Minggu, 09 Juli 2023

  • Jurnal Karya 2023 "Esai" #3

     AMPHIBI APPLICATION FOR WATER CHECKING AND  PURIFICATION

    IN ORGANIC AGRICULTURE 

    Sub tema: Pertanian 

    Disusun oleh: 

    Sani Rahmawati 

    Tri Kurnianingsih 

    Agustina Puspa Mentari 

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET 

    SURAKARTA 

    2022

    PENDAHULUAN 

    Pertanian organik merupakan kegiatan pertanian di mana tahap budidaya  yang dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia. Urgensi pertanian berkelanjutan  cocok dijalankan dalam pertanian organik. Pengurangan penggunaan input bahan  kimia akan menjadikan dampak kegiatan pertanian terhadap lingkungan  berkurang. Menurut Lesmana dan Margeta (2017), penerapan pertanian organik  cenderung diabaikan karena tingkat pengetahuan petani terhadap pertanian  organik masih kurang. Proses penting dalam bertani secara organik adalah  mengetahui dan menerapkan proses pertanian yang benar-benar organik agar hasil  dari budidaya dapat dianggap benar sebagai hasil produksi organik. 

    Penerapan pertanian organik di Indonesia masih sedikit. Menurut data dari  lembaga sertifikasi pertanian organik INOFICE, jumlah luas lahan organik kurang  lebih sekitar 0.14% dari total 8 juta hektare (Ha) lahan sawah di Indonesia. Hal  tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu paradigma petani  yang masih sulit menjalankan proses produksi yang benar-benar dijalankan secara  organik. Hal tersebut nantinya akan berpengaruh pada proses sertifikasi. Menurut  pendapat Emiria dan Purwandari (2014), sertifikasi pertanian organik diberikan  kepada petani yang sudah menerapkan produksi pangan organik sesuai SNI 6729- 2010-Organic Food & Production System dan CAC/GL 32/1999 Codex  Alimentarius Commission Guidelines for the production, processing, labeling and  marketing of organically produced foods. Dalam proses produksi, kita tidak tahu  apakah lahan yang kita gunakan akan tetap bersifat organik atau tidak. Berbagai  kemungkinan dapat terjadi seperti adanya kontaminasi tanah akan bahan kimia  akibat air irigasi yang digunakan ternyata sudah tercemar bahan kimia. 

    Air merupakan komponen penting bagi tumbuhan. Hampir 70% bagian dari  tumbuhan tersusun dari molekul air. Tumbuhan memerlukan air untuk  pertumbuhan dan perkembangan, proses respirasi, dan pengangkut hasil dari  proses fotosintesis. Proses pengaliran air dari sumber air ke lahan pertanian biasa  disebut irigasi. Selama masa pengaliran air ke lahan tidak luput dari adanya bahan  kimia sehingga perlu dilakukan pengecekan secara berkala. Sulitnya air bebas  bahan kimia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya dari sumber air  itu sendiri. Tercemarnya sumber air menjadikan salah satu kendala untuk menuju 

    pertanian organik, karena sumber air menjadi hal yang krusial dalam pertanian.  Sejalan dengan pendapat Yohannes et al. (2019), pencemaran dapat diakibatkan  karena masih minimnya fasilitas pengolahan air limbah dan beban limbah tanpa  didukung oleh kemampuan daya tampung sungai yang memadai. Hal ini tentunya  menjadi hal yang serius untuk ditangani demi mewujudkan pertanian organik. 

    Era digitalisasi memudahkan masyarakat dunia dalam mengakses informasi  apa pun tanpa mengenal waktu dan tempat. Penggunaan aplikasi yang semakin  marak dalam berbagai bidang dengan didukung adanya smartphone yang semakin  canggih. Smartphone, selain digunakan sebagai alat komunikasi dan internet, juga  digunakan sebagai alat pembuat aplikasi yang dapat dirasakan manfaatnya. Dalam  bidang pertanian, petani dapat memanfaatkan aplikasi dari smartphone dalam  upaya pengecekan kualitas air dan sebagai remote otomatis untuk menyalakan alat  pada pertanian organik. 

