Sabtu, 17 Desember 2022

  • Jurnal Karya 2022 "Artikel Ilmiah" #6

     Efek Pembangunan Waduk Kedung Ombo Sebagai  Wujud Konservasi Air 

    Annisa Itsna Nur’aini 

    Universitas Sebelas Maret; annisaitsna@student.uns.ac.id 

    Abstrak : Sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah. Salah satunya adalah air, air  mempunyai manfaat yang paling utama dalam kehidupan ini, tanpa air pasti tidak ada  kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, pemasalahan air tidak boleh diabaikan. Pengetahuan  yang mumpuni sangat diperlukan dalam melakukan konservasi air agar tidak salah dalam  mengambil langkah upaya atau pola pengelolaan air. Salah satu bentuk pengelolaan air adalah  dengan dibangunnya waduk. Waduk adalah kolam besar yang digunakan untuk mengumpulkan  dan menyimpan air pada saat musim penghujan datang agar dapat digunakan pada musim  kemarau. Contohnya pembangunan Waduk Kedung Ombo yang terletak di Jawa Tengah.  Waduk ini dibangun di daerah aliran sungai Serang dan bermuara di sungai daerah Jepara.  Awalnya waduk ini hanya digunakan untuk menampung air hujan yang setiap tahun menjadi  penyebab banjir, tetapi ternyata pembangunan waduk ini juga dapat dijadikan sebagai  penunjang perekonomian di bidang lainnya seperti bidang perikanan, pariwisata, pertanian,  pembangkit listrik. Selain dampak positif, pembangunan waduk juga menimbulkan berbagai  dampak negatif yang mungkin dapat menjadi masalah baru. 

    Kata kunci : Sumber daya alam, air, konservasi, pembangunan, waduk, dampak 

    1. PENDAHULUAN 

    Indonesia dikelilingi oleh berbagai sumber daya alam, salah satu diantaranya adalah  air. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital peranannya dalam  kehidupan karena tanpa air kehidupan apapun di dunia ini tidak akan tumbuh dan hidup  (Imamudin, 2012:41). 

    Dengan adanya berbagai pengembangan dan pengelolaan SDA dan lingkungan yang  berkelanjutan maka cepat atau lambat akan menggerus ketersediaan air. Ketersediaan air di  suatu tempat dari waktu ke waktu pasti akan menjadi suatu permasalahan ketika kebutuhan  air meningkat, tetapi ketersediaan air tetap atau bahkan terjadi kekrisisan. Hal itu semua  menjadi suatu permasalahan yang serius sehingga diperlukan perlindungan terkait  pemanfaatan air yang benar untuk masa sekarang dan masa depan dengan pola dan strategi  yang memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan sehingga hasilnya tidak akan menganggu  kelangsungan lingkungan hidup yang lain. Pengelolaan air adalah salah satu bagian dari  upaya konservasi air dengan unsur memelihara, merehabilitasi, menjaga serta  memanfaatkan kekayaan sumber air secara efektif dan efisien guna menunjang  kesejahteraan masyarakat (Sallata, 2015:76-77). Menurut Asdak (dalam Sallata, 2015:77)  dalam pengelolaan sumber daya air dapat dimulai dengan adanya kepahaman pengetahuan  tentang air dan permasalahannya serta ilmu pengetahuan lainnya yang masih bersangkutan  dengan hal hidrologi. 

    Salah satu bentuk konservasi terhadap air adalah dengan dibangunnya waduk. Soejono  (dalam Jati, 2019) menjelaskan bahwa waduk merupakan sebuah tampungan besar yang  digunakan untuk penyimpanan air yang dapat dipergunakan ketika ketika musim kemarau

    tiba. Dalam perkembangannya waduk yang telah dibangun memiliki berbagai manfaat lain  seperti dalam hal pengairan, perikanan, pariwisata, maupun pembangkit listrik tenaga air. Waduk Kedung Ombo ialah waduk terkenal di Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten  Grobogan. Waduk Kedung Ombo ini dibangun pada aliran Sungai Serang pada tahun 1980- an yang berawal berfungsi untuk menampung serta mengontrol air yang mengalir di Sungai  Serang yang bermuara di wilayah Jepara. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi  bencana banjir yang tak jarang melanda daerah Jawa Tengah serta dapat mengatasi  kekeringan. Selain untuk mengatasi masalah banjir maupun kekeringan, waduk ini dapat  difungsikan menjadi pembangkit listrik energi air, bahkan juga dapat dijadikan sebagai  tempat wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. 

