Sabtu, 08 Juli 2023

  • Juara 2 Lomba Artikel Ilmiah Nasional LINGFEST 2023

     LOMBA ARTIKEL ILMIAH NASIONAL  

    LINGFEST 2023  

    PENSIS: SISTEM PENDETEKSI HEMIPARESIS PADA OTOT  BISEPS PASIEN TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK BERBASIS  SURFACE ELECTROMYOGRAPHY 

    Disusun Oleh:  

    (Universitas Udayana)  

    1. Made Adi Guna Dharma  

    TEKNIK MESIN  

    UNIVERSITAS UDAYANA  

    2023


    1  


    PENSIS: SISTEM PENDETEKSI HEMIPARESIS PADA OTOT BISEPS  PASIEN TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK BERBASIS SURFACE  ELECTROMYOGRAPHY 

    Made Adi Guna Dharma  

    Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia  *Corresponding author: madeguna2310@gmail.com    

    ABSTRAK   

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, dilaporkan bahwa prevalensi  stroke di Indonesia meningkat sebesar 2,1% pada tahun 2013-2018. Menurut data  dari Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Denpasar Bali pada tahun 2018-2021,  tercatat 43 pasien Transient Ischemic Attack (TIA) dan 1.241 pasien stroke iskemik.  Terdapat beberapa faktor risiko yang memicu tingginya kejadian stroke iskemik,  salah satunya yaitu kelemahan motorik pada salah satu sisi tubuh (hemiparesis)  pada pasien TIA. Hemiparesis selama terjadinya TIA merupakan tanda bahwa  pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami serangan stroke di kemudian hari.  Metode deteksi hemiparesis pada pusat pelayanan kesehatan Indonesia memiliki  beberapa kekurangan, seperti skala pemeriksaan yang bersifat subjektif, invasive,  dan hanya bisa dilakukan oleh dokter spesialis. Kekurangan tersebut dapat  menghambat pemeriksaan hemiparesis, diagnosis, dan menentukan prognosis  segera terhadap pasien TIA. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan sistem  pendeteksi hemiparesis pada pasien TIA yang memenuhi indikator standar alat  kesehatan neurologi. Pendeteksi hemiparesis (Pensis) adalah sebuah sistem  pendeteksian berbasis surface electromyography sebagai alat monitoring yang  bersifat non-invasive, objektif, ease of use, dan cost-efficient. Pengujian Pensis dilakukan pada pasien sehat dan pasien TIA di PSTW Wana Seraya, Provinsi Bali.  Hasil pengujian surface electromyography dengan menggunakan amplified, rectified, smoothed signal AD8266, analog to digital converter, dan data logger menunjukkan bahwa Pensis akurat terhadap progresivitas hemiparesis pada otot  biseps. Prototipe ini dapat mempresentasikan gelombang tegangan kekuatan  motorik sehingga diagnosis dan prognosis pada pasien TIA bersifat objektif,  praktis, dan non-invasive. Pengembangan alat pendeteksi hemiparesis yang praktis  digunakan oleh siapa pun dan dimana pun dapat membantu menurunkan angka  kejadian stroke di Indonesia. 

    Kata Kunci: Data Logger; Hemiparesis; Stroke; Surface Electromyography;  Transient Ischemic Attack 

     

    2  

    PENDAHULUAN  

    Indonesia saat ini tengah berusaha menuju era society 5.0, salah satu  tanlengan era tersebut adalah inovasi teknologi di bidang kesehatan. Pengembangan  inovasi teknologi di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya efektif suatu  negara dalam memecahkan permasalahan era society 5.0 (Bruno, 2018). Namun,  angka kejadian stroke di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan Riset Kesehatan  Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dilaporkan bahwa prevalensi stroke di Indonesia  meningkat sebesar 2,1% dari tahun 2013 hingga 2018. Terdapat beberapa faktor  risiko memicu tingginya kejadian stroke, salah satunya yaitu hemiparesis pada  pasien Transient Ischemic Attack (TIA) (Poupore dkk., 2020). Gejala dari TIA  meliputi hemiparesis, gangguan gaya berjalan, dan kehilangan koordinasi.  Hemiparesis merupakan kelemahan motorik pada salah satu sisi tubuh manusia.  Adanya hemiparesis selama terjadinya TIA merupakan tanda bahwa pasien  memiliki risiko tinggi mengalami serangan stroke di kemudian hari, sehingga  penting untuk mendeteksi hemiparesis pada pasien TIA (Poupore dkk., 2020).  

    Pendeteksian hemiparesis pada pasien TIA merupakan salah satu metode  diagnosis dan penentuan prognosis menjadi stroke di kemudian hari (Donkor,  2018). Sebagian besar pendeteksian hemiparesis di pusat pelayanan kesehatan  Indonesia masih menggunakan metode Manual Muscle Testing (MMT). Namun,  metode ini masih memiliki keterbatasan seperti skalanya bersifat subjektif, hasil  pemeriksaan tergantung pada kemampuan pemeriksa dan bisa berbeda-beda antar  klinisi (Manikowska dkk., 2018). Dalam perkembangan selanjutnya,  dikembangkan electromyography (EMG) recording dengan hasil pengukuran yang  lebih akurat. Namun, proses pengukuran pada alat ini masih menggunakan  elektrode berupa jarum (intramuskular) yang harus dimasukkan ke dalam otot  pasien (invasive). Saat praktik klinis, metode ini memiliki kelemahan yang dapat  mengganggu kenyamanan pasien dalam penggunaan rutin (Hakim dkk., 2021).  

