ACHILLES
Oleh: Agustina Puspa Mentari
Langkah kakinya yang terkesan cepat melewati loby sekolah dengan sepatu sneakers putihnya, membuat siapapun yang dilalui gadis ini enggan menyapa. Meski sesekali gadis ini melontarkan senyuman ramah kepada mata yang tertuju padanya, namun kesan sibuk dan sedikit arrogant tidak ter- elakan. Tumpukan map, handy talk, hingga co card yang melingkar di lehernya menjadikan gadis ini lebih independent sebagai wanita karir di masa depan.
Hari ini SMA Pelita Bangsa terlihat lebih riuh dari hari biasanya, karena tengah berlangsung wisuda kelulusan anak kelas 12. Seluruh siswa SMA Pelita Bangsa berkumpul di Gedung olahraga sekolah untuk menyaksikan upacara kelulusan siswa kelas 12. Satu per satu nama siswa kelas 12 dipanggil menggunakan mic hingga suaranya memenuhi ruangan. Hingga tiba saatnya, pembacaan nama siswa berprestasi mulai berlangsung
“The best student of eleven grade in this year, awarded to Clara Setya Wibowo…” (ucap kepala sekolah dengan lantangnya)
Riuh tepuk tangan kian bersahutan, bagaimana tidak, gadis yang bisa dibilang salah satu siswa multitalenta di SMA Pelita Bangs aini mampu membisukan mulut setiap orang dengan parasnya yang mempesona, segudang prestasi mulai dari olimpiade geografi hingga kompetisi penelitian pernah ia torehkan. Dalam bidang non- akademik, Clara adalah atlet badminton andalan sekolah dalam berbagai ajang kejuaraan mulai dari Pekan Olahraga Daerah (POPDA) hingga Asian Games pernah ia ikuti. Skill nya makin sempurna tatkala ia menjabat sebagai ketua osis di SMA
“Gak banyak yang bisa aku sampaikan, terucap terimakasih untuk Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan nikmat hingga saat ini. Guru-guru yang sudah berjasa dalam membimbing Clara, orang tua hingga teman-teman Clara yang sudah mau mengingatkan Clara untuk bersyukur dan rendah hati dalam kondisi apapun”
“Teruntuk kakak kelas, semoga memori tiga tahun di SMA Pelita Bangs aini, mampu berdampak terhadap pembentukan karakter kakak semua dalam menghadapi dunia perkuliahan nantinya. Sekian, terimakasih”
Acara dilanjutkan dengan pemberian hadiah kepada siswa berprestasi dalam bidang olahraga
Antalogi “Aksara Cinta” ISBN 978-623-5664-08-8
“Tahun ini menjadi tahun emas bagi SMA kita, karena benih generasi emas mulai terlihat dari anak-anak kelas 11. Alhamdulillah di tahun ini, SMA kita mampu mengirimkan atlet seni bela diri pencak silat hingga tingkat nasional dan berhasil memenangkannya. Dimohon kepada Ananda Dinda Wicaksono untuk naik ke panggung” (kepala sekolah mempersilakan)
(dengan reaksi yang cepat, Clara menepuk bahu teman sebelahnya yang tak lain adalah Dinda)
“Akhirnya si emprit naik podium juga cieelahh” (ucapnya sambal mencubit pipi Dinda) “ Sakit tau Clarrr” (mukanya sedikit kesakitan namun tertutupi oleh senyum bangga)
Acara wisuda kelulusan telah usai, semua wali peserta didik kelas 12 mulai meninggalkan tempat. Clara yang sedari tadi sibuk melakukan komando kepada anggotanya untuk melaksanakan tugas sesuai rencana, tiba-tiba dikagetkan dengan suara cowok
“Eh ke kantin yukk” (sembari menepuk Pundak Clara)
“Astaga kaget tau gak sih. Lu gak liat gue lagi sibuk hah?” (dengan raut muka sinis) “Sans dongg, abis ini ke kantin yak” (dengan nada memohon)
“Lu mending pergi aja deh, daripada gak guna disini” (lanjut Clara)
“Okayy deh kalau lu nyariin, gue ada di kantin yak” (berjalan dengan santainya) “Gak bakalan” (ucapnya Clara ketus)
Fatah Abdillah, begitulah nama cowok tadi. Anak konglomerat di SMA Pelita Bangs aini sudah mengenal Clara sedari masih duduk di bangku SMP. Meski Fatah sudah pernah mengungkapkan perasaannya kepada Clara, hamper tak satupun tindakan Clara yang mencerminkan terbalasnya perasaan Fatah. Padahal bisa dibilang dengan sikap cool dan bergelimang harta, menjadikan Fatah sebagai salah satu incaran cewek di sekolah.