    Kondisi geografis di daerah aliran sungai Serang di daerah timur laut dan tenggara  dengan bentuk datar sampai bergelombang yang dipenuhi lahan bukit-bukit kecil serta  perbukitan yang berpola dan dibatasi oleh punggung bukit yang bergelombang pada bagian  tengah DAS (bagian hilir sampai bagian tengah). Hal tersebut sesuai dengan penjelasan  Suyana & Muliawati (2014:142), bagian hulu dari aliran sungai ini mempunyai bentuk lahan  bergelombang, berbukit, dan agak terjal. Kawasan sekitar waduk ini dipenuhi dataran tinggi  berupa beberapa pegunungan kecil. Waduk Kedung Ombo memberikan berbagai manfaat  besar terhadap irigasi di persawahan yang berada di daerah Grobogan, Demak, dan Pati. 

    Selain sebagai konservasi air, keberadaan Waduk Kedung Ombo sangat membantu  perekonomian masyarakat sekitar karena masyarakat lebih mudah dalam memenuhi  kebutuhan hidupnya dengan beberapa mata pencaharian yang dapat dilakukan di kawasan  tersebut. Dengan begitu, perekonomian masyarakat dapat meningkat secara signifikan.  Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menjadi salah satu indikator keberhasilan pemerintah  dalam mengelola dan menjalankan suatu negara. Pada hakikatnya setiap pembangunan  diharapkan dapat menunjang serta meningkatkan kesejahteraan baik kesejahteraan individu  maupun kesejahteraan sosial, tetapi disamping harapan positif tersebut di setiap  pembangunan juga akan menimbulkan dampak negatif (Swela et al., 2017: 2). Demikian  dengan pembangunan Waduk kedung Ombo ini juga pastinya menimbulkan berbagai  dampak negatif. Oleh karena itu, diperlukan pembahasan yang lebih mendalam terkait  dengan berbagai efek yang ditimbulkan dari pembangunan Waduk Kedung Ombo sebagai  wujud konservasi air terhadap masyarakat sekitar. 

    2. Metodologi Penelitian 

    Untuk memperoleh berbagai data dan informasi yang akurat dalam penyusunan paper  karya ilmiah ini, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi  pustaka. Penulis melakukan pencarian data dan informasi melalui berbagai literature sumber  dari jurnal dan buku yang relevan dengan topik tersebut kemudian dilanjutkan dengan  analisis data yang ada dan dekrispsi guna menjawab hal yang perlu pengkajian.

    3. Hasil 

    Gambar 3.1 Peta Waduk Kedung Ombo 

    Waduk Kedung ombo adalah salah satu bendungan air terbesar yang berupa waduk  yang pernah dibangun oleh pemerintah Jawa Tengah pada tahun 1985-1989 yang terletak di  tengah-tengah perbatasan Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Boyolali. Pembangunan  Waduk Kedung Ombo berawal dari adanya rencana proyek pembangunan wilayah Sungai  Jratunseluna (Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana) yang mencakup 3 karesidenan,  yaitu Karesidenan Semarang, Pati, dan Surakarta. Selain itu, pembangunan ini juga  mencakup 9 kabupaten disekitarnya. 

    Namun, dengan pembangunan Waduk Kedung Ombo ini ternyata juga menimbulkan  dampak positif lainnya, khususnya di bidang perekonomian. Kawasan Waduk Kedung  Ombo menciptakan berbagai aktivitas masyarakat sekitar guna menunjang  perekonomiannya, antara lain: 

    a. Perikanan 

    Salah satu manfaat dari Waduk Kedung Ombo adalah sektor perikanan.  Perikanan di kawasan Waduk Kedung Ombo ini dilakukan dengan sistem budidaya  dengan adanya sarana keramba jaring apung (KJA), baik yang dimiliki perusahaan  maupun masyarakat setempat. Berbagai jenis ikan dapat ditemukan di perairan Waduk  Kedung Ombo.