    Otot biseps adalah kumpulan jaringan otot yang dapat menghasilkan action  potential. Action potential merupakan sebuah potensial listrik selama otot  mengalami kontraksi. Sinyal surface electromyography adalah hasil representatif  potensial listrik yang dihasilkan dari depolarisasi membran luar serat otot selama  mengalami kontraksi. Dengan begitu, deteksi hemiparesis dapat ditentukan dengan  kuantifikasi potensial listrik otot biseps (Setyaji, 2018). Surface EMG dapat  dikembangkan sebagai sistem deteksi non-invasive karena tidak mempengaruhi  keutuhan jaringan otot pasien untuk memperoleh potensial listrik. Selain itu,  metode ini mudah dilakukan oleh setiap orang karena hanya perlu menempelkan  disposable electrode pada kulit. Hasil deteksi surface EMG dapat dipresentasikan  dengan grafik garis dua dimensi dengan kombinasi parameter gangguan motorik  terkait stroke. 

    Merujuk pada permasalahan yang dialami oleh pasien TIA, dibutuhkan suatu  sistem yang mampu membantu pasien memantau progresivitas hemiparesis. Sistem  ini harus memenuhi indikator standar alat kesehatan neurologi. Sesuai dengan  standar internasional ISO15004-1, sistem harus akurat dan sebisa mungkin tidak  invasif (International Standard Organization, 2020). Untuk mendukung fungsi  pendeteksian, sistem harus mampu dioperasikan dengan sederhana, bersifat  portabel (standar IEC 60601-1), dan efisien biaya (International Electrotechnical  Commision, 2015). Dengan demikian, prototipe pendeteksi hemiparesis (Pensis)  sebagai sistem pendeteksi berbasis surface electromyography hadir sebagai solusi  efektif atas tanlengan dari permasalahan tersebut. Konsep kerja Pensis terinspirasi  dari perubahan potensial listrik saat otot berkontraksi yang sebanding dengan  perubahan tegangan kekuatan motorik. Serupa dengan otot biseps, peningkatan  action potential juga akan disertai dengan peningkatan tegangan kekuatan motorik.  Studi menunjukkan terdapat hubungan antara perubahan action potential dengan  perubahan kekuatan motorik yang berbanding lurus secara signifikan (Florentinus  & Setiawan, 2018). Oleh karena itu, peningkatan action potential sebagai parameter  pendeteksian hemiparesis dapat ditentukan dengan pendekatan potensial lsitrik  surface EMG. 

    METODE PENELITIAN 

    Dalam mengembangkan sistem pendeteksi hemiparesis yang memenuhi  indikator standar alat kesehatan neurologi, dilakukan pendekatan dengan analisis  action potential yang dapat diperoleh dari potensial listrik otot biseps. Saat kondisi  lengan berkontraksi, otot akan mengalami kondisi depolarisasi atau peregangan  otot. Pada fase tersebut ion sodium (Na+) akan menggantikan ion kalium (K+)  sehingga otot dapat bergerak, ilustrasi fase tersebut dapat diamati pada Gambar  1(a). Dalam melakukan kontraksi, otot biseps akan mengalami perubahan massa  otot, kemudian akan menimbulkan suatu gelombang yang disebut dengan Motor  Unit Action Potential (MUAP). Gelombang action potential dapat diamati seperti  pada Gambar 1(b).  

    (a) (b) 

    Gambar 1. (a) Fase Depolarisasi, (b) Gelombang Action Potential  Pendekatan ini dapat ditunjang dengan instrumen Surface EMG. Surface  EMG merupakan instrumen yang dapat mendeteksi aktivitas motorik dengan  menggunakan sensor permukaan. Cara kerja surface EMG yakni dengan meletakan 

    sensor surface EMG pada otot kemudian sensor permukaan akan mendeteksi  pergerakan motorik berupa potensial listrik ketika otot berkontraksi dan berelaksasi  (Nugroho dkk., 2022). Instrumen ini memungkinkan pemerolehan action potential 

    secara langsung. Instrumen surface EMG ditunjukan pada Gambar 2(a).  (a) (b) 

    Gambar 2. (a) Surface EMG, (b) Pemodelan potensial listrik surface EMG Besarnya nilai action potential dipengaruhi oleh aktivitas molekul K+ dan  Na+. Pada Cell elektrode surface EMG terdapat sebuah pembangkit sinyal yang  merupakan pemodelan elektrik dari aktivitas sel, yakni berupa aktivitas ion K+ dan  ion Na+. Aktivitas tersebut berpengaruh terhadap membran sel sehingga surface EMG dapat merekam action potential, ilustrasi pemodelan dapat diamati pada  Gambar 2(b). Parameter action potential pada otot biseps ini yang dapat  dimodelkan sebagai kekuatan motorik (Tanweer & Halonen, 2018). Dalam  memperoleh action potential, surface EMG memiliki tiga buah elektrode yang  harus dipasangkan pada otot yang sama. Otot biseps diletakkan dua buah elektrode  berwarna merah sebagai positif dan berwarna kuning sebagai negatif, sedangkan  elektrode berwarna hijau sebagai ground yang dipasang pada tulang lengan (Fahmi  dkk., 2021). Ilustrasi peletakan elektrode dapat diamati pada Gambar 3.

