Sabtu, 08 Juli 2023

  • Juara 1 Lomba Esai Nasional SMARTWEEK 6.0

     NATIONAL ESAI COMPETITION 

                                                SMARTWEEK 6.0 

    (INVLATION): INOVASI CERDAS UNTUK DIAGNOSA  PENYAKIT ST-SEGMENT ELEVATION MYOCARDIAL  INFRACTION BERBASIS YOU ONLY LOOK ONCE (YOLO)  GUNA MENYONGSONG ERA SOCIETY 6.0 

    Disusun Oleh: 

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya 

    Richo (0919040040) 

                                                        TEKNIK OTOMASI 

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2022





    (INVLATION): INOVASI CERDAS UNTUK DIAGNOSA  PENYAKIT ST-SEGMENT ELEVATION MYOCARDIAL  INFRACTION BERBASIS YOU ONLY LOOK ONCE (YOLO)  GUNA MENYONGSONG ERA SOCIETY 6.0 

    Oleh: Richo 

    “Karena sejatinya teknologi merupakan icon penting dalam mengembangkan  potensi nyata untuk negeri” -Mark Zuckerberg 

    1. PENDAHULUAN 

    Berakhirnya Millenium Development Goals (MDSs) pada tahun 2015 masih  menyisakan sejumlah problematika, hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa  target yang belum tercapai salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat.  Sehingga beberapa target yang belum tercapai tersebut harus diselesaikan pada  periode Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Sustainable Development  Goals (SDGs) mempunyai 17 poin yang harus dicapai, namun bukanlah hal yang  mudah bagi bangsa Indonesia untuk mencapai semua poin tersebut, salah satunya  pada poin ketiga yaitu kesehatan yang baik dan kesejahteraan. 

    Pidato Visi Indonesia yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo,  salah satu lima tahapan besar yang dapat meningkatkan produktivitas, daya saing,  dan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan dunia adalah pengembangan  Sumber Daya Manusia (SDM). Namun, calon penerus bangsa masih belum bisa  dalam menggapai harapan bangsa. Banyak masyarakat yang tidak bisa merasakan  kemerdekaannya hanya karena masalah kesehatan, salah satunya permasalahan  penyakit jantung (Khadafi, 2021). Penyakit jantung merupakan ancaman besar bagi  bangsa Indonesia untuk menyongsong SDGs 2030 mendatang. 

    Pesatnya perkembangan dunia dan kemajuan teknologi membuat dampak  yang cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu teknologi  yang membawa perubahan besar dalam memperbaiki kualitas hidup manusia adalah  teknologi otomatisasi dan robotika yang diaplikasikan pada bidang kesehatan dalam  menangani permasalahan kesehatan. Perjalanan menyambut era society 6.0 mulai  terlihat di ujung mata. Saat ini, bangsa Indonesia mulai terpacu untuk  mensukseskan rencana tersebut menuju Era Society 6.0, yakni sebuah era yang  mana semua teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan antara manusia  dengan segala aspek kehidupan di masa depan dengan menitikberatkan  penyelesaian masalah yang lebih efisien (Handayani & Muliastrini, 2020).  Sayangnya, teknologi yang bersifat preventif masih belum mendapatkan perhatian  khusus. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kasus kematian di dunia akibat  serangan jantung. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada 

    tahun 2019, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia  dengan total kematian yang mencapai 17,9 juta orang meninggal, atau sekitar 31%  dari seluruh kematian di dunia (World Health Organization, 2022). Sedangkan di  Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan  bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia terindikasi serangan  jantung dengan total kematian mencapai 1.017.290 jiwa (Kemenkes, 2019). Salah  satu jenis penyakit jantung yang paling mematikan adalah ST-Segment Elevation  Myocardial Infarction (Hinestroza, 2018). 