    Pengecekan air pada pertanian organik akan sulit dilakukan apabila jarak  lahan jauh dan banyaknya kesibukan lain yang harus dikerjakan. Berdasarkan  permasalahan yang ada, penulis membuat suatu inovasi aplikasi untuk pengecekan  kualitas air dan remote otomatis untuk menyalakan alat yang dapat memurnikan  air dari bahan kimia pada pertanian organik. Pemanfaatan smartphone yang  dimiliki untuk pemantauan air secara berkala akan lebih mudah dan praktis,  sehingga petani tidak harus ke lahan untuk memantau lahan tersebut. 

    ISI 

    Air dalam sistem pertanian digunakan sebagai pendukung dalam  pembentukan jaringan dengan tujuan mempertahankan kelembaban tanah secara  optimum. Berdasarkan pernyataan tersebut, berarti air termasuk komponen  penting dalam pertanian sehingga kualitasnya harus diperhatikan. Pada pertanian  organik, air yang digunakan berasal dari sumber pengairan pertama dengan tujuan  untuk menghindari adanya bahan kimia yang ikut mengalir bersama air tersebut.  Jika berasal dari sumber mata air kedua (sekunder), ketiga (tersier), dan  seterusnya maka perlu dilakukan adanya filtrasi. Menurut Thony (2017), filtrasi  atau penyaringan dapat dilakukan dengan menampung air dari saluran irigasi ke  dalam sebuah kolam buatan. Air keluaran dari kolam tersebut kemudian dipakai  untuk mengairi padi sawah organik.

    PH air dapat mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar atau tidak.  Parameter yang digunakan adalah dengan skala pH kurang dari 7, yang artinya air  tersebut bersifat asam. Ada berbagai faktor yang menyebabkan air bersifat asam,  salah satunya yaitu kandungan zat besi (Fe) yang berada dalam air. Penetralan  untuk air yang bersifat asam ini dapat menggunakan zeolit. Hal ini sejalan dengan  pendapat Wiyono et al. (2017), zeolit dalam sistem penyaringan fisik, antara lain  dapat membuat air yang berada dalam kondisi pH asam menjadi lebih netral  berdasarkan kapasitas perubahan kationnya yang besar. Adapun persyaratan  secara fisik untuk air yang netral atau tidak tercemar, yaitu tidak berwarna,  temperatur normal, rasa tawar, tidak berbau, tidak keruh, dan tidak mengandung  zat padatan. 

    Sebagai upaya digitalisasi dalam bidang pertanian salah satunya yakni  dengan perancangan aplikasi mengkaji tampilan dan fungsi dari setiap komponen  aplikasi untuk pengecekan air pada pertanian organik. Komponen-komponen  penyusun aplikasi yaitu software, hardware, dan alat pemurnian air FIO (Filter  Inlet Outlet). Software merupakan tempat untuk menyimpan data yang diformat  dan disimpan secara digital, yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer.  Fungsinya yaitu sebagai bahan dalam pembuatan aplikasi. Hardware merupakan  alat yang diaplikasikan pada lahan. Fungsinya yaitu sensor akan membaca data  pada lapangan kemudian dikirimkan melalui internet connection untuk  ditampilkan pada aplikasi di smartphone. FIO (Filter Inlet Outlet) merupakan alat  yang digunakan untuk memurnikan atau memfiltrasi air yang tercemar bahan  bahan kimia seperti logam berat dan residu pestisida. 

    Aplikasi dibuat menggunakan software Flutter karena memiliki kelebihan  yaitu dapat membuat aplikasi multiplatform hanya dengan satu basis coding (codebase). Dengan teknologi open source memungkinkan developer  menghasilkan aplikasi di berbagai platform baik mobile android, iOS, web,  maupun desktop. Aplikasi dibangun menggunakan widget yang meliputi text field,  button, dan image serta dilengkapi sistem rekap basis data yang bertujuan untuk  dapat memanggil basis data pada server internet. Berikut merupakan tampilan  aplikasi yang dibuat menggunakan Flutter.

