LOMBA ESAI NASIONAL
LINGFEST 2023
SEENDOC: ALAT PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) MELALUI SENSOR SUHU ELEKTRONIK TERINTEGRASI IOT SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN TINGKAT PREVALENSI TBC
Disusun Oleh:
Institut Pertanian Bogor
Sarah Firjani Hanisah
ILMU GIZI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
SeenDoc: Alat Pengawas Menelan Obat (PMO) Melalui Sensor Suhu Elektronik Terintegrasi IoT Sebagai Upaya Menurunkan Tingkat Prevalensi TBC
Sarah Firjani Hanisah
Latar Belakang
Tuberkulosis atau sering dikenal dengan TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) dan termasuk jenis penyakit menular (Vidyastari, Riyanti and Cahyo, 2019). Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global. Berdasarkan Global Tuberculosis Report yang disampaikan oleh WHO (2018), Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan kematian tuberkulosis secara global diperkirakan 1,3 juta pasien. WHO melaporkan bahwa estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC tahun 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus TBC (WHO, 2022).
Gambar 1. Jumlah populasi global yang dilaporkan dirawat karena penyakit TBC pada tahun 2015–2021 (WHO, 2022)
Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Republik Demokratik Kongo secara berutan. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TBC (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus (WHO, 2022). Selain itu, angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 150.000 kasus (satu orang setiap 4 menit), naik 60% dari tahun 2020 yang sebanyak 93.000 kasus kematian akibat TBC. Dengan tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk. Salah satu faktor penyebab tingginya kasus TB paru di Indonesia adalah waktu pengobatan yang relatif lama (minimal 6 bulan). Hal tersebut menyebabkan penderita sulit sembuh karena mayoritas pasien TB akan berhenti berobat setelah merasa sehat meskipun proses pengobatan belum selesai.
Gambar 2. Situasi TBC di Indonesia Gambar 3. Analisis situasi TBC di Indonesia (WHO, 2022) (WHO, 2022)
Tingkat kematian TB paru akan semakin tinggi apabila penderita TB tidak mendapatkan atau menghentikan pengobatan TB. Dampak lain akan menimbulkan kekebalan bakteri tuberkulosis terhadap Obat Anti Tuberkulosis atau disebut dengan Multi Drug Resisten (MDR). MDR adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. Putus berobat akan menjadi masalah individu dan masyarakat karena dapat menyebabkan peningkatan penularan, resistensi, hingga mortalitas (Heck, Costa and Nunes, 2011). Penghentian pengobatan sebelum waktunya di Indonesia merupakan faktor terbesar dalam kegagalan pengobatan penderita TB paru.
Saat ini, pemerintah sudah menghadirkan solusi untuk mengawasi penderita TB dalam
mengonsumsi obat. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 67 Tahun 2016
(Kemenkes RI, 2016), PMO adalah seseorang
yang dipercaya untuk memantau penderita TB
paru untuk minum obat secara teratur. Namun,
peran PMO dinilai kurang efektif untuk
melakukan aksi pengawasan dan kontrol terhadap
pasien. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan tahun
Gambar 4. Tugas PMO
2004 bahwa sebanyak 44,90% PMO mempunyai kinerja baik sedangkan 55,1% PMO mempunyai kinerja kurang (Lupiyanti and Putra, 2014).Sedikit menengok ke belakang, teknologi dianggap sebagai benang merah untuk menghadapi urgensi kesehatan di era pandemi Covid-19. Dengan mengadopsi langkah yang sama, penurunan tingkat prevalensi TBC mampu menemukan titik terang melalui optimalisasi teknologi sebagai sarana pengawasan minum obat bagi penderita TBC. Seendoc hadir untuk masyarakat sebagai alat Pengawas Menelan Obat (PMO) melalui sensor suhu elektronik noninvasif dengan sinar infrared bagi penderita TBC.IsiSeenDoc merupakan sebuah teknologi yang dirancang menyerupai sendok obat terintegrasi dengan internet of things (IoT) dan dilengkapi dengan beberapa elemen penunjang. SeenDoc adalah sebuah inovasi dan perwujudan PMO secara digital yang diharapkan dapat meningkatkan nilai efisiensi dan efektivitas dalam mengawasi terapi TBC bagi pasien