Menghargai Waktu
Karya: Mumayizah
Pagi yang cerah, jarum jam menunjukkan pukul 07.30 menandakan bahwa aktivitas di pagi hari ini sudah dimulai, kendaraan mulai berlalu lalang memenuhi jalan raya.
“Aduh…kenapa aku bangun kesiangan lagi, tapi nggapapa nanti beralasan saja kalau di jalan raya macet.” ucap Budi pada dirinya sendiri.
Sambil menyiapkan peralatan sekolahnya Budi menggerutu menyalahkan keadaan padahal ia sendiri yang bangun kesiangan karena malam kemarin Budi begadang untuk menonton pertandingan sepakbola tim favoritnya sampai pukul 01.00 dini hari.
Budi mengendarai motor sportnya dengan laju dan berharap masih dibukakan pintu gerbang ketika ia sampai disana. Sampainya di depan gerbang, ternyata gerbang sudah ditutup. Tapi, bukan Budi namanya kalau tidak bisa menyelesaikan masalah seperti ini. Budi masuk ke sekolah dengan memanjat gerbang belakang sekolahnya, alhasil Budi sudah ada di dalam sekolahnya dengan aman. Budi segera masuk ke kelasnya, betapa beruntungnya ia Pak Sani belum datang ke kelas, padahal sudah satu jam berlalu sejak bel masuk berbunyi.
“Yon, gurunya gak ada?” tanya Budi
“Belum datang Bud.” Jawab temannya
Setelah sekitar 20 menit kemudian, pak Sani pun datang. Aktivitas di kelas pun berjalan dengan semestinya.
Bel istirahat berbunyi, semua murid berlari-larian menuju ke kantin sekolah, karena kalau tidak cepat bisa-bisa sampai kantin jajanan sudah hangus. Budi dan teman-temannya memang terkenal di sekolahnya. Banyak siswa yang tahu tentangnya. Budi dan teman-temannya terkenal bukan karna prestasinya, tapi terkenal karena sering terlambat dan bandel yang membuat banyak siswa jengkel kepadanya. Budi dan teman-temannya sering dipanggil ke ruang BK karena kelakuannya yang menjengkelkan itu.
Satu bulan kemudian akan diadakan ujian. Hari Senin pun tiba, hari ini merupakan hari pertama ujian kenaikan kelas dilaksanakan. Seperti biasa, 20 menit sebelum ujian dimulai Budi masih ada di rumah. Semua siswa sudah siap mengikuti ujian, datanglah Budi dengan napas terengah-engah karena berlari dari parkiran motor ke dalam kelas.
“Assalamualaikum… maaf Bu saya terlambat.”
“Waalaikumsalam Budi… kenapa baru datang?” tanya pengawas ujian.
“Iya bu, tadi di jalan macet banget.”
“Banyak alasan kamu ini Bud, yaudah sana duduk.”
“Oke bu.”
Ujian pun dimulai, semua siswa mengerjakan dengan tertib. Kecuali dengan Budi, ia malah tidur dengan alasan karena tidak bisa mengerjakan ujiannya. Budi memang tidak belajar malam itu, dia bermain game online sampai larut malam, itulah yang membuat ia terlambat juga.
Waktu untuk mengerjakan ujian tinggal 30 menit lagi, Budi pun bangun dari tidurnya dan langsung berbisik pada temannya.
“Gimana bay, aku baru setengah yang dikerjain” ucap Budi.
“Mangkanya to, jangan begadang sampai larut malem” ucap temannya
“Ya gimana bay, habisnya seru sih. Mending kamu bantu aku”
“Aku juga masih banyak yang belum nih”
“Aku kurang nomor 1,11,12,13,14,15, dan seterusnya hehe” kata Budi
“Aku udah nomor 1, 13,14,15” jawab temannya
“Mau liat punyamu bay, aku males mikir”
“Yee, bilang aja kalo ngga bisa. Tapi aku juga kasih tau ya aku kurang nomor 5,6,7” “Okelah gampang”
Budi dan temannya saling menyontek dan bekerjasama untuk mengerjakan ujiannya. Dengan bergantian untuk mengawasi keadaan.
Beberapa hari kemudian, ujian pun akhirnya selesai. Dan hari itu pun tiba dimana nilai hasil ujian akan diumumkan dan ditempelkan pada mading sekolah. Dan seperti biasa Budi berada di rangking terakhir dari seluruh temannya. Siswa lain ada yang senang dengan hasik ujiannya, sedangkan Budi dengan wajah yang datar sudah tau kalau nilainya akan sama saja dengan ujian-ujian sebelumnya. Sebenarnya Budi sudah mulai khawatir dengan nilai yang ia peroleh saat ini, karena mengingat tahun depan dia sudah masuk dikelas 12 dan setelah itu ia harus bersiap untuk masuk kuliah.
“Kamu harus berubah Bud” ucap guru BK kepada Budi
Budi masih terdiam
“Katanya bosan nakal, ingin nilai ujiannya bagus. Kalau bisa sekarang kenapa harus diundur undur”
“Iya bu, saya akan mencoba berubah”
“Lakukan Bud, jangan hanya bicara saja ya”
“Okelah bu”
Budi pun keluar dari ruangan tersebut. Setelah itu Budi berniat untuk berubah dan mulai fokus dengan sekolahnya. Dia juga bisa menolak ajakan bermain dari teman-temannya. Sampai saat ujian kenaikan kelas pun tiba. Dengan Budi yang sudah berubah tidak menyontek lagi seperti pada ujian-ujian sebelumnya. Budi mengerjakan sendiri semua soal dengan sungguh-sungguh. Dan saat nilai ujian diumumkan, hasilnya langsung dibayarkan. Budi yang biasanya mendapat rangking terakhir sekarang bisa naik di urutan tengah. Budi sangat senang dengan perubahan yang sudah ia lakukan, dia selalu datang lebih awal, mengerjakan ujian sendiri, dan lebih menghargai waktu yang ia punya. Teman-temannya pun sekarang mengikuti jalan Budi menjadi lebih baik lagi.
0 comments:
Posting Komentar