EMA
Karya: Tita Roliatun Hasanah
Udara segar sedikit berkabut serta suara burung yang berkicauan. Begitulah suasana pagi hari di Desa Kertasari, Ciamis. Lalulalang penduduk desa sana dengan penuh semangat untuk melakukan rutinitas setiap harinya.
“Punten ni!” Sapa seorang pemuda yang sedang berjalan kaki kepada ni Ijah seorang nenek tua yang sedang menyapu di halaman rumahnya.
Sembari tersenyum ni Ijah menjawab. “Uhun mangga. Bade mangkat sakola kitu Jang?” Sambung ni Ijah bertanya kepada Ujang.
“Uhun ni.” Ucap ujang.
“Jug atuh sing pinter sakolana!” Saut ni Ijah kembali sembari mendo’akan Ujang “Amin pido’ana ni.” Kata Ujang berterimakasih kepada ni Ijah.
Ni Ijah adalah seorang nenek tua yang tinggal sendirian di rumahnya. Ia memiliki seorang anak, namun anaknya tinggal di kota berbeda dan hanya sesekali pulang untuk menjenguk ni Ijah di desa.
Sering kali ni Ijah merasa rindu kepada anak semata wayangnya itu, namun karena ia sudah tua sehingga ia enggan untuk memiliki ponsel karena tidak bisa menggunakannya. Saking rindunya ia terkadang harus meminjam ponsel ke tetangga terdekat untuk menelepon anaknya tersebut.
“Neng! Neng Ina!” Saur ni Ijah kepada seorang gadis tetangganya.
“Kaleubeut ni!” Jawab Ina.
“Hoyong pang neleponkeun a Asep neng tiasa teu?” ucap ni Ijah meminta Ina untuk menelepon anaknya.
“Uhun ni wios.” Jawab Ina kepada ni Ijah sambil memberikan ponselnya yang sudah tersambung dengan a Asep.
“Halo! Assalamualaikum ma.” Sapa Asep kepada ibunya itu.
“Waalaikumsalam Sep, ih ema mah meni kangen ka Asep. Iraha atuh uih?” Tanya ni Ijah kapan Asep bisa pulang.
“Duka puguh ma, abi sibuk keneh damel didieu. Ari ema ayeuna sehat?” Jawab Asep yang belum bisa segera pulang karena pekerjaannya dan bertanya keadaan ni Ijah sekarang.
“Ih Asep mah ema tos kangen. Alhamdulillah damang ema mah. Ari Asep damang?” Jawab ni Ijah sambil bertanya kembali keadaan Asep disana.
“Alhamdulillah ma damang Asep oge.” Ujar Asep.
Setelah lama berbincang melepas kerinduannya, akhirnya ni Ijah pun selesai menelepon Asep yang sebelumnya berpesan agar Asep bisa cepat pulang menengoknya karena sudah lama tidak berjumpa. Lalu ni Ijah pun pulang tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ina karena telah meminjamkan ponsel kepadanya.
Sebenarnya saat itu Asep sedang libur selama dua hari, namun karena merasa waktu yang terlalu sedikit sehingga ia memutuskan untuk pulang di libur berikutnya saja yang memiliki waktu lebih lama lagi.
Dua minggu berlalu
Suasana pagi di Bandung, kota tempat Asep bekerja. Ia terburu-buru karena sudah siang dan takut terlambat masuk kerja. Pagi itu jalanan sepi karena hujan yang tidak reda dari semalam sehingga membuat jalanan sedikit banjir.
Terlihat dari perempatan jalan sebelah utara terdapat sepeda motor yang melaju begitu kencang, sedangkan Asep dari arah selatan hendak menuju ke arah barat juga melaju dengan kecepatan tinggi karena merasa jalanan sedang sepi.
“Duarr.” Suara keras dari perempatan tersebut terdengar begitu keras.
Seketika jalanan ramai dipenuhi warga sekitar.
