ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI BIOPORI SEBAGAI SUMBER RESAPAN AIR DAN ALAT PEMBUATAN KOMPOS GUNA MENINGKATKAN KUALITAS TANAH DI DESA ADIKARSO KECAMATAN KEBUMEN
Abdul Hamid Sandhi Ardhy
Program Studi PSDKU PGSD Kebumen, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
email: sandhiardhy@student.uns.ac.id
ABSTRAK
Perubahan iklim yang terjadi dari musim kemarau menjadi musim penghujan yang membawa dampaknya. Salah satu dampak yang terasa yaitu banjir dikarenakan curah hujan yang tinggi. Dampak tersebut terjadi pada salah satu desa pada Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen yaitu desa Adikarso. Masalah banjir di Desa Adikarso Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen yang sering terjadi menjadi salah satu masalah yang serius. Banyak factor yang dapat menyebabkan banjir yaitu dapat dari factor alam dan manusia. Dalam mengatasi banjir tersbut salah satunya yaitu penerapan biopori. Biopori dapat berfungsi sebagai media resapan air yang tidak dapat diserap oleh tanah. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari biopri dan pembuatan biopori yang sangatlah mudah dilaksanakan. Hal ini tentu yang diharapkan dapar menjadi solusi untuk pencegahan banjir yang terjadi di Desa Adikarso.
Kata Kunci : Perubahan Iklim, Banjir, Desa Adikarso, Biopori
LATAR BELAKANG
Dengan berubahnya dari musim kemarau menjadi musim penghujan membuat kita harus bersiap akan semua hal yang akan terjadi. Karena sesuai dengan namanya yaitu musim penghujan maka hujan akan terjadi lebih sering. Dan dikarenakan curah hujan yang tinggi memberikan dampak yang terjadi pada lingkungan sekitar. Banjir merupakan salah satu dampak yang didapatkan dari curah hujan yang tinggi
namun mengarah ke dalam sisi negative. Pengertian banjir menurut Yohana, dkk (2017) adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya penumpukan air yang jatuh dan tidak dapat ditampung oleh tanah. Sesuai dengan definisinya banjir terjadi karena air yang menumpuk tetapi tidak dapat ditampung tanah. Namun banjir juga dapat terjadi akibat dari kelalaian masyarakat yaitu membuang sampah dengan sembarang yang mengakibatkan penumpukan di sungai sehingga air pun menjadi meluap, pembangunan jalan yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan, dan aktivitas masyarakat lainnya yang berhubungan dengan lingkungan alam. Banjir dapat ditanggulangi dengan berbagai solusi tetapi itu membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak terutama Masyarakat setempat. Salah satunya teknologi Biopori yang dicetuskan oleh R. Kamir Brata seorang Dosen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor. Penulis ambil contoh dari suatu desa dari Kabupaten Kebumen yaitu Desa Adikarso Kecamatan Kebumen. Pada daerah tersebut banjir sering terjadi dikarenakan resapan air yang kurang sehingga air mudah sekali untuk meluap. Banyak factor factor yang mempengaruhi terjadinya banjir pada desa tersebut. Penulis pun mengambil solusi dengan menggunakan teknologi Bopori yang telah disebutkan tadi.
Biopori adalah lubang resapan air yang ditujukkan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Biopori ini memiliki banyak manfaat dari memaksimalkan daya resap air yang masuk ke dalam tanah, membuat kompos alami dari sampah organic, mencegah terjadinya erosi tanah. Biopori ini sangat ramah untuk dibuat pada setiap rumah dikarenakan pembuatan biopori yang mudah dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Dengan penjelasan tentang Biopori ini lah yang mendasari penulis untuk menggunakan Biopori dalam mengatasi masalah banjir pada desa Adikarso Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
TUJUAN
Dengan menerapkan Biopori ini diharapkan dapat mengatasi masalah tentang banjir pada desa Adikarso Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Alasan memakai teknologi Biopori ini sesuai yang telah dijelaskan karena Biopori ini sangat ramah
bagi rumah tangga buat. Alat dan bahan yang mudah didapatkan sampai lahan yang dibutuhkan juga kecil.
KAJIAN PUSTAKA
Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu terjadinya banjir juga dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain (Ligal, 2008). Menurut Pusat Pritis Kesehatan Kemenkes RI (2018) banjir dibedakan menjadi 5 tipe yaitu Banjir Bandang, Banjir Air, Banjir Lumpur, Banjir Rob, Banjir Cileunang. Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), faktor penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.
Biopori adalah lubang terjadi karena adanya aktivitas organisme yang hidup didalam tanah. Namun karena berkurangnya lahan terbuka dan organisme yang hidup didalam tanah berkurang maka semakin berkurang juga jumlah biopori alami. Hal ini menyebabkan jumlah air hujan yang langsung masuk kedalam tanah semakin berkurang juga. Biopori buatan ini dibuat untuk menambah jumlah air yang terserap dalam tanah. Teknologi biopori telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, Kuruniastuti melakukan pengkajian tentang biopori yang mengadopsi teknologi biopori alam yang berada dikawasan lahan sempit dengan lubang resapan bekisar 10-30 cm dengan kedalaman 100 cm dan tidak melebihi permukaan tanah .(Karuniastuti, 2014). Biopori merupakan teknologi sederhana tepat guna multi fungsi. Bisa untuk resapan air, bisa untuk mengurangi genangan air, bisa untuk wadah pengomposan, dan tentunya menyuburkan tanah. Selain itu juga teknologi ini sangat aplikatif karena mudah dan murah lebih sederhana daripada sumur resapan Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya (Suleman et al., 2018).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan partisipatori. Pendekatan partisipatori yaitu masyarakat dan tim pelaksana bersama-sama berperan aktif dalam kegiatan ini (Elsie et al., 2017). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pemecahan masalah yang di hadapi oleh mitra Masyarakat.