    Gambar 3a.1 Jumlah dan jenis ikan tangkapan nelayan 

    Setelah mendapatkan tangkapan, para nelayan juga melakukan budidaya. De  Silva et al. dalam Aisyah dan Widihastuti (2017:98) mengungkapkan bahwa budidaya  perikanan dapat dilakukan dengan menebar bibit ikan yang didasarkan pada jenis ikan  yang laku di pasaran, mampu tumbuh dengan cepat, dapat memanfaatkan pakan alami,  dan dapat berkembang dengan berbagai jenis ikan yang sudah ada di perairan tersebut,  serta yang disukai oleh komunitas di sekitar waduk. 

    Gambar 3a.2 Penyebaran benih ikan 

    b. Pariwisata 

    Pariwisata mempunyai peranan yang krusial dalam pengembangan ekonomi di  berbagai negara, khusunya di wilayah Indonesia. Pariwisata menjadi salah satu senjata  pengembangan yang potensial, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, diversifikasi  ekonomi, mengurangi kemiskinan dan membangun hubungan timbal balik (kerja sama)  dengan produksi lain serta sektor penyedia jasa (Amalia et al., 2018:49). Sektor  pariwisata juga memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional,  kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pengembangan wilayah,

    penciptaan lapangan kerja dan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai  penyjmbang devisa (Rahma, 2020:4). 

    Di Kabupaten Grobogan, Waduk Kedung Ombo menjadi salah satu  penyumbang devisa pendapatan daerah tertinggi dalam bidang pariwisata (SLHD Kab.  Grobogan dalam Muhlisin, 2013:4). Lingkungan sekitar Waduk Kedung Ombo  memiliki pemandangan indah dari deretan hutan yang hijau yang menjadikan udara  sejuk sehingga tidak salah jika kawasan Waduk Kedung Ombo ini dikembangkan guna  sebagai destinasi objek wisata yang dikunjungi banyak orang. 

    No 

    Sarana wisata 

    Kunjungan

    1. 

    Ikan bakar tepi waduk 

    40%

    2. 

    Rumah makan apung 

    22%

    3. 

    Keramba ikan 

    14%

    4. 

    Perahu motor 

    12%

    5. 

    Area pemancingan 

    6%

    6. 

    Hutan wisata air 

    6%



    Tabel 3b.1 kunjungan wisata 

    c. Pertanian 

    Bidang pertanian menjadi hal yang paling penting dalam pengelolaan Waduk  Kedung Ombo karena pada dasarnya waduk ini dibangun mempunyai fungsi utama  sebagai sarana irigasi. Terlebih lagi sebagian besar penduduk di sekitar Waduk Kedung  Ombo bekerja sebagai petani. Keadaan ekonomi warga sekitar khususnya petani mulai  mengalami perubahan setelah adanya pembangunan dan pengembangan Waduk  Kedung Ombo. Namun, dalam pengelolaan lahan pertanian tidak dapat dilakukan  dengan sembarangan karena kawasan waduk rentan terjadinya erosi. 

    Gambar 3c.1 Analisis erosi waduk 

    d. Pembangkit Listrik Tenaga Air 

    Selain sebagai sumber irigasi, Waduk Kedung Ombo sebagai penampungan air  yang melimpah juga difungsikan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Waduk  Kedung Ombo berperan besar dalam pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan arus air yang ada.

    Gambar 3d.1 Gambaran PLTA waduk 

    Gambar 3d.2 Gambaran konstruksi PLTA 

    4. Pembahasan 

    Waduk Kedung Ombo terletak di Kabupaten Grobogan, tepatnya di Dukuh Kedung  Ombo, Desa Ngrambat, Kecamatan Geyer. Waduk atau Bendungan Kedung Ombo ini  terletak di Desa Rambat yang berbatasan dengan Desa Juworo, Kecamatan Geyer,  Kabupaten Grobgan, serta berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Sragen. Waduk  Kedung Ombo ini dibangun menghabiskan dana ratusan juta dollar yang disokong dari Bank  dunia, Bank Exim Jepang, serta keuangan dari APBN. Waduk ini mulai dialiri air pada bulan  Januari 1989. Luas keseluruhan waduk ini sekitar 6.578 Ha yang terdiri dari 2.890 Ha perairan dan 3.688 Ha daratan. Dengan luas yang begitu besar mengakibatkan harus  menenggelamkan beberapa desa dan kecamatan di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen,  Boyolali, dan Grobogan. 