    ST-Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI) merupakan jenis  penyakit serangan jantung yang terjadi akibat adanya sumbatan plak aterisklerosis secara mendadak pada satu ataupun lebih arteri coroner yang dapat menghambat  aliran darah menuju otot jantung. Salah satu gejala yang paling sering dialami  adalah jantung berdebar (palpitasi) dimana sedikitnya 30% pasien yang mengeluh  berdebar terbukti mengalami STEMI (Novrianti et al., 2021). Gejala ini sering  diabaikan karena pemahaman masyarakat yang masih rendah, dokter ahli STEMI  yang masih terbatas, dan kurangnya teknologi yang efisien dalam menangani gejala  STEMI (Adlina, 2020). Sistematika irama jantung sejatinya dapat dipantau dengan  mengetahui pola jaringan rekonstruksi syaraf (Neural Reconstruction) melalui  kepekaan jaringan oleh You Only Look One (YOLO) yang dapat mendeteksi  gelombang irama jantung. Metode YOLO menerapkan koneksi dari syaraf tiruan  oleh sistem pada sebuah citra yang kemudian akan memilah citra berdasarkan  domain range pada masing-masing objek (Karlina & Indarti, 2019). Sayangnya,  teknologi yang ada tidak portable karena bentuk fisiologi yang cenderung besar,  kurang ergonomis ketika dibawa oleh pasien karena konstruksi alat yang terlalu  berat, dan umumnya hanya terdapat pada rumah sakit dengan skala besar. Tentunya  hal tersebut yang menjadi faktor penghambat bagi masyarakat untuk memeriksa  kesehatan jantungnya jika tak mengalami gejala yang signifikan. 

    Tak bisa dipungkiri, apabila penyakit STEMI dibiarkan terus menerus dan  tidak segera dilakukan tindakan lanjut, maka kasus kematian akibat serangan  jantung di Indonesia akan terus melonjak dan menjadi permasalahan besar menuju  Indonesia SDGs 2030 dan era society 6.0 mendatang. Menanggapi permasalahan  tersebut, maka kami menggagas sebuah inovasi INVLATION yakni alat pacu  jantung berbasis You Only Look One (YOLO) dilengkapi dengan sensor dan  aktuator yang keandalan sistem kerjanya telah penulis uji (Lampiran 1), diciptakan  inovasi ini ditujukan sebagai bentuk penanganan dini penyakit jantung akibat  STEMI. Lalu bagaimana dengan sistem pengawasan pasien penderita STEMI?  Smartphone yang Anda pegang merupakan solusi dari itu semua, Penulis telah  memprogram sistem alat yang telah terintegrasi antara software Arduino IDE  dengan software python application dan akan mentransfer data read pada 

    application system sebagai langkah pemantauan dan pertolongan pertama pada  pasien ketika mengalami sesak mendadak yang dapat dipantau secara real time

    2. ISI 

    2.1 Urgensi INVLATION Sekarang dan Masa Mendatang Sudah tak asing lagi, kesehatan saat ini telah menjadi aset utama sebagai pusat  perhatian terhadap indikasi kesuksesan suatu negara menuju masa gemilangnya,  Dengan hal tersebut, sudah seharusnya teknologi selaras seperti INVLATION  mulai dikembangkan dalam mengatasi penyakit kesehatan jantung seperti STEMI  (ST-Segment Elevation Myocardial Infarction). Tak hanya itu, Indonesia saat ini  telah memasuki masa transisi pasca pandemi dengan optimalisasi bidang kesehatan,  pariwisata, pendidikan dan lainnya yang sepenuhnya telah dilaksanakan secara  offline. Lantas apabila seseorang tak mendapatkan pengawasan terkait indikasi  kesehatannya, maka dapat memicu buruknya kinerja seseorang. 

