maka dalam agama islam manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik
B. Saran
Manusia dan agama merupakan dua hal yang berdampingan dimana agama sangat berpengaruh terhadap seorang insan duniawi. Oleh karena itu hendaknya kiat semua menjadi manusia yang taat dan selalu bertakwa kepada Allah SWT.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sada, H. J. (2016). Manusia Dalam Perspektif Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam Volume 7 , 129-142.
Surikno, H., Novianty, S. N., & Miska, R. (2022). HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM:TELAAH MAKNA, DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA. Al-Mau'izhah Vol. XII No 1 , 225-236.
Wardoyo. (2014). Agama dan Manusia. Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat , 82- 100.
18