    Ariyani & Fauzi (2019:198) menuturkan bahwa kawasan Waduk Kedung Ombo  memiliki potensi alam yang sangat dominan bagi perekonomian masyarakat. Hal itu terlihat  dari adanya hamparan air yang sangat luas dengan panjang 1.8 km, lebar 18 m, tinggi 96 m,  dan dengan debit air 723 juta m3, yang dipenuhi hutan jati yang kaya dengan  keanekaragaman hayati, bukit-bukit alami, serta pemandangan yang sangat indah.

    Perekonomian di kawasan Waduk Kedung Ombo dapat berasal dari berbagai bidang, antara  lain: 

    a. Perikanan 

    Perikanan di kawasan Waduk Kedung Ombo dapat dlakukan dengan  menggunakan keramba. Pemasangan keramba ini menyebar di berbagai wilayah seperti  di Desa Bulu Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali, Desa Ngasinan, Jurang, Gandul,  Boyo Layar Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Keramba jaring apung yang  tersebar di kawasan Waduk Kedung Ombo ini dimiliki oleh masyarakat setempat, PT  Aquafarm, dan perorangan dari waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Berdasarkan  data yang didapatkan, berbagai jenis ikan dapat ditemukan di kawasan waduk ini seperti  ikan bader, betutu, keprek abang, kutuk, lukas, nila, palung, sogo, tawes, wader, red  devil, gurame, lele, mujair, sepat rawa. Berdasarkan jawaban responden, terdapat 3  jenis ikan yang paling banyak ditangkap nelayan Waduk Kedung Ombo yaitu ikan  betutu, tawes, sedangkan untuk ikan yang jarang ditangkap adalah ikan mujair dan sepat  rawa, hal itu disebabkan karena kurang minatnya masyarakat dalam mengonsumsi dan  kurangnya bibit ikan tersebut. 

    Selain dengan menangkap ikan, para nelayan juga melakukan penyebaran  beberapa jenis benih ikan. Dari data yang ada, dapat diketahui bahwa benih ikan nila  yang mendominasi penyebaran, sedangkan ikan mujair dan gabus menjadi jenis benih  ikan yang paling sedikit penyebarannya. Namun, dalam hal pemeliharaan harus  memerhatikan berbagai aspek, misalnya kualitas dan pakan ikan (pallet). Kualitas  perairan sangat penting bagi kehidupan organisme akuatik karena digunakan sebagai  tempat hidup (Jati, 2019). Dengan bertambahnya populasi masyarakat sekitar, maka  dapat memicu peningkatan pemanfaaan sumber daya ikan dengan didasari oleh isu-isu  konservasi di daerah dengan adanya aspek keberagaman hayati yang tinggi (Longin et  al., 2021). Kualitas perairan yang baik pasti tergantung dengan ekosistem yang baik  pula. 

    Fitoplankton menjadi salah satu komponen penting dalam perairan karena  fitoplankton itu menjadi makanan pertama dan produsen dalam mata rantai kehidupan  perairan (Sukmono, 2019: 43). Levin et al. (2018:51-53) menjelaskan bahwa dalam  menjaga ekosistem perairan diperlukan struktur dan proses rencana ekosistem  perikanan, antara lain : 

    1. Mengetahui model (rencana) dan inventarisasi 

    2. Memiliki visi, tujuan, dan prioritas 

    3. Mengetahui langkah/cara 

    4. Melakukan kerja nyata 

    5. Evaluasi 

    b. Pariwisata 

    Awal pembangunan Waduk Kedung Ombo, sarana pariwisata Waduk Kedung  Ombo juga sangat minimum dikarenakan kurangnya rasa kesadaran akan  pengembangan yang lebih baik. Padahal dengan pengembangan pariwisata secara tidak  langsung akan membantu meningkatkan hasil perekonomian daerah serta kesejahteraan  masyarakat karena menghasilkan perluasan lapangan kerja serta peningkatan dan  pemerataan infrastruktur (Ariyani et al., 2020:358-359). 

    Setelah beberapa tahun kemudian, Waduk Kedung Ombo mengalami  perubahan dan pengembangan dalam berbagai sektor, terkhusus di sektor pariwisata  sudah dibangun sarana yang memadai untuk pariwisata. Berbagai pihak terlibat dalam

    pengembangan potensi pariwisata ini, mulai dari pemerintah, swasta, dan masyarakat  dengan berbagai strata. Partipasi-partisipasi semua pihak tersebut dapat berupa  partisipasi buah pikir yaitu pihak yang memberikan atau mengusulkan ide dan gagasan  mengenai strategi maupun rencana dalam pengembangan, partisipasi tenaga adalah  partisipasi yang banyak diperlukan dan dapa dikatakan yang paling mudah karena tidak  membutuhkan keahlian khusus dalam pelaksanaannya. Partisipasi material dengan  adanya penggantian dan pemindahan lahan masyarakat oleh aparat pemerintah. 