    2.2 Mekanisme Kinerja INVLATION 

    Gambar 1. Sistem Anatomi Jantung Dalam (Adlina, 2020) 

    Sejatinya segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan  berpengaruh pada kondisi debaran jantung yang bekerja secara berkala. Range detak jantung maksimal dapat ditentukan berdasarkan rumus Kolmogorov-Smirnov  yang didasarkan pada nilai D sebagai berikut: 

    Dmax = maksimum (F0(X) – Sn (X)) 

    Dimana, nilai F0(X) merupakan konstansitas detak jantung sebesar 120,  sedangkan Sn (X) merupakan konstruksi usia pasien yang akan diuji (Sukania,  2015). Pada tahapan parameter perhitungan, Penulis menggunakan parameter BPM  (detak jantung) dan SpO2 (saturasi oksigen) untuk membandingkan nilai output antara pembacaan pengukuran sensor MAX30100 dengan sinyal NN (Neural  Network). Berdasarkan ilmu Live science and Biology, kondisi detak jantung  normal manusia berusia diatas 18 tahun umumnya antara 60 BPM (beats per  minute) sampai 100 BPM sedangkan anak-anak berusia 6-15 tahun detak jantung  normal rileks berkisar 70 BPM sampai 100 BPM. Namun, saat detak jantung 

    dibawah 60 BPM (beats per minute) berarti detak jantung tersebut dikatakan tidak  stabil dan kemungkinan memiliki masalah kesehatan.  

    Saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah dikatakan normal apabila  berada pada rentan 90 % hingga 100 %, sedangkan saturasi oksigen pada rentang  dibawah 90 % berarti kadar oksigen dalam darah tidak tersalurkan secara sempurna.  Pada pengukurannya, sinyal PPG menggunakan dua panjang gelombang yang  berbeda. Sinyal tersebut dapat terbentuk karena perubahan dari sinyal DC yang  dihasilkan dari pendeteksi cahaya. 

    Lalu Bagaimana dengan mekanisme kerja INVLATION? Mekanisme kerja  dari INVLATION yaitu rangkaian electrocardiogram akan menangkap pola sinyal  sebagai data masukan ke sistem rangkaian otomatisasi, kemudian pola sinyal akan  diteruskan melalui Low Pass Filter untuk menyamarkan serta menyaring pola  sinyal detak jantung yang bersifat kasar dan akan diterjemahkan oleh sistem  parching data untuk menentukan range pola terjal dari sinyal detak jantung. Setelah  itu, sensor infrared dan photodiode akan mendeteksi pola dan perubahan cahaya  yang diserap dalam darah sebagai penetuan nilai saturasi oksigen (SpO2) tanpa  harus melukai jaringan kulit manusia. Parameter data tersebut akan diterjemahkan  melalui sistem integrasi dengan respon berupa elektroda kejut sebesar 5VDC ketika  dideteksi seseorang mengalami detak jantung berdebar tak beraturan ataupun  saturasi oksigen yang tidak normal.  

    Sinyal convert yang dibaca oleh sistem akan diteruskan pada sistem aplikasi  dengan integrasi graphical user interface (GUI). Yang selanjutnya sinyal keluaran  akan dikirim ke sistem android melalui Bluetooth. Hal tersebut ditujukan untuk  monitoring sebagai bentuk pertolongan pertama apabila pasien mengalami sesak  napas mendadak serta rekonstruksi detak jantung yang tidak normal. Tak hanya itu,  fitur desain aplikasi yang dibuat oleh Penulis telah dilengkapi dengan fitur Update  kasus seputar kesehatan yang memudahkan seseorang untuk mengetahui informasi  seputar kesehatan jantung, adanya fitur Artikel yang dirancang guna  menghilangkan rasa jenuh pasien, serta dilengkapi dengan fitur pembelian obat  secara online sebagai upaya pembatasan keluar rumah. Dengan adanya fitur  canggih tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas seseorang dalam  melakukan aktivitasnya. 

    3. PENUTUP 

    ST-Segment Elevation Myocardial Infarction (STEMI) merupakan jenis  penyakit serangan jantung yang terjadi akibat adanya sumbatan plak aterisklerosis secara mendadak pada satu atau lebih arteri coroner serta dapat menghambat aliran  darah menuju otot jantung. Oleh karena itu, Penulis menggagas sebuah teknologi  cerdas bernama INVLATION dengan rekonstruksi sistem alat yang dapat bekerja  secara real time sebagai bentuk penanganan normalisasi detak jantung penderita 