    Gambar 3. Peletakan Elektrode Pada Otot Biseps  

    Secara sederhana, untuk dapat merepresentasikan sebuah sinyal pada suatu  alat pendeteksi, maka sinyal tersebut harus berupa sinyal digital (International Standard Organization, 2020). Action potential masih berupa sinyal analog  sehingga tidak dapat direpresentasikan secara langsung, maka dibutuhkan sebuah  instrumen yang dapat mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital. Arduino  Mega 2560 adalah sebuah instrumen yang dapat mengkonversi sinyal analog  menjadi sinyal digital dengan fitur analog to digital converter (ADC). Oleh karena  itu, Arduino Mega 2560 dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengkonversi  action potential dari sinyal analog menjadi sinyal digital. Kemudian, berdasarkan  penelitian Fahmi dkk tahun 2021 tentang cara merepresentasikan action potential menjadi satuan tegangan kekuatan motorik, maka disusun persamaan Volt Peak to 

    5  

    Peak (Vpp) sebagai solusi dari permasalahan tersebut. Persamaan Vpp dapat diamati  pada persamaan (1) (Fahmi dkk., 2021). Persamaan Vpp ini yang akan digunakan  sebagai tegangan kekuatan motorik dalam mendeteksi hemiparesis pada prototipe  Pensis. 

    ��௣௣ =(௡௜௟௔௜ ஺஽஼ ௠௔௞௦ି௡௜௟௔ ஺஽஼ ௠௜௡)×ହ 

    ଵ଴ଶସ ................................................................... (1)  Keterangan:  

    Vpp = Tegangan puncak ke puncak (Volt)  

    Namun, persamaan Vpp belum dapat direpresentasikan secara langsung oleh  Arduino Mega 2560, karena Arduino Mega 2560 adalah sebuah mikrokontroler  yang hanya dapat diprogram menggunakan bahasa pemrograman C. Berdasarkan  persamaan Vpp kemudian diubah menjadi persamaan dengan kode pemrograman  bahasa C, maka diperoleh persamaan (2).  

    ���������� �������������� = (((�������������� − ������������) ∗ 5)/1024) .............................. (2)  Tahapan penelitian sistem pendeteksi hemiparesis pasien TIA berbasis  surface EMG dilaksanakan dalam empat tahapan utama sebagaimana ditunjukan  pada Gambar 4. Tahapan penelitian dilaksanakan secara luring dengan tetap  

    menerapkan protokol kesehatan dan memperhatikan kelaikan etik.  Gambar 4. Tahapan Penelitian Prototipe Pensis 

    Studi Literatur  

    Dalam mendukung penelitian ini, maka dibutuhkan data primer dan  sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian kuantitatif, metode pengumpulan  data dengan survei kuantitatif dan eksperimen pada peserta penelitian. Data  sekunder diperoleh dari studi literatur berupa jurnal, buku elektronik dan berita  informasi angka pasien TIA di RSUD Wangaya, serta studi literatur berupa jurnal,  penelitian terdahulu, dan buku-buku digital.  

    Perancangan Mekanik  

    Sebagai tahapan awal, penyusunan desain dilakukan sebagai pedoman  pelaksanaan tahapan manufaktur. Perencanaan desain yang dilaksanakan meliputi  computational aided design (CAD) pada prototipe Pensis. Perancangan mekanik  meliputi perancangan frame utama, hand rest, tiang frame dan kotak kontrol  menggunakan perangkat lunak Autodesk Fusion 360. Proses perancangan  menggunakan metode subtraktif untuk mendapatkan hasil yang presisi. Seluruh 

    rancangan mekanik berdasarkan data antropometri orang asia, sehingga prototipe  dapat menyesuaikan dimensi tubuh berbagai kalangan usia pengguna.  (a) (b) 

    (c) (d) 

    Gambar 5. (a) Desain Frame Utama, (b) Desain Hand Rest, (c) Desain Tiang  Utama, (d) Desain Kotak Kontrol 

    Perancangan Elektronika 

    Perancangan elektronika dimulai dengan perancangan skematik rangkaian  elektronika menggunakan software Autodesk Easily Applicable Graphical Layout  Editor (EAGLE) seperti pada Gambar 6(a). Perancangan elektronika meliputi  perancangan catu daya dan lay out Printed Circuit Board (PCB) sebagai sumber  suplai listrik prototipe Pensis. Catu daya menggunakan dua buah sumber tegangan  yaitu tegangan simetris 18 Volt yang digunakan sebagai sumber daya listrik surface EMG, sedangkan sumber tegangan 5 Volt sebagai sumber listrik mikrokontroler dan  data logger seperti yang ditunjukan pada Gambar 6(b) serta Gambar 6(c). 

    (a) (b) (c) 

    Gambar 6. (a) Skematik PCB Elektronika Catu Daya, (b) Tata Letak Komponen  Catu Daya pada PCB, dan (c) Lay Out PCB

    Perancangan Pendeteksian Hemiparesis 

    Perancangan pendeteksian hemiparesis terdiri dari dua bagian utama  sebagaimana alur perancangan dapat dilihat pada Gambar 7. Bagian pertama adalah  merancang user interface (UI) Pensis. Perancangan UI Pensis menggunakan  aplikasi Microsoft Excel dengan dua pilihan tampilan hasil pendeteksian. 