    Panorama yang dimiliki Waduk Kedung Ombo sangat cocok dijadikan  destinasi wisata. Menurut data tabel dari Setiawan dan Sunaryo (2013:43) terdapat  berbagai sarana yang dapat dinikmati ketika berkunjung ke Waduk Kedung Ombo,  yaitu ikan bakar tepi waduk, rumah makan apung, keramba ikan, perahu motor, area  pemancingan, dan hutan wisata air. Persentase kunjungan tertinggi ditempati ikan bakar  tepi waduk karena disitulah kita dapat menikmati 2 hal sekaligus, menikmati ikan bakar  yang khas Waduk Kedung Ombo dan menikmati pemandangan yang indah. Sarana  wisata yang kurang diminati pengunjung adalah are pemancingan dan hutan wisata air. 

    c. Pertanian 

    Ashari et al. (2017:47) bahwa dalam pembangunan bidang pertanian terdapat  berbagai faktor, salah satunya adalah teknologi. Teknologi yang semakin canggih  membuat Waduk Kedung ombo dipergunakan sebagai irigasi. Sebelum pembangunan  Waduk Kedung Ombo, petani hanya dapat melakukan sistem tanam padi 1 kali, namun  kini sudah menjadi 2 kali musim tanam padi. Dampaknya tidak hanya mempengaruhi  sistem tanam saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kedatangan banjir karena sebelum  pembangunan waduk, banjir selalu terjadi setiap tahunnya, namun sekarang air yang  berlebihan sudah dikendalikan oleh waduk. Warga di sekitar waduk memanfaatkan  lahan green belt atau yang biasa disebut dengan lahan tanah pasang surut ini untuk  dijadikan lahan pertanian yang akan ditanami padi maupun palawija. 

    Contohnya lahan greenbelt atau lahan pasang surut yang dijadikan sebagai lahan  untuk menanam padi maupun palawija bukan tanaman tahunan karena itu akan rawan  terendam oleh air waduk. Oleh karena itu, umunya para petani mulai menanam saat air  mulai menyusut. Dalam melakukan penanaman, para petani juga memperhatikan  kondisi tanah. Tanah yang relatif datar dan subur digunakan untuk menanam padi dan  palawija pada pertengahan bulan Juni dan berharap agar pada awal Agustus sudah bisa  di panen. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan tanah yang baik dan benar agar  terhindar dari erosi, apalagi pertanian ini terletak di kawasan waduk. Berdasarkan gambar analisis toleransi erosi, Waduk Kedung Ombo memiliki toleransi erosi yang  tinggi, hal itu menunjukkan bahwa lahan di daerah tersebut masih aman dari erosi  karena pembentukan tanah lebih cepat daripada erosi yang mungkin terjadi. Erosi dapat  terjadi karena faktor-faktor biofisik antara lain kondisi kemiringan lereng, penutupan  lahan, tekstur tanah, dan teras (Cerdan et al. dalam Harjadi, 2018:147). 

    d. Pembangkit Listrik Tenaga Air 

    Pada zaman sekarang yang sudah berubah dengan adanya kemajuan teknologi  yang lebih canggih akibat globalisasi. Dengan perkembangan teknologi mampu  membuat air menjadi sumber terbaik dalam menghasilkan listrik yang digunakan di  seluruh dunia (Shahgholian, 2020:14). Pada hakikatnya, pembangkit listrik tenaga air  ini menerapkan konsep hukum kekekalan energi dimana gerakan massa air pada sungai  dapat memutarkan turbin sebagai alat energi kinetik yang dapat menghasilkan energi  listrik dengan bantuan generator. Pembangkit listrik tenaga air di Waduk Kedung Ombo  ini mempunyai 1 turbin yang akan menghasilkan daya sekitar 22,5 megawatt. Dengan

    daya tersebut, PLTA diharapkan dapat menghasilkan listrik sebesar 68.000 MWh/tahun  dalam keadaan normal dengan kebutuhan air sekitar 1,5 juta m3. Dengan begitu, debit  yang harus dialirkan dari PLTA sebesar 53,68 m3/detik. Rencana awal di perkirakan  debit PLTA itu sendiri mulai dari 45 m3/detik sampai 61,8 m3/detik. Gambaran tentang  PLTA di Waduk Kedung Ombo menurut Iranawati et al. (2013:9) : 

