Kado Terakhir Ibu
Oleh: Risma Widya Cahyani
Suara alarm berdering begitu nyaring mengusik tidur nyenyak seorang Karin Anggelina. Dia enggan membuka mata namun akhirnya terpaksa ia buka. Semenjak ibunya meninggal 6 bulan lalu karena sakit jantung Karin sering terlambat sekolah dan kesusahan mengatur berbagai hal karena ia terbiasa dibantu ibu. Sekarang ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya karena kakaknya sudah menikah dan ikut bersama suaminya. Pagi ini entah mengapa Karin ingin memakai kalung pemberian terakhir dari ibunya saat beulang tahun ke 16 tahun lalu. Kalung cantik dengan liontin berbentuk bintang. Mungkin dengan mengenakan kalung ini bisa sedikit mengobati rasa rindu kepada ibunya.
Karin berangkat sekolah jam 06.30 bisa dibilang salah satu hari dimana Karin datang ke sekolah tepat waktu. Pembelajaran berjalan dengan lancar. Jam istirahat berbunyi seperti biasa Karin akan ke kantin bersama Tiara teman sebangkunya. Di depan kelas ia bertemu Toni dan Agus yang sedang duduk, mereka terkenal suka menjahili teman-temannya. Toni menghentikan langkah Karin entah mengapa matanya langsung tertuju pada kalung yang dipakinya.
“Wihhh kalung baru ni, coba liat dong Rin” ucap Toni sambil menunjuk kalung Karin.
“Apaan si Ton, jangan jahil ya minggir aku mau ke kantin udah laper ni” ucap Karin kesalnya.
Entah lah Toni dan Agus memang kelewat jahilnya, ia terus membujuk Karin agar dipinjami kalungnya. Karena risih Karin akhirnya meminjamkannya ia berpikir Toni hanya penasaran ingin melihatnya dan akan segera mengembalikannya. Dugaan Karin salah setelah itu justru Toni melempar lempar dan mengoperkan ke Agus di lapangan. Karin dan Tiara berusaha untuk merebutnya namun tidak dapat. Sudah kesal dengan kelakuan temannya itu Karin dan Tiara memilih untuk duduk mereka beranggapan jika sudah puas pasti akan dikembalikan. Karena lempar Toni yang terlalu tinggi kalung itu terlempar hingga tembok pembatas sekolah dan kebun. Melihat hal tersebut membuat Karin panik dan langsung membuat kemarahannya memuncak apalagi kalung jatuh ke kebun dan sudah pasti sulit untuk ditemukan karena disemak-semak. Karena saat masih jam pembelajaran semua siswa tidak diperbolehkan untuk keluar dari lingkungan sekolah jika tidak ada kepentingan, Toni dan Agus meminta izin kepada wali kelasnya untuk keluar dari lingkungan sekolah mencari kalung Karin. Namun wali kelas mereka tidak mengizinkannya. Bel tanda masuk Kelas berbunyi, akhirnya mereka masuk kelas dan akan mencari kalung pada jam pulang sekolah. Saat pembelajaran Karin terlihat cemas, Toni pun bertanya-tanya sepenting itukah kalung itu untuknya. Sadar dari tadi dilihati Toni, Karin menoleh dan memandangnya sinis. Setelah bel tanda pulang sekolah mereka langsung menuju tempat di mana kira-kira kalung itu jatuh. Hampir setengah jam mencari namun tidak ditemukan. Saat itu perasaan Karin kacau karena kalungnya tak kunjung ditemukan.
“Bagaimana kalo kalung tidak ketemu, itu sangat berharga bagiku” ucap Karin yang terlihat menahan air matanya.
“Maaf Rin jika tidak ketemu aku dan Agus kan menggantinya, tinggal kasi tahu saja di mana kamu membeli kalung itu” ucap Toni dengan perasaan bersalahnya.
“Bukan masalah di ganti atau tidak, kalung itu sangat berharga bagiku mau diganti 10 kalung pun aku tidak mau, ini kado terakhir yang diberikan almarhum ibu” ucap Karin dengan nada yang tinggi.
Mendengar hal tersebut membuat Toni dan semua yang ikut mencari kaget. Ternyata kalung itu sangat berharga bagi Karin. Lebih dari 1 jam pencarian akhirnya kalung ditemukan ternyata tersangkut dipohon mangga, Toni naik ke pohon untuk mengambilnya dan menyerahkan pada Karin. Toni dan Agus meminta maaf kepada Karin dan berjanji tidak akan jahil kepadanya dan teman-teman sekolahnya. Karin pun memaafkan perbuatan Toni dan Agus, akhirnya mereka pulang karena hari yang semakin sore. Sekarang Karin berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga kalung itu dan tidak sembarang meminjamkan pada orang lain. Semenjak kejadian itu Toni dan Agus sudah mulai berubah mereka sadar tindakannya tidak baik dan membuat teman-temanya tidak suka kepada mereka.
0 comments:
Posting Komentar