Ternyata terjadi kecelakaan disana. Terdapat tukang beca yang sudah tergeletak dan pengendara sepeda motor tadi yang sudah tidak sadarkan diri. Asep pun yang sedang berhenti karena terkena stopan lampu merah, ikut menolong korban disana. Tak lama kemudian mobil ambulan datang dan Asep pun segera melanjutkan perjalanan ke tempat kerjanya agar tidak terlambat.
Di desa, pagi itu ni Ijah tidak terlihat menyapu di halaman rumah seperti biasanya. Ina sebagai tetangga terdekatnya berinisiatif untuk memastikan bahwa keadaan ni Ijah baik-baik saja saat itu.
“Ni! Nii! Aya di leubeut teu?” Ucap Ina.
Hening suara tidak ada jawaban dari ni Ijah. Perasaan Ina sudah tidak karuan karena khawatir ni Ijah kenapa-napa.
“Niiii! Ni Ijahh!” Ucap Ina kembali sambil mengetuk pintu rumah, namun tetap tidak ada jawaban dari ni Ijah.
Akhirnya Ina pun membuka pintu rumah ni Ijah yang memang tidak pernah di kunci karena khawatir suatu saat ada kejadian tidak enak kepada dirinya, sehingga tetangga bisa langsung menjenguk kedalam rumahnya. Dan ternyata ni Ijah tidak ada didalam rumahnya. Ina bingung mencari dimana keberadaan ni Ijah. Ia khawatir sesuatu terjadi pada ni Ijah yang sudah tua itu.
“Halo a!” Sapa Ina kepada Asep dalam telepon.
“Uhun kumaha neng?” Tanya Asep
Ina berbicara kepada Asep bahwa ni Ijah tidak ada dirumah pagi ini. Asep pun merasa sangat khawatir kepada ibunya itu. Di tempat bekerjanya pun ia tidak bisa fokus karena teringat akan keadaan ibunya.
Hari sudah siang dan ni Ijah masih belum pulang. Asep kembali menelepon Ina untuk bertanya apakah ibunya sudah pulang atau belum.
“Halo neng, ema tos uih?” Tanya Asep kepada Ina.
“Teu acan keneh a.” Jawab Ina.
Asep semakin khawatir dan ia memutuskan untuk izin cuti kerja kepada atasannya untuk pulang ke kerumah ibunya di desa.
Sesampainya disana Asep bingung harus mencari ibunya dimana, warga sekitarpun ikut mencari keberadaan ni Ijah namun tetap tidak menemukan dimana ni Ijah sekarang.
Malam tiba dan Asep pun semakin khawatir sehingga ia tidak dapat tertidur. Sampai tidak terasa terdengar suara ayam berkokok menandakan pagi akan segera tiba. Asep masih belum terlelap sedikitpun dan tetap duduk di ruang depan dari semalam.
“Krett.. krett.” Terdengar suara timbaan air di sebelah rumah.
Segera Asep keluar sambil teriak. “Maa! Emaa!”
“Abi ieumah” Jawab mang Uho yang sedang menimba air di sumur ni Ijah. “Euh sugan teh si ema.” Jawab Asep sambil kecewa karena ternyata bukan ibunya.
Asep pun kembali ke dalam rumah dan duduk kembali di ruang depan. Hari semakin pagi dan matahari mulai terlihat. Asep sedikit terlelap karena tidak kuat menahan kantuk dari semalam.
“Krekk..” Suara pintu tua terbuka pelan.
Terlihat ada Asep sedang tertidur di kursi.
“Sepp!” Teriak ema karena kaget anaknya ada dirumah.
“Alhamdulillah.. Ema timana wae dipilarian ku Asep.” Ujar Asep sambil berlari memeluk ibunya itu.
Ternyata ni Ijah pagi kemarin merasa sangat kesepian sehingga ia pergi untuk menginap di rumah ni Unah, kerabatnya yang juga sama-sama tinggal sendiri dirumah.
Asep merasa sangat tenang karena ibunya tidak kenapa-napa dan bisa pulang ke rumah dalam keadaan sehat. Begitupun dengan ni Ijah, ia merasa sangat senang karena setelah sekian lama akhirnya Asep bisa pulang dan bertemu dengannya.
~TAMAT~
0 comments:
Posting Komentar