    Gambar 7. Diagram Blok Perancangan Pendeteksian Hemiparesis Pensis Pilihan pertama adalah pembacaan tegangan hemiparesis dengan tampilan  angka desimal dan waktu pada tabel. Pilihan kedua adalah pembacaan tegangan  hemiparesis dengan tampilan gelombang pada grafik garis dua dimensi. Microsoft  Excel akan ditambahkan software PLX-DAQ atau Parallax Data Acquisition yang  ditunjukkan pada Gambar 8. Penggunaan PLX-DAQ sebagai add-on dari data  akuisisi mikrokontroler arduino mega untuk Microsoft Excel, sehingga proses  pendeteksian dapat dilaksanakan secara real time. Adapun kelebihan penggunaan  Microsoft Excel sebagai media observasi alat kesehatan karena aplikasi tersebut  sudah banyak digunakan oleh seluruh masyarakat, sehingga diharapkan nantinya  prototipe ini mudah digunakan oleh berbagai kalangan pengguna.

    Gambar 8. Perancangan User Interface (UI) Pensis 

    Bagian kedua adalah perancangan pemrograman antara mikrokontroler  Arduino Mega, electromyography module, dan data logger dengan menggunakan  software Arduino IDE. Pemrograman menggunakan library simple timer, Real Time  Clock (RTC), dan Secure Digital (SD) Card sehingga hasil pendeteksian dapat  disimpan sebagai rekam medis pasien. Adapun penggunaan SD card module  sebagai tempat penyimpanan data rekam medis pasien. Berikut merupakan kode  pemrograman yang ditunjukan pada Gambar 9.

      Gambar 9. Pemrograman Data Logger Pendeteksian Hemiparesis Pensis Pengujian Fungsionalitas Prototipe 

    Dalam mengevaluasi fungsionalitas prototipe, beberapa pengujian  dilaksanakan dalam memenuhi indikator-indikator yang diperlukan oleh prototipe  Pensis. Pengujian prototipe dilaksanakan di PSTW Wana Seraya, Provinsi Bali.  Proses pengujian prototipe dilaksanakan dengan membandingkan hasil  pendeteksian hemiparesis otot biseps lengan kanan dan otot biseps lengan kiri pada  pasien TIA serta lansia sehat. Kemudian untuk menguji keakuratan data,  pengolahan data menggunakan metode komparatif yang membandingkan hasil  pengujian prototipe Pensis dengan hasil pengujian metode MMT. 

    Tahap pengujian dilanjutkan dengan system usability testing (SUS) untuk  menilai kemudahan pengguna menggunakan fitur-fitur, kenyamanan, dan manfaat  pada User Interface (UI) Pensis. Pengguna ditugaskan untuk mengakses dan  menggunakan fitur-fitur UI Pensis sesuai dengan petunjuk pemakaian alat sesuai  instruksi. Setelah itu, penilaian dilakukan berupa skoring dan peninjauan kembali  apabila terdapat ketidaksesuaian fitur. Penilaian dilakukan menggunakan kuesioner  terstandar yang telah terbukti validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner ini terdiri dari  lima pertanyaan positif dan lima pertanyaan negatif. Masing-masing pertanyaan  memiliki jawaban dengan skala lima poin (sangat tidak setuju, tidak setuju, netral,  setuju, dan sangat setuju). Nilai akhir dari kuesioner SUS berupa nilai tunggal dari  0 sampai 100 dengan interpretasi berupa adjective rating scale terstandar (Bangor  dkk., 2009). 

    Evaluasi Hasil 

    Setelah prototipe melalui seluruh tahapan pengujian, maka akan dihasilkan  suatu standar yang digunakan sebagai pedoman dalam proses hilirisasi, seperti  tahap proses memperoleh izin edar alat, produksi skala besar, dan komersialisasi  alat

    PEMBAHASAN 

    Hasil Perancangan Mekanik 

    Hasil perancangan mekanik berupa prototipe fungsional yang memiliki  sistem teleskopik. Prototipe menggunakan komponen knop sebagai sistem  teleskopik, sehingga protipe Pensis dapat menyesuaikan situasi tempat dan kondisi  pengguna (portable). Sistem teleskopik juga berfungsi untuk kepraktisan  penggunaan prototipe Pensis, karena berdasarkan data antoprometri tubuh manusia  memiliki dimensi yang berbeda-beda baik itu saat berdiri atau duduk. Oleh karena  itu, penggunaan sistem teleskopik pada prototipe Pensis dapat dengan mudah  menyesuaikan dimensi tubuh pengguna. Kotak kontrol terbuat dari bahan isolator  yakni Akrilonitril Butadiena Stiren (ABS), yang sudah memenuhi persyaratan  penggunaan alat kesehatan neurologi. 

    Gambar 10. Hasil Perancangan Mekanik 

    Adapun beberapa komponen utama dalam prototipe seperti ditunjukkan  pada Gambar 10 dengan uraian sebagai berikut.   

    a) Frame utama merupakan badan penyangga prototipe yang berfungsi  menopang seluruh komponen lainnya.  

    b) Kotak kontrol berfungsi sebagai tempat peletakan serta melindungi PCB  elektronika daya berupa catu daya, EMG module, dan data logger.   c) Hand Rest berfungsi sebagai tempat peletakan lengan pasien saat deteksi  berlangsung.  

    d) Knop merupakan tombol putar untuk mengunci dan mengendurkan frame  utama, sehingga dimensi prototipe dapat diatur sesuai dengan tubuh  pengguna.  