    Smart Remote  

    Control

    Gambar 1. Tampilan Aplikasi Pengecekan dan Pemurnian Air 

    Aplikasi memiliki tampilan sederhana agar mudah digunakan dan dipahami  oleh petani. Terdapat tampilan pH untuk menunjukkan hasil pembacaan data  sensor. Tabel pH memudahkan pengguna mengetahui tingkat keasaman atau  kebasaan tanah dan air. Pada sisi kanan bulatan hasil data juga terdapat keterangan  bahwa pH yang ditampilkan netral, asam, atau basa sesuai dengan data yang  didapat. Terdapat juga tampilan data yang telah diambil sebelumnya sehingga  kegiatan pengontrolan menjadi lebih mudah. Kestabilan alat akan menjadikan data  yang diperoleh dan ditampilkan dalam aplikasi menjadi akurat. Tampilan taskbar  dengan nama smart remote control berfungsi untuk mengatur menutup dan  membukanya saluran utama dan saluran sekunder pada saluran irigasi. Apabila  terdeteksi air tercemar melalui hasil pH meter, maka pengguna dapat membuka  saluran sekunder untuk terjadinya filtrasi air secara otomatis, sedangkan saluran  primer akan otomatis menutup. 

    Perancangan hardware menggunakan beberapa alat yang digabungkan  dalam sebuah prototype meliputi sensor, mikrokontroler, LCD display, dan modul  ethernet. Bagian-bagian tersebut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing  dalam memonitoring air. Sensor berfungsi untuk membaca masukan dari  kandungan air. Dalam praktiknya, sensor yang digunakan adalah sensor pH  analog kit. Mikrokontroler berfungsi untuk mengolah data yang diterima sensor.  Mikrokontroler yang digunakan yaitu arduino Mega 2560 dengan memori flash 32  Kb dan memori SRAM 8 Kb. LCD display berfungsi untuk menunjukkan data  dari hasil data sensor yang ditampilkan dalam bentuk karakter dot matrix.  

    Pengiriman data dari mikrokontroler kepada server internet dilakukan dengan  menggunakan modul ethernet ENC28J60 yang memiliki kecepatan clock sebesar  25 Mhz. Proses pengiriman sensor dari mikrokontroler dengan merubah format  data string. 

    FIO (Filter Inlet Outlet) merupakan alat yang berfungsi sebagai filter air.  FIO (Filter Inlet Outlet) ditempatkan pada saluran masuk dan saluran keluar untuk  menyaring air irigasi, sehingga yang masuk ke lingkungan lahan pertanian bebas  dari bahan pencemar. Pembuatan FIO (Filter Inlet Outlet) terbilang cukup mudah,  murah, dan sederhana. Bahan yang digunakan dalam pembuatan FIO (Filter Inlet  Outlet) antara lain plastik, fiber, besi atau galvanis dan aluminium. Variasi  dimensi FIO (Filter Inlet Outlet) disesuaikan dengan lokasi pemasangan. Terdapat  silinder biochar berjumlah 11 silinder pada kerangka FIO (Filter Inlet Outlet).  Pada saluran irigasi terdapat dua saluran yaitu saluran utama dan saluran  sekunder. FIO (Filter Inlet Outlet) terdapat pada saluran sekunder sehingga  apabila air tercemar, saluran utama menutup dan saluran sekunder akan membuka.  Membuka dan menutupnya saluran dapat diatur lewat smartphone

    Adapun pihak-pihak yang dapat terlibat dalam perancangan hingga  penggunaan inovasi aplikasi ini diantaranya, ahli IT, dinas pertanian, dan balai  penyuluhan pertanian, serta masyarakat. Ahli IT, nantinya akan melakukan  rancang bangun terkait pembuatan aplikasi pengecekan kualitas tanah dan air pada  pertanian organik. Dinas pertanian dan balai penyuluhan pertanian nantinya akan  membantu dalam melakukan promotion dan socialization terkait aplikasi ini agar  bisa diaplikasikan pada masyarakat luas. 

    Berkaitan dengan langkah implementasi dari pengaplikasian aplikasi  pengecekan kualitas air pada pertanian organik, ada beberapa tahapan. Langkah  implementasi ini merupakan kegiatan akhir yang dilakukan dalam penerapan  sistem baru dengan tujuan bisa beroperasi. Implementasi diawali dengan tahapan  memasang alat pemurnian pada saluran irigasi dan memasang hardware. Pada  rangkaian saluran irigasi yang dibuat memiliki saluran utama (primer) dan saluran  kedua (sekunder). Pemasangan alat pemurnian FIO (Filter Inlet Outlet) diletakkan  pada saluran kedua (sekunder). Hardware dipasang di dekat saluran irigasi yang  berada di lahan agar pembacaan data pH air yang akan dialirkan ke lahan akurat. 