    STEMI di Indonesia. Prototype yang dikembangkan penulis hanya dapat mengukur  nilai SpO2 (saturasi oksigen) dan BPM (detak jantung) dengan metode You Look  Only Once (YOLO) yang diintegrasikan pada graphical user interface (GUI).  Bayangkan apabila parameter diperlengkap, sistem yang dapat mendeteksi  kelelahan akibat aktivitas yang berlebih, sistem yang terintegrasi dengan  pengawasan dokter secara real time melalui rekam jejak kesehatan pasien, hingga  sistem alat yang dapat menyediakan oksigen sebagai pertolongan pertama saat  seseorang mengalami sesak napas mendadak. Dengan adanya penyempurnaan  tersebut, akan membuat sistem semakin sempurna bukan?.  

    Sebagai generasi millennial, penulis membantu upaya Pemerintah dalam  meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mengoptimalkan perkembangan  teknologi menuju era Society 6.0 guna menyongsong masa emas Indonesia  mendatang. Dengan begitu mimpi Pemerintah dan masyarakat dalam memutus  rantai kematian akibat penyakit jantung di Indonesia akan semakin nyata,  terciptanya teknologi digital melalui metode You Look Only Once (YOLO),  meningkatkan kualitas kinerja seseorang dalam melakukan aktivitasnya, serta  mewujudkan Indonesia yang maju dan sehat. Sebagai penutup, penulis  menyampaikan pesan dari Christian Evan bahwa “Kesehatan bukanlah pilihan,  melainkan keharusan untuk diperjuangkan”. Menjaga kepedulian diri,  INVLATION hadir sebagai optimalisasi teknologi terkini serta bentuk dedikasi  untuk negeri.

    DAFTAR PUSTAKA 

    Adlina, A. (2020). LITERATUR MENGENAI PENGGUNAAN TROMBOLITIK  PADA ST – ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI).  Journal of Chemical Information and Modeling, 21(1), 1–9. 

    Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020). Pembelajaran Era Disruptif  Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar) Ni.  International Seminar Proceeding, 3(2252), 58–66. 

    Hinestroza, D. (2018). KARAKTERISTIK PASIEN ST-ELEVATION  MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DI CVCU RSUP DR. WAHIDIN  SUDIROHUSODO PERIODE JANUARI SAMPAI JUNI 2017. 7, 1–25. 

    Karlina, O. E., & Indarti, D. (2019). Pengenalan Objek Makanan Cepat Saji Pada  Video Dan Real Time Webcam Menggunakan Metode You Look Only Once  (Yolo). Jurnal Ilmiah Informatika Komputer, 24(3), 199–208.  https://doi.org/10.35760/ik.2019.v24i3.2362 

    Kemenkes. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian  Kesehatan RI, 1(1), 1.  https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html 

    Khadafi. (2021). SWITCHEART (SMARTWATCH INTEGRATED  DEFIBRILLATOR ELECTROCARDIOGRAM): INOVASI ALAT PACU  JANTUNG BERBASIS JAM PORTABEL TERINTEGRASI ANDROID. 9. 

    Novrianti, I., . H., & F, M. (2021). Terapi Fibrinolitik Pada Pasien St-Segment  Elevation Myocardial Infarction (Stemi) : Review Artikel. Jurnal Farmasi  Udayana, 10(1), 55. https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p07 

    Sukania, W. (2015). ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA BANGUNAN  DALAM PEMBANGUNANRUMAH TIPE “X” DI PERUMAHAN ALAM  SUTRA TANGERANG. Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV), Snttm Xiv, TI-8. 