    Hasil Perancangan Elektronika 

    Hasil perancangan elektronika yakni menghasilkan modul elektronika daya  pada sebuah papan PCB seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11(a). Pembuatan  papan PCB menggunakan metode etching yang mampu menghasilkan jalur PCB  yang sesuai dengan desain rancangan. Berdasarkan hasil pengukuran pada tegangan  keluaran PCB elektronika daya yakni sebesar 18 Volt simetris dan 5 Volt. Pengujian  kinerja elektronika daya terhadap mikrokontroler Arduino Mega 2560 dan surface EMG dilaksanakan dengan mengukur ADC ketika otot biseps berkontraksi dan  berelaksasi. Hasil pengujian menghasilkan nilai ADC yang ditampilkan pada serial 

    10 

    plotter Arduino IDE. Hasil pada serial plotter menunjukan bahwa ketika kondisi  lengan yang berelaksasi maka ADC bernilai 0 sampai 50, sedangkan kondisi lengan  berkontraksi maka ADC bernilai 500 sampai dengan 1023. Serial plotter dapat  diamati pada Gambar 11(b). Berdasarkan perubahan nilai ADC yang berbanding  lurus dengan kondisi lengan, maka elektronika daya sudah bekerja sesuai  spesifikasi.  

      (a)  

      (b)  

    Gambar 11. (a) Hasil Perancangan PCB, (b) Hasil Pengujian Nilai ADC Hasil Perancangan Pendeteksian Hemiparesis 

    Hasil perancangan bagian pertama pendeteksian hemiparesis adalah User  Interface (UI) pendeteksi hemiparesis dengan dua pilihan tampilan, seperti yang  ditunjukkan Gambar 12(a). Pilihan pertama adalah sebuah tabel yang menampilkan  hasil pengukuran tegangan paresis berupa angka desimal dengan satuan tegangan  (Volt). Tabel tersebut juga dapat menampilkan tanggal dan waktu secara real time.  Pilihan kedua adalah sebuah grafik yang menampilkan hasil pengukuran tegangan  hemiparesis berupa gelombang garis dua dimensi. Pada grafik terdapat sumbu  horizontal yang menampilkan waktu secara real time sampai batas waktu  pengukuran 30 menit atau 3000 data sedangkan sumbu vertikal menampilkan hasil  pengukuran tegangan kekuatan motorik. Tegangan kekuatan motorik dapat  ditampilkan dengan tegangan minimum sebesar 0 Volt dan tegangan maksimum  sebesar 5 Volt. Pada sumbu vertikal, memiliki major sebesar 0,2 dan minor sebesar  0,04. Meninjau hasil perancangan bagian pertama tersebut, maka pendeteksian  hemiparesis dapat ditampilkan secara real time dan objektif melalui monitor. Sistem  pendeteksian ini dapat membantu pengguna mendiagnosis dan menentukan  prognosis segera pada pasien TIA.  

      (a)  

      (b)  

    Gambar 12. (a) Hasil Perancangan UI Pendeteksi Pensis dan (b) Hasil  Perancangan Data Logger Pendeteksi Pensis

    11  

    Hasil perancangan bagian kedua pendeteksian hemiparesis adalah sebuah  program yang mampu menyimpan data pengukuran tegangan kelemahan motorik  dan waktu secara real time di SD card. Rekam medis adalah sebuah catatan yang  berisi data seperti identitas, riwayat penyakit, pemeriksaan, dan penentuan  prognosis pasien. Data logger pada prototipe dapat menyimpan data tersebut  berupa softcopy seperti yang ditunjukkan Gambar 12(b). Dengan bantuan software PLX-DAQ yang sudah dikoneksikan dengan Microsoft Excel rekam medis tersebut  dapat dikirim melalui transfer file atau koneksi internet.  

    Hasil Pengujian Fungsionalitas  

    Berikut merupakan data hasil pengujian fungsionalitas prototipe Pensis  yang mengikutsertakan 16 peserta penelitian terdiri dari 11 wanita dan 5 pria.  Tabel 1. Data Hasil Penelitian Pensis di PSTW Wana Seraya  

    Inisial L/P UmurEMG Relaksasi EMG Kontraksi  

    No. Nama  

    Kiri (V) Kanan (V) Kiri (V) Kanan (V) 

    1. Subjek 1 P 75 1,86 4,04 2,54 5,00  2. Subjek 2 L 80 1,44 3,61 1,69 5,00  3. Subjek 3 P 79 0,75 - 1,47 -  4. Subjek 4 P 61 1,15 2,46 1,59 2,71  5. Subjek 5 P 74 3,02 1,84 5,00 3,85  6. Subjek 6 P 86 1,88 2,16 2,35 3,11  7. Subjek 7 L 67 0,81 - 1,22 -  8. Subjek 8 L 70 0,91 0,84 1,33 1,26  9. Subjek 9 P 69 1,99 2,03 2,56 2,88  10. Subjek 10 P 69 1,53 0,71 2,27 0,97  11. Subjek 11 P 87 2,98 3,14 3,10 3,34  12. Subjek 12 P 80 1,10 1,81 1,23 1,97  13. Subjek 13 L 68 3,63 2,66 3,84 2,90  14. Subjek 14 L 68 2,25 2,38 3,43 3,20  15. Subjek 15 P 81 - - - -  

    16. 