Dalam pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu perancangan, sosialisasi, pembuatan, implementasi, dan evaluasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang dicapai pada pelaksanaan kegiatan ini dengan metode pelaksanaan sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan metode survei. Survei dilakukan di desa Adikarso dengan seluruh anggota tim penulis. Indentifikasi masalah dilakukan di lingkungan Masyarakat dikarenakan untuk mengumpulkan data tentang masalah yang dialami.
Gambar 1. Dokumentasi Masalah
2. Perancangan
Biopori adalah lubang terjadi karena adanya aktivitas organisme yang hidup didalam tanah. Namun karena berkurangnya lahan terbuka dan organisme yang hidup didalam tanah berkurang maka semakin berkurang juga jumlah biopori alami. Hal ini menyebabkan jumlah air hujan yang langsung masuk kedalam tanah semakin berkurang juga. Biopori buatan ini dibuat untuk menambah jumlah air yang terserap dalam tanah. Teknologi biopori telah dilakukan oleh beberapa peneliti, Kuruniastuti melakukan pengkajian tentang biopori yang mengadopsi teknologi biopori alam yang berada dikawasan lahan sempit dengan lubang resapan bekisar 10-30 cm dengan kedalaman 100 cm dan tidak melebihi permukaan tanah .(Karuniastuti, 2014)
Perancangan teknologi Biopori dapat dilihat pada gambar berikut yang merupakan bentuk implementasi dari indentifikasi masalah yang didapatkan.
Gambar 2. Konsep lubang resapan biopori (Karuniastuti, 2014) Link Video Perancangan dan Implementasi :
https://youtu.be/ln65_SX8_1U?si=kUuqIxixTb_WwFci
3. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan penerapan teknologi biopori dapat dikatakan berjalan dengan baik dan lancar dengan adanya peran dari Masyarakat yang telah memberikan banyak bantuan. Antusiasme dan sambutan hangat dari Masyarakat tentang kegiatan ini sangat baik. Masyarakat juga terlibat dan kooperatif dalam pelaksanaan kegiatan ini. Proses hasil dari kegiatan ini seharusnya berjalan baik sebagaimana mestinya yaitu sebagai media penyerap air. Namun dikarenakan dengan waktu pelaksanaan yang terbatas hasil pengamatan yang didapatkan masih belum banyak yang diperoleh tim penulis.
KESIMPULAN
Penerapan Teknologi Biopori pada Desa Adikarso Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen telah berhasil dilaksanakan. Hal itu tercantum pada dokumentasi pembuatan yang tertera. Penerapan Teknologi Biopori merupakan salah satu solusi yang dapat memecahkan masalah banjir. Teknologi Biopori sebagai media resapan air dan peningkatan tanah sebagaimana fungsinya sebagai lubang resapan air sehingga air banjir dapat berkurang. Disamping itu lubang biopori dapat digunakan sebagai pembuat kompos alami yang berbahan dari sampah organic dan dapat digunakan untuk hal lain yang membutuhkan. Namun hasil pengamatan yang diperoleh tidak banyak dikarenakan waktu pelaksanaan program yang terbatas sehingga tidak dapat menarik kesimpulan tentang manfaat dari Biopori secara maksimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis beri ucapkan terhadap semua pihak yang terkait dari Masyarakat Desa Adikarso yang telah menerima dan mendukung kegiatan tim penulis yang akan dilaksanakan pada desa tersebut, Tim Penulis yang dapat melaksanakan kegiatan ini sampai akhir dengan baik, Dosen Mata Kuliah yang memberikan kebebasan
dalam pelaksanaan kegiatan yang ingin dilakukan oleh masing masing tim, dan Rekan-rekan penulis yang mendukung kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifim, Z., dkk. (2020). “Penerapan Teknologi Biopori Untuk Meningkatkan Ketersedian Air Tanah Serta Mengurangi Sampah Organik Di Desa Puron Sukoharjo”. Jurnal SEMAR, Vol. 9, No. 2, hal 53-63.
Elsie, E., Harahap, I., Herlina, N., Badrun, Y. and Gesriantuti, N. (2017) ‘Pembuatan Lubang Resapan Biopori Sebagai Alternatif Penanggulangan Banjir Di Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru’. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, Vol. 1, No. 2, pp. 93–97.
Karuniastuti, N. (2014) ‘Teknologi Biopori Untuk Mengurangi Banjir Dan Tumpukan Sampah Organik’. Jurnal Forum Teknologi, Vol. 04, No. 2, p. 64.
Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto, 2002. “Banjir, Beberapa penyebab dan metode pengendaliannya dalam perspektif Lingkungan”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sebastian, Ligal. 2008. Pendekatan Pencegahan dan PenanggulanganBanjir. Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume 8 No.2. Palembang: Fakultas Teknik, Universitas Sriwidjaja Palembang
Suleman, A. R., Bustan, B., Erdiansa, A., Jurusan, D., Sipil, T., Negeri, P. and Pandang, U. (2018) ‘Pembuatan Lubang Resapan Biopori Sebagai Resapan Banjir Pada Daerah Genangan Di Kelurahan Buntusu Kota Makassar’. Prosiding Seminar Hasil Pengabdian (SNP2M), Vol. 2018, No. 2016, pp. 169–174.
Yohana, C., Griandini, D. and Muzambeq, S. (2017) ‘Penerapan Pembuatan Teknik Lubang Biopori Resapan Sebagai Upaya Pengendalian Banjir’. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM), Vol. 1, No. 2, pp. 296–308.
0 comments:
Posting Komentar