    World Health Organization. (2022). Monitoring health for the SDGs.  https://www.who.int/data/gho/data/themes/world-health-statistics

    Lampiran 1. Dokumentasi Pendukung 

    A. Pengujian Detak Jantung (BPM) 

    Pada tahap ini penulis mengambil sample BPM menggunakan perbandingan  antara sensor MAX30100 dengan output pembacaan sinyal YOLO untuk  mengetahui persentase error. Persentase error dapat dicari sebagai berikut; Persentase Error % = |Hasil sebenarnya−Hasil Sensor 

    Hasil Sebenarnya | x 100% 

    Percoba 

    an ke 

    Pengukuran  

    dengan Sensor  

    MAX30100  

    (BPM)

    Pengukuran  dengan  

    Sinyal  

    YOLO

    Kategori

    Persen 

    tase  

    Error  

    (%)

    76,34 

    76 

    Normal 

    0,44

    75,79 

    75 

    Normal 

    1,04

    74 

    74 

    Normal 

    0,00

    106,2 

    108 

    Napas Ringan  Hingga Sedang 

    1,69

    102 

    104 

    Napas Ringan  Hingga Sedang 

    1,96

    79,4 

    78 

    Normal 

    1,76



    Berdasarkan data yang telah diperoleh, nilai rata-rata pengukuran denyut  jantung (BPM) menggunakan sensor MAX30100 dengan dan sinyal YOLO sebesar 1,15%. 

    Gambar Pengujian dengan Sensor MAX30100 (Penulis, 2022)

    Gambar Tampilan Output (Penulis, 2022) 

    B. Pengujian Saturasi Oksigen (SpO2

    Pada tahap ini penulis mengambil sample SpO2 menggunakan perbandingan  antara sensor MAX30100 dengan output pembacaan sinyal YOLO untuk  mengetahui persentase error. Persentase error dapat dicari sebagai berikut; Persentase Error % = |Hasil sebenarnya−Hasil Sensor 

    Hasil Sebenarnya | x 100% 

    Percobaan  

    ke 

    Pengukuran  

    dengan Sensor  MAX30100  

    (BPM)

    Pengukuran  dengan  

    Sinyal  

    YOLO

    Kategori

    Persen 

    tase  

    Error  

    (%)

    96,67 

    96 

    Normal 

    0,69

    97,32 

    96 

    Normal 

    1,35

    89,1 

    89

    Napas Ringan  Hingga Sedang 

    0,11

    94,43 

    94 

    Normal 

    0,45

    98,02 

    99 

    Normal 

    0,99

    99,16 

    99 

    Normal 

    0,16



    Berdasarkan data yang telah diperoleh, nilai rata-rata pengukuran saturasi  oksigen menggunakan sensor MAX30100 dengan sinyal YOLO sebesar 0,63%.

    Gambar Pengujian dengan Sensor MAX30100 (Penulis, 2022)

    Gambar Tampilan Output (Penulis, 2022) 

    C. Pembacaan Nilai oleh Sinyal sistem YOLO 

    Gambar Tampilan Sinyal YOLO saat Pengukuran (Penulis, 2022)

    Gambar Tampilan Sinyal YOLO saat Pengukuran (Penulis, 2022) 

    D. Pengujian Elektroda Kejut System 

    Pada tahapan pengujian elektroda kejut dioptimalkan pada rentan 4,5 hingga  5VDC untuk kestabilan sistem  

    Gambar Uji Elektroda Kejut (Penulis, 2022) 

    E. Rata-rata akurasi Sensor 

    Rata-rata akurasi sensor dapat ditentukan sebagai berikut; 

    Akurasi = 100% - Persentase Error Sensor% 

    Perhitungan Akurasi pengujian sensor dapat ditentukan sebagai berikut; 1. Sensor MAX30100 pada pengujian detak jantung 

    Akurasi = 100% - Persentase Error Sensor% 

    = 100% - 1,15% = 98,85 % 

    2. Sensor MAX30100 pada pengujian saturasi oksigen 

    Akurasi = 100% - Persentase Error Sensor% 

    = 100% - 0,63% = 99,37 %

    F. Perencanaan Aplikasi Sistem 

    Gambar Desain Aplikasi INVLATION (Penulis, 2022) 

    Gambar Desain Aplikasi INVLATION (Penulis, 2022)

    G.Pemrograman Otomatisasi Sample Saturasi Oksigen dan BPM

    Gambar Program System (Penulis, 2022)

    H.Tampilan Teknologi yang Dikembangkan 

    Gambar Ketika Diimplementasikan (Penulis, 2022)




  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.