“Secara keseluruhan acara wisuda tahun ini berjalan baik dan sesuai dengan rencana. Terimakasih kepada rekan-rekan semua yang sudah bekerja keras demi terselenggaranya wisuda untuk kakak kelas kita dengan lancer. Untuk agenda ke depan, kita mesti bersiap bazar fair yang akan berkolaborasi dengan SMA Purna Widya. Sekian untuk hari ini, selamat beristirahat kawan” (ucap Clara mengakhiri evaluasi kegiatan serta menutup pertemuan)
Antalogi “Aksara Cinta” ISBN 978-623-5664-08-8
Keesokan harinya, dengan menginjak gas pada mobilnya Clara melaju menuju SMA Purna Widya guna melakukan survey lapangan. Bersamaan dengan hari itu, SMA Purna Widya tengah melaksanakan classmeeting. Sesampainya di depan gerbang sekolah, mobilnya terpaksan berhenti dengan adanya konvoy motor gede. Terpaksa ia me-markirkan mobilnya di luar Gedung sekolah.
“Permisi pak, perkenalkan saya Clara dari SMA Pelita Bangsa ingin melakukan survey lapangan guna keperluan event bazar fair yang berkolaborasi dengan SMA ini” (ucapnya manis)
“Ouh iyya silakan dek” (sembari menyeruput kopi)
“Terimakasih pak” (sambal menundukkan kepala, tanda terimakasih)
Clara melangkahkan kakinya mencari loby guna mendapatkan arahan dari pegawai sekolah. Namun, baru beberapa langkah… (anggota konvoy motor gede tadi menghadangnya)
“Eh ada anak baru nih gaess” (sembari melepaskan helm)
“Manis juga nih cewek” (sahut rekan lainnya)
“Permisi, mau numpang lewat” (ucap Clara hati-hati)
“Eitss nanti dulu, lu mau apa kesini?” (ucap cowok tadi menerka)
“Gue mau survey lapangan buat kegiatan”
“Gak boleh” (sembari menyilangkan kedua tangannya)
“Apa-apaan, gue udah izin ke satpam dan dibolehin kok. Emang lu siapa?” (dengan nada sedikit tinggi)
“Kenalin, gue Doni Rahendra. Ketua OSIS SMA Purna Widya tahun ini. Biar gue tebak, pasti lu Clara dari SMA Pelita Bangsa kan?” (sedikit menyombongkan diri)
“Nah kebetulan kalau gitu, kita bisa langsung mulai sedikit membahas kegiatan ini” (Clara menanggapi)
“Mau bahas apa? Proposal aja belom nyampe ke gue” (balasnya meragukan)
(Seketika Clara tersentak, karena kemarin ia menugaskan Fatah selaku kabid public relation untuk mengantarkan proposal kegiatan ke SMA Purna Widya)
Antalogi “Aksara Cinta” ISBN 978-623-5664-08-8
“Berarti proposal belum ada di SMA ini? Emang kemarin gak ada anak SMA Pelita datang ke sini?” (dengan nada kepo)
“Kalau ada, gue gak mungkin tanya cantikk” (balas Doni sembari menggoda) “Okay kalau gitu, gue cabut dulu yah” (sembari mengambil kunci mobil dalam tasnya)
“Miskom nih ceritanya, gimana sih. Katanya SMA Pelita itu high class banget kalau masalah kepanitiaan” (timpalnya meremehkan)
“Jaga ucapan lu yah, jangan sekali-kali bawa nama SMA Pelita Bangsa hanya karena masalah kek gini” (dengan menunjukkan jari telunjuknya, memberikan peringatan)
“Loh, emang kenyataannya begitu kan?” (tanya Doni memastikan)
Tanpa berucap lagi, Clara pergi begitu saja meninggalkan kerumunan anak-anak konvoy MoGe yang sudah me-markirkan armada mereka dengan rapih
(Suara nada dering telepon yang menandakan terhubung)
“Halo, Fatah proposal kegiatan bazar fair sekarang ada dimana?” (tanya Clara sedikit menyimpan rasa cemas)
“Astaga Clarr, gue lupa naruhnya dimana. Keknya di kantin sekolah deh” (timpalnya yang sedikit lebih tenang)
“Lu gimana si, gue malu tau sama anak-anak SMA Purna Widya. Gue abis-abisan diketawain sama mereka, gara-gara proposal belum sampai” (ucapnya kesal)
“Lu bisa gak sii Fath, kerja bener sekali aja di kepanitiaan?” (lanjutnya heran)
Tanpa menunggu tanggapan dari Fatah, Clara mengakhiri pembicaraan telepon dan bergegas pergi.
0 comments:
Posting Komentar