    Subjek 16 

    57 

    0,98 

    1,50 

    1,69 

    2,23 



    Pengujian Motorik Lansia Sehat  

    Berikut merupakan hasil pengujian motorik lansia sehat dengan teknik blind  assessment. Lansia dengan nama Subjek 8 pada otot biseps lengan kiri kondisi  lengan relaksasi menunjukkan tegangan sebesar 0,91 Volt sedangkan kondisi  kontraksi menunjukkan tegangan sebesar 1,33 Volt. Pada otot biseps lengan kanan  lansia kondisi lengan relaksasi menunjukkan tegangan sebesar 0,84 Volt,  sedangkan kondisi kontraksi menunjukkan tegangan sebesar 1,26 Volt. Grafik hasil  pengujian ini dapat diamati pada Gambar 13(a) dan Gambar 13(b). 

    (a)  

    12 

      (b)  

    Gambar 13. (a) Gelombang Otot Biseps Lengan Kanan Subjek 8, (b) Gelombang  Motorik Otot Biseps Lengan kiri Subjek 8 

    Gambar 14. Hasil pengukuran ΔV Subjek 8  

    Pada penelitian Poupore dkk tahun 2021 tentang EMG intramuskular,  menyatakan bahwa hemiparesis antara sisi tubuh manusia memiliki selisih tegangan  motorik lebih dari 0,40 Volt. Jika dimodelkan secara matematis maka ΔV>0,40  Volt. Model matematis ini yang akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan  hemiparesis pasien TIA (Poupore dkk., 2020). Berdasarkan hasil pengukuran, maka  subjek 8 memiliki ΔV<0,40 Volt sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 14.  Kemudian berdasarkan penelitian Poupure dkk tahun 2021, maka dapat  disimpulkan bahwa subjek 8 tidak mengalami hemiparesis.  

    Pengujian Motorik Pasien TIA  

    Berikut merupakan pengujian motorik pasien TIA dengan teknik blind  assessment. Pasien Subjek 16 pada otot biseps lengan kiri kondisi relaksasi  menunjukkan tegangan sebesar 0,98 Volt sedangkan kondisi kontraksi  menunjukkan tegangan sebesar 1,69 Volt. Pada otot biseps lengan kanan kondisi  relaksasi menunjukkan tegangan sebesar 1,5 Volt sedangkan kondisi kontraksi  menunjukkan tegangan sebesar 2,23 Volt. Grafik hasil pengujian ini dapat diamati  pada Gambar 15(a) dan Gambar 15(b).  

    (a)  

      (b)  

    Gambar 15. (a) Gelombang Motorik Otot Biseps Lengan Kanan Subjek 16, (b)  Gelombang Motorik Otot Biseps Lengan Kiri Subjek 16

    13 

    Gambar 16. Hasil pengukuran ΔV Subjek 16  

    Berdasarkan hasil pengukuran, maka subjek 16 memiliki ΔV>0,40 Volt  sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 16. Kemudian berdasarkan penelitian  Poupure dkk tahun 2021, maka dapat disimpulkan bahwa subjek 16 mengalami  hemiparesis. Hasil pengamatan ini terbukti sesuai dengan data rekam medis dari  pasien tersebut yang menyatakan dalam kondisi stroke iskemik dengan grade 4+  dan nilai NIHSS sebesar 3. Pasien tersebut mengalami hemiparesis pada lengan kiri  atau melemahnya otot motorik lengan akibat penyakit stroke.  

    Hasil Pendeteksian Hemiparesis  

    Dalam proses menguji keakuratan data, maka hasil pengukuran prototipe  Pensis akan dibandingkan dengan hasil pengukuran metode MMT serta meninjau  rekam medis pasien. Seluruh tahap pengujian dengan metode MMT serta meninjau  rekam medis dibantu oleh dokter yang bertanggung jawab di PSTW Wana Seraya.  Pengujian dengan metode MMT pada Subjek 8 menunjukkan bahwa Subjek 8 tidak  memiliki hemiparesis. Berdasarkan rekam medis Subjek 8 menyatakan bahwa  Subjek 8 tidak memiliki riwayat hemiparesis atau riwayat stroke. Oleh karena itu,  hasil pengujian prototipe Pensis sudah sesuai dengan hasil pengujian MMT serta  dikuatkan kembali dengan rekam medis yang menyatakan bahwa Subjek 8 tidak  memiliki riwayat hemiparesis. Selanjutnya, pengujian dengan metode MMT pada  Subjek 16 menunjukkan bahwa Subjek 16 memiliki hemiparesis pada lengan kiri.  Berdasarkan rekam medis Subjek 16 menyatakan bahwa Subjek 16 memiliki  riwayat stroke dengan grade 4+ dan nilai NIHSS sebesar 3. Oleh karena itu, hasil  pengujian prototipe Pensis sudah sesuai dengan hasil pengujian MMT serta  dikuatkan kembali dengan rekam medis yang menyatakan bahwa Subjek 16  memiliki riwayat hemiparesis.  