terinfeksi. Selain itu, SeenDoc juga terintegrasi dengan sebuah aplikasi yang juga bernama SeenDoc pada smartphone pasien. Aplikasi ini berfungsi sebagai rekam medis pasien selama melakukan terapi TBC. Oleh karena itu, setiap pasien TBC diwajibkan mengunduh aplikasi SeenDoc dan menggunakan alat ini ketika mengonsumsi obat anti Tuberkulosis (OAT).Gambar 5. Desain alat SeenDocFitur SeenDocDalam merealisasikan tujuan pemberantasan TBC akibat kurangnya pengawasan dalam meminum OAT, Seendoc memiliki beberapa fitur unggulan sebagai berikut.1) Sensor suhu elektronikSensor suhu elektronik tersedia untuk memastikan bahwa SeenDoc telah masuk ke dalam mulut pasien. Dengan menerapkan prinsip thermogun, sinar infrared pada sensor suhu elektronik akan di-setting sesuai dengan suhu rata-rata oral manusia pada umumnya. Berdasarkan hasil penelusuran literatur dan determinan normotermia, suhu rata-rata pada oral manusia adalah (36,57 ± 0,42) °C (Geneva et al., 2019). Seendoc akan bekerja pada rentang suhu mendekati suhu rata-rata mulut manusia, yaitu 34°C-41°C. Apabila suhu berada pada rentang tersebut, SeenDoc akan merekam dan memasukkan input suhu sebagai data baru pasien. Berdasarkan gambar 6, sensor suhu diilustrasikan dengan lingkaran putih dengan bayangan warna merah muda yang terletak di sekitar lingkaran merah2) Sensor OATSeendoc memiliki sensor untuk mendeteksi dan memastikan bahwa obat yang akan diminum adalah obat anti tuberkulosis (OAT). Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah obat-obatan yang diberikan pada pasien tuberkulosis. Pengobatan OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Ethambutol (E) dan Streptomisin (S) (Kemenkes RI, 2016). Oleh karena itu, sensor akan dirancang untuk hanya dapat mendeteksi OAT saja.3) Berbagai jenis tombola) Tombol on/offTombol ini digunakan untuk menghidupkan dan mematikan SeenDocb) Tombol sensor OATTombol ini digunakan ketika pasien sudah meletakkan OAT pada sensor. Ketika tombol ditekan, SeenDoc akan memberikan respons berupa tulisan pada layar LCD dan suara yang memastikan bahwa kandungan obat yang diletakkan sudah sesuai dengan memori sensor.c) Tombol runTombol digunakan ketika SeenDoc sudah masuk ke mulut pasien. Ketika tombol run ditekan, tombol akan mengaktivasi sensor suhu elektronik sehingga alat dapat mendeteksi suhu mulut pasien TBC. d) Tombol holdTombol hold berfungsi untuk merekam data akhir yang tertangkap oleh SeenDoc sehingga data dapat dipastikan sudah tersampaikan ke aplikasi SeenDoc pada smartphone pasien.4) LCD display dan light meterLayar LCD akan menunjukkan data yang terdeteksi oleh SeenDoc. Data tersebut berupa temperatur, status OAT (sudah terdeteksi atau belum), serta status pengiriman dan penyimpanan data pada aplikasi SeenDoc di smartphone. Selain layer LCD, light meter juga menunjang visualisasi data yang terekam dan fitur yang tersedia pada alat. Power light yang berwarna merah mengindikasikan bahwa alat sudah dalam kondisi hidup dan siap digunakan serta simbol apabila baterai SeenDoc sudah habis. Ketika baterai habis, lampu merah akan menyala secara berkedap kedip. Temperature light yang berwarna biru menjadi tanda apabila SeenDoc sudah mengukur suhu mulut pasien dengan benar. Sementara itu, error light yang berwarna kuning mengindikasikan apabila terjadi kesalahan perekaman data karena ketidaksesuaian antara input atau memori alat dengan output yang terekam. Lampu ini juga dapat memberikan visualisasi apabila terjadi kerusakan pada fitur dan alat tersebut.5) Tempat penyimpanan bateraiDaya pada SeenDoc berasal dari dua buah baterai alkaline yang tersimpan pada bagian pegangan belakang alat. Apabila baterai habis, pasien TBC atau pengguna harus mengganti dengan baterai yang baru sebagaimana yang dilakukan terhadap mainan, remote barang elektronik, ataupun jam dinding.Mekanisme kerja SeenDocKetika OAT sudah diletakkan pada permukaan Seendoc, sensor akan mendeteksi OAT tersebut berdasarkan memori kandungan obat yang telah di input sebelumnya. Apabila kandungan obat tersebut sesuai, sensor akan mengirimkan respons berupa tulisan detected pada layer