    Tahapan implementasi selanjutnya yaitu uji coba alat. Pengujian aplikasi  dilakukan dengan menaruh alat di lahan dan memastikan semua alat terpasang  dengan baik. Alat untuk membuka dan menutupnya saluran irigasi akan bekerja  setelah pembacaan data pH meter untuk membaca kualitas air apakah tercemar  atau tidak. Alat berupa hardware yang dipasang di lahan akan membaca data  melalui sensor. Data yang telah masuk akan mengalami pemrosesan data. Hasil  akhir data akan ditampilkan pada display LCD dan dikirim melalui server internet.  Dalam proses pengiriman, data disimpan pada basis data dan akan terekam  sehingga dapat ditampilkan kembali. Data akan ditampilkan dalam aplikasi yang  didapat melalui pengambilan data pada basis data server internet. Proses  pengambilan data dari basis data meliputi nilai sensor, waktu, tanggal, dan status.  Rekap data pada tanggal dan jam yang telah diambil sebelumnya dapat  ditampilkan melalui aplikasi sehingga kegiatan pemantauan dapat lebih efektif. 

    Pengujian aplikasi dilakukan dalam beberapa kali untuk memastikan  aplikasi siap digunakan dalam jangka waktu yang lama. Apabila aplikasi tidak  dapat membaca data, maka perlu dilakukan pengecekan hardware yang dipasang  pada lahan. Bisa terjadi kemungkinan alat macet karena kondisi tertentu atau  karena server internet tidak menerima sinyal. Perawatan alat terutama pada  hardware perlu dilakukan agar aplikasi tetap dapat berjalan efektif. Adanya tahap  evaluasi akan menjadikan pengembangan aplikasi menjadi lebih baik lagi.  

    PENUTUP 

    Adanya inovasi AMPHIBI diharapkan mampu untuk meningkatkan  keefektifan dan keefisienan aplikasi guna memperoleh petani dalam melakukan  pengecekan dan pemurnian air pada pertanian organik. Tahapan implementasi  dilakukan secara urut dan teliti yakni meliputi pemasangan alat dan uji coba alat.  Pemeliharaan alat harus dilakukan secara berkala untuk mendapatkan kinerja alat  yang baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, perlu adanya upgrade  alat baik untuk komponennya agar lebih tahan lama maupun kinerjanya terkait  pembacaan alat agar lebih akurat.

    DAFTAR PUSTAKA 

    Emiria, F., Purwandari, H. 2014. Pengembangan Pertanian Organik di Kelompok  Tani Madya, Desa Kebonagung, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa  Yogyakarta. Jurnal Penyuluhan, 10(2): 113-122. 

    Lesmana, D., Margareta, M. 2017. Tingkat Pengetahuan Petani Padi Sawah  (Oryza sativa L.) terhadap Pertanian Organik Desa Manunggal Jaya  Kecamatan Tenggarong Seberang. Jurnal Pertanian Terpadu, 5(2): 18-33. 

    Pradana, B., Sudarsono, B., Subiyanto, S. 2013. Analisis Kesesuaian Lahan  Pertanian Terhadap Komoditas Pertanian Kabupaten Cilacap. Jurnal  Geodesi Undip, 2(2): 1-12. 

    Thony, A. 2017. Respon Pengembangan Pertanian Organik Terhadap Pendapatan  Usahatani Padi di Desa Babatan Lintang Kanan Kabupaten Empat  Lawang. Jurnal Bakti Agribisnis, 2(3): 8-16. 

    Wiyono, N., Faturrahman, A., Syauqiah, I. 2017. Sistem Pengolahan Air Minum  Sederhana (Portable Water Treatment). Jurnal Konversi UNLAM, 6(1):  27-35. 

    Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., Agustina, H. 2019. Kajian Kualitas Air Sungai  dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air. IJEEM-Indonesian Journal of  Environmental Education and Management, 4(2): 136-155.


  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.