    Berdasarkan hasil pengujian fungsionalitas prototipe yang dibandingkan  dengan hasil pengujian metode MMT dan rekam medis pasien, maka Pensis dapat  dikategorikan akurat. Hemiparesis selama terjadinya TIA merupakan tanda bahwa  pasien memiliki risiko tinggi untuk mengalami serangan stroke berikutnya sampai  dua kali lipat. Prototipe yang mampu mempresentasikan gelombang tegangan  kekuatan motorik secara dini, objektif, dan efisien dapat membantu tenaga medis  untuk menentukan diagnosis segera terhadap pasien. Pengembangan alat diagnosis  yang bersifat objektif dan dapat dioperasikan oleh tenaga nonmedis sangat  membantu untuk menurunkan angka kejadian stroke yang merupakan penyakit  tidak menular di Indonesia. 

    14 

    Hasil Pengujian System Usability Test (SUS)  

    Penilaian System Usability Scale (SUS) juga dilakukan untuk menilai  fungsionalitas prototipe secara keseluruhan. SUS menilai pendapat pengguna  mengenai konsep, kenyamanan, dan manfaat.  

    Gambar 17. Adjective Rating Scale Untuk System Usability Scale Hasil pengujian system usability scale (SUS) menunjukkan skor akhir 81.  Menurut skala interpretasi SUS, skor ini telah memenuhi kriteria excellent and  acceptable. Oleh karena itu, Pensis telah berfungsi dengan baik serta dapat diterima  oleh pengguna. Sebagai perbandingan antara produk sejenis dengan Pensis, telah  dituangkan Tabel 2 yang menunjukkan indikator standar alat kesehatan neurologi  berbasis pendeteksi yang telah diadaptasi dari asosiasi standar internasional. Tabel 2. Perbandingan Pensis dengan produk sejenis 

    INDIKATOR MMT EMG  

    Intramuskular Pensis 

    Non-Invasive Ya Tidak Ya 

    Ease of Use Perlu tenaga medis Perlu tenaga medis Tidak memerlukan  tenaga medis 

    Portable Ya Tidak Ya 

    Accurate Ya, tetapi tidak  presisi 

    Ya Ya 

    Cost-efficient Rp.70.000 Rp. 100.000.000 Rp 1.200.000

    Referensi 

    Roman et al., 2022 

    Bartl et al., 2021 

    -



    15  

    KESIMPULAN  

    Berdasarkan seluruh tahapan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa  proses pendeteksian yang menggunakan surface EMG menjadikan prototipe Pensis bersifat non-invasive. Melalui hasil pengujian fungsionalitas prototipe kemudian  hasil tersebut dibandingkan dengan metode MMT serta meninjau rekam medis  pasien, maka hasil pendeteksian prototipe Pensis dapat dikategorikan akurat.  Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sistem pendeteksi  hemiparesis pasien TIA Pensis telah memenuhi standar alat kesehatan neurologi  sebagai sistem pendeteksi yang non-invasif, efisien biaya, portabel, akurat, serta  dapat digunakan tanpa memerlukan bantuan tenaga medis. Prototipe Pensis dapat  dikembangkan melalui tahapan uji klinis, pemerolehan izin edar, dan izin produksi  sehingga siap dikomersialisasikan.  

    DAFTAR PUSATAKA  

    Amarenco, P. (2020). Transient Ischemic Attack. New England Journal of  Medicine, 382(20), 1933–1941. https://doi.org/10.1056/NEJMcp1908837  Amin, H. P., Madsen, T. E., Bravata, D. M., Wira, C. R., Johnston, S. C., Ashcraft,  

    S., Burrus, T. M., Panagos, P. D., Wintermark, M., & Esenwa, C. (2023).  Diagnosis, Workup, Risk Reduction of Transient Ischemic Attack in the  Emergency Department Setting: A Scientific Statement From the American  Heart Association. Dalam Stroke (Vol. 54, Nomor 3, hlm. E109–E121).  Wolters Kluwer Health. https://doi.org/10.1161/STR.0000000000000418  

    Bangor, A., Kortum, P., & Miller, J. 2009. Determining what individual SUS scores  mean; adding an adjective rating. Journal of Usability Studies, 4(3):114–123.  Bartl, M., Krahn, A., Riggert, J., & Paulus, W. (2021). Needle EMG Induced Muscle  Bleeding Complication After Guideline Approved Discontinuation of  Anticoagulation. Clinical Neurophysiology Practice, 6, 109–114.  https://doi.org/10.1016/j.cnp.2021.02.005  

    Bradner, E., & Dawe, M. 2012. Parts of the SUM: a case study of usability  benchmarking using the SUM Metric Introduction: using the SUM for  benchmarking. UPA International Conference, pp. 1–9.  