LCD. Lalu, data akan secara otomatis akan tersampaikan ke aplikasi. Setelah itu, pasien akan memasukkan Seendoc ke dalam mulut.Ketika sudah mencapai mulut bagian dalam, pasien harus menekan tombol run untuk mengaktivasi sensor suhu elektronik berupa sinar inframerah. Pada konsisi tersebut, SeenDoc akan mengukur suhu mulut layaknya thermo gun. Apabila suhu yang terdeteksi berada pada rentang suhu memori yang telah di input, Seendoc akan merekam kondisi ini sebagai data baru yang secara otomatis tertampilkan di LCD display dan terkoneksikan ke aplikasi. SeenDoc juga akan memberikan respons berupa lampu berwarna biru pada light meter. Setelah selesai meletakkan obat pada mulut dan menelannya, pasien harus menekan tombol hold agar data yang terekam dapat dipastikan sudah tersampaikan ke aplikasi SeenDoc. Dengan demikian, pasien akan dianggap telah menelan obat dan tercatat secara otomatis oleh aplikasi. Setelah itu, pasien dianjurkan untuk mengecek aplikasi. Berikut ringkasan mekanisme kerja SeenDoc.Letakkan OAT pada sensorTekan tombolholdCek aplikasiTunggu respons dari SeenDocTunggu respons dari SeenDocMasukkan SeenDoc ke dalam mulutTekan tombolrunGambar 6. Mekanisme Kerja SeenDocLayaknya program PMO yang telah diterapkan oleh pemerintah, aplikasi Seendoc juga memiliki fungsi untuk mengingatkan pasien untuk meminum obat setiap hari melalui smart alarm. Selain itu, aplikasi ini juga dapat mengingatkan pasien untuk melakukan pemeriksaan dahak, rontgen, dan pengecekan fungsi hatidan ginjal secara berkala. Hal tersebut didasarkan pada sebuah informasi bahwa OAT memiliki berbagai efek samping, salah satunya adalah gangguan hati dan ginjal. Efek samping OAT tidak hanya menyebabkan morbiditas dan mortalitas, tetapi juga menyebabkan terganggunya pengobatan karena ketidakpatuhan, kegagalan, dan kekambuhan yang menyebabkan terus menyebarnya penyakit dan timbulnya resistensi terhadap obat TB (Wahyudi and Soedarsono, 2015). Oleh karena itu, rekam medis pasien TBC akan tersimpan secara rapi dalam aplikasi sehingga hal ini dapat memudahkan dokter untuk mengevaluasi kondisi pasien.Analisis dampak SeenDocSecara umum, kehadiran SeenDoc dapat bermanfaat dalam aspek ekonomi, sosial, pendidikan, dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, dengan menurunnya tingkat prevalensi TBC, Indonesia dapat mengurangi kerugian ekonomi akibat TBC. Hal tersebut dapat diketahui dari laporan yang menyatakan bahwa dampak total kerugian ekonomis akibat penyakit TBC dan TB MDR adalah sekitar 136,7 milyar per tahun. Orang yang menderita TBC dan TB MDR, diperkirakan akan kehilangan pendapatan sebesar 38% dan 70%. Dari segi sosial, SeenDoc dapat menciptakan kepatuhan dan kedisiplinan pasien TBC dalam mengonsumsi obat, memberi dorongan kepada pasien agar malu berobat secara teratur, dan mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak dan rontgen pada waktu yang telah ditentukan.Dalam aspek lingkungan, sebelum dilakukan distribusi alat ini, akan dilakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai urgensi kedisiplinan terapi TBC. Selain itu, pada aplikasi SeenDoc akan disajikan artikel guna meningkatkan kualitas hidup, rekomendasi gaya hidup sehat bagi pasien TBC, serta berbagai upaya yang harus dilakukan dalam rangka memutus tali penyebaran bakteri TBC. Dari segi lingkungan, SeenDoc dapat menekan prevalensi TBC di Indonesia sehingga tercipta lingkungan yang lebih sehat dan sejahtera.Peran stakeholderUntuk merealisasikan gagasan ini, diperlukan keterlibatan dan dukungan dari berbagai stakeholder. Stakeholder tersebut akan membantu mewujudkan inovasi ini sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Nama stakeholder dan tugas-tugasnya dipaparkan lebih lanjut dalam bentuk metode pentaheliks yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 1. Stakeholder dan Perannya
Strategi implementasi dan rencana berkelanjutan SeenDoc Diperlukan langkah dengan matang agar gagasan ini dapat direalisasikan dengan baik dan berkelanjutan. Strategi tersebut terdiri dari langkah implementasi alat dan aplikasi yang dijelaskan pada diagram alir di bawah ini.