    Bruno, S. (2018). Society 5.0 Industry of the Future, Technologies, Methods and  Tools. Great Britaian and the United States by ISTE Ltd and John Wiley &  Sons, Inc (Vol. 1)  

    Chaswal, M. (2019). Transient Ischemic Attack: Timely Diagnosis and Early  Intervention. International Journal of Health Sciences & Research  (www.ijhsr.org), 9(5), 367. www.ijhsr.org  

    Dermawan, M., & Meliala, S. (2022). Design Traffic Light of HCSR04 Sensor  Fuzzy Logic Method Based on Arduino Mega 2560. International Journal of 

    16  

    Engineering, Science & InformationTechnology (IJESTY), 2(4), 133–143.  https://doi.org/10.52088/ijesty.v1i4.386  

    Donkor, E. S. (2018). Stroke in the 21st Century: A Snapshot of the Burden,  Epidemiology, and Quality of Life. Stroke Research and Treatment, 1–10.  https://doi.org/10.1155/2018/3238165  

    Edlow, J. A. (2018). Managing Patients With Transient Ischemic Attack. Dalam  Annals of Emergency Medicine (Vol. 71, Nomor 3, hlm. 409–415). Mosby Inc.  https://doi.org/10.1016/j.annemergmed.2017.06.026  

    Fahmi, N. A., Widodo, A., Kholis, N., & Baskoro, F. (2021). Rancang Bangun  Elektromiograf untuk Identifikasi Gerakan Otot Bisep. Jurnal Teknik Elektro,  10(3), 600–618. https://doi.org/https://doi.org/10.26740/jte.v10n3.p609-618  

    Florentinus, F., & Setiawan, B. (2018). Pengukuran Kekuatan Kontraksi Otot pada  Bagian Torso Tubuh Menggunakan Sensor Elektromiografi. Center for  Instrumentation Technology and Automation.  https://instrument.itb.ac.id/pengukuran-kekuatan-kontraksi-otot-pada-bagian 

    torso-tubuh-menggunakan-sensor-elektromiografi/  

    Hakim, A. El, Kusbandono, H., Jihaadi, F., & Fata, R. (2021). Rancang Bangun  Elektromiografi Permukaan Portabel. Jurnal Elektro dan Telekomunikasi  Terapan, 8(1), 997–1005. https://doi.org/10.25124/jett.v8i1.3844  

    International Electrotechnical Commision. 2015. International Standard IEC  60601-1-11.  

    International Standard Organization. 2020. International Standard ISO 15004-1.  Lioutas, V. A., Ivan, C. S., Himali, J. J., Aparicio, H. J., Leveille, T., Romero, J. R.,  Beiser, A. S., & Seshadri, S. (2021). Incidence of Transient Ischemic Attack  and Association with Long-term Risk of Stroke. JAMA - Journal of the  American Medical Association, 325(4), 373–381.  https://doi.org/10.1001/jama.2020.25071  

    Manikowska, F., Chen, B. P. J., Jówiak, M., & Lebiedowska, M. K. (2018).  Validation of Manual Muscle Testing (MMT) in children and adolescents with  cerebral palsy. NeuroRehabilitation, 42(1), 1–7. https://doi.org/10.3233/NRE 172179  

    Mendelson, S. J., & Prabhakaran, S. (2021). Diagnosis and Management of  Transient Ischemic Attack and Acute Ischemic Stroke: A Review. JAMA -  Journal of the American Medical Association, 325(11), 1088–1098.  https://doi.org/10.1001/jama.2020.26867  

    Menkes, D. L., & Pierce, R. (2019). Needle EMG Muscle Identification: A  Systematic Approach to Needle EMG Examination. Clinical Neurophysiology  Practice, 4, 199–211. https://doi.org/10.1016/j.cnp.2019.08.003  

    Nugroho, N., Arifin, A., & Fatoni, M. (2022). Pengembangan Instrumentasi Surface  Electromyogram untuk Pemanfaatan Sistem Kendali Kursi Roda Elektrik. 

    17  

    Jurnal Teknik ITS, 11(2), 85–90.  https://doi.org/10.12962/j23373539.v11i2.85943  

    Poupore, N., Strat, D., Mackey, T., & Nathaniel, T. I. (2020). The Association  Between an Antecedent of Transient Ischemic Attack Prior to Onset of Stroke  and Functional Ambulatory Outcome. Clinical and Applied  Thrombosis/Hemostasis, 26, 1–11.  https://doi.org/10.1177/1076029620906867  

    Pulungan, A. B., & Goci, D. S. (2021a). Penggunaan Sistem Data logger Dalam  Pencatatan Data Parameter Panel Surya berbasis Mikrokontroler. JTEV  (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional), 7(2), 337.  https://doi.org/10.24036/jtev.v7i2.115052  

    Pulungan, A. B., & Goci, D. S. (2021b). Penggunaan Sistem Data logger Dalam  Pencatatan Data Parameter Panel Surya berbasis Mikrokontroler. JTEV  (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional), 7(2), 337.  https://doi.org/10.24036/jtev.v7i2.115052  

    Roman, N. A., Miclaus, R. S., Nicolau, C., & Sechel, G. (2022). Customized  Manual Muscle Testing for Post-Stroke Upper Extremity Assessment. Brain  Sciences, 12(4), 1–18. https://doi.org/10.3390/brainsci12040457  

    Setyaji, R. (2018). Perancangan Prosthesis Pada Lengan Menggunakan  Electromyography (EMG). https://repository.its.ac.id/52603/  

    Sunjaya, A., & Ardiansyah, S. (2021). Indonesia Emas Berkelanjutan 2045.  https://penerbit.brin.go.id/press/catalog/view/364/320/3188  

    Tanweer, M., & Halonen, K. (2018). Development of ECG and EMG platform with  IMU to eliminate the motion artifacts found in measurements.  https://aaltodoc.aalto.fi/bitstream/handle/123456789/32455/master_Tanweer _Muhammad_2018.pdf?sequence=1&isAllowed=y  

     

    18  

     



  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.