Perencanaan dan riset lebih dalam
Pembuatan SeenDoc bersama dengan
Perencanaan kolaborasi dengan stakeholder & investor
Uji coba alat dan
Melakukan kajian dan perumusan konsep alat dan aplikasi
stakeholder
aplikasi Berhasil
Evaluasi dan
perbaikan SeenDoc
Sosialisasi dan
promosi pada tenaga kesehatan, pasien TBC, dan masyarakat
Gambar 7. Strategi Implementasi SeenDoc
Target pertama SeenDoc adalah masyarakat dan pasien TBC di Jabodetabek dan beberapa kota besar. Hal ini disebabkan oleh tingkat penggunaan gawai dan aksesibilitas informasi pada masyarakat di daerah tersebut lebih mendominasi. Setelah itu, apabila SeenDoc dapat berjalan dengan efektif dan efisien, distribusi akan dilanjutkan ke kota-kota lainnya dan daerah terpencil di Indonesia. Meskipun SeenDoc mengusung konsep digital, peran manusia sebagai pendamping tetap diperlukan untuk melakukan evaluasi terhadap pasien secara berkala.
Simpulan
Penurunan tingkat mortalitas penderita TBC melalui inovasi Seendoc memiliki peran besar dalam menjawab permasalahan kesehatan dan memiliki potensi keberlanjutan yang tinggi. Seendoc dapat menjadi terobosan baru untuk menginspirasi epidemi atau penyakit menular lainnya seperti hepatitis dalam melakukan pengawasan secara digital. Inovasi ini diharapkan dapat menurunkan tingkat mortalitas akibat TBC yang tidak terkendali, membangun kepatuhan dan kedisiplinan pada masyarakat, mengeliminasi tingkat penyebaran TBC, dan mengoptimalisasikan program Stop TB yang telah digalakkan oleh pemerintah Indonesia serta strategi The End Tuberculosis yang diinisiasikan oleh WHO. Selain itu, SeenDoc diharapkan dapat mewujudkan bangkitnya generasi Indonesia emas di tahun 2045 karena sejatinya generasi emas akan lahir di tengah populasi penduduk yang sehat, sejahtera, dan berdaulat.
DAFTAR PUSTAKA
Geneva, I.I. et al. (2019) ‘Normal body temperature: A systematic review’, Open Forum Infectious Diseases, 6(4), pp. 1–7. Available at: https://doi.org/10.1093/ofid/ofz032.
Heck, M.A., Costa, J.S.D. da and Nunes, M.F. (2011) ‘Tuberculosis treatment drop out prevalence and associated factors in Sapucaia do Sul County (RS), Brazil, 2000-2008’, Rev Bras Epidemiol, 14(3). Available at: https://doi.org/10.1590/s1415-790x2011000300012.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan RI (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Lupiyanti, L.E. and Putra, I.W.G.A.E. (2014) ‘Kinerja pengawas menelan obat (PMO) penderita TB paru BTA+ di Puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2012’, Community Health , 2(1), pp. 141–147.
Vidyastari, Y.S., Riyanti, E. and Cahyo, K. (2019) ‘Faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian target CDR (Case Detection Rate) oleh koordinator P2TB dalam penemuan kasus di puskesmas Kota Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), pp. 2356–3346. Available at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.
Wahyudi, A.D. and Soedarsono (2015) ‘Farmakogenomik hepatotoksisitas obat anti tuberkulosis’, Jurnal Respirasi, 1(3), pp. 103–109.
[WHO] World Health Organization (2018) Global tuberculosis report 2018. Geneva.
[WHO] World Health Organization (2022) Global tuberculosis report 2022. Geneva. Available at: http://apps.who.int/bookorders.
Lampiran 1. Desain Fitur SeenDoc
Tombol on/off
Tombol run
Tombol sensor OAT Tombol hold
LCD display Light meter Sensor OAT Sensor suhu
Lampiran 2. Desain Aplikasi SeenDoc
Profil pasien berikutdengan data diri (BB,
TB, usia, dll
Kumpulan artikel
kesehatan
Health record berisi
rekam medis pasien
Data minum obat pasien
dengan SeenDoc yang
terkoneksi dengan
kalender
Pilihan menu pada aplikasi
Data yang terekam setelah menggunakan SeenDoc. Pasien
dianjurkan menuju fitur ini saat setelah menggunakan alat
Smart alarm berfungsi mengingatkan pasien setiap hari untuk
minum obat
Motivasi untuk
menyemangatkan
pasien
0 comments:
Posting Komentar