    Tinggi terjun sekitar 60 m 

    Daya output sebesar 32.374 kW 

    Turbin tipe Francis 

    Bangunan intake elevasi + 60,00 dengan diameter 3,8 m 

    Pipa penstock elevasi +60,00 dengan bahan pipa baja berdiameter 3,8 cm dan  panjang 287 m 

    Tail race elevasi permukaan air +28,00 dengan tinggi 2,6 m dan lebar sekitar 5,5  m 

    Pintu pengatur elevasi +26,00 dengan canal berukuran 500x250x100 

    Dampak positif dari pembangunan Waduk Kedung Ombo memang sangat  menguntungkan dalam segi hal perekonomian, tetapi tidak dapat dipungkiri pembangunan  tersebut juga banyak menimbulkan dampak-dampak negatif, antara lain : 

    1. Pembangunan waduk tersebut menyebabkan 5.268 keluarga saat itu kehilangan tanahnya  sehingga sempat terjadi suatu penolakan penggusuran dan pemindahan lahan karena  sebagian besar warga tidak rela untuk membebaskan tanah warisan dan tanah kelahirannya  begitu saja. Selain itu, ada penyebab lain yaitu adanya ganti rugi tanah yang diberikan oleh  pemerintah tidak sebanding dengan harga tanah pada umumnya. Hal itu terjadi karena  adanya tindakan korupsi yang dilakukan oleh para aparat pemerintah yang tidak  bertanggungjawab. Akhirnya pemerintah menemukan cara lain yaitu dengan memberikan  sarana transmigrasi serta diberi pesangon. Awalnya warga menolak program tersebut,  tetapi dikarenakan desakan dari pemerintah yang tidak henti-henti, akhirnya pada tanggal  18 Mei 1991, waduk ini diresmikan oleh Presiden Soeharto. 

    2. Berkembang pesatnya Waduk Kedung Ombo di perikanan khusunya dengan adanya  keramba jaring apung ini malah menimbulkan permasalahan karena pencemaran sisa  pakan yang merupakan bahan organik dan kotoran ikan yang menyebar ke perairan.  Kelebihan dalam memberikan makan ikan (pellet) yang menumpuk di dasar perairan akan  menyebabkan pembusukan yang menurunkan kualitas perairan. Selain itu, juga akan  menjadi sedimentasi yang akan mempengaruhi kehidupan ikan di perairan (Krispriati &  Purnawan, 2017:210

    3. Lahan di sekitar Waduk Kedung Ombo sebagai lahan pertanian dan lahan tumbuhnya  pepohonan yang tidak dikonservasi dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya erosi  tanah dari sedimentasi pada sungai dan waduk, bahkan hal itu dapat mengakibatkan  degradasi (Miardini dan Benny dalam Sukmono et al., 2019:42). Erosi yang melebihi  ambang batas toleransi menjadi penyebab utama dari degradasi lahan. Degradasi lahan  dapat terjadi dikarenakan menurunnya sifat fisik dan kimia tanah akibat penggunaan alat 

    alat berat dan mesin pertanian yang mengakibatkan pemadatan tanah atau adanya proses  eluviasi, banjir, dan genangan (Sutrisno & Heryani, 2014:124). Oleh karena itu, diperlukan  identifikasi strategi pengelolaan jangka panjang untuk merencanakan kualitas tanah (Scotti  et. al, 2015) 

    4. Perjalanan ziarah ke makam Pangeran Samodra dan makam Nyi Ageng Serang kurang  efisien. Hal ini dikarenakan ketika akan berziarah harus melalui hamparan perairan  (waduk) sehingga harus menggunakan perahu (Handoyo, 2012).

    5. Lahan green belt atau yang biasa disebut dengan lahan sabuk hijau yang digunakan untuk  lahan pertanian memang menghasilkan keuntungan yang besar. Namun, penanaman pada  tanah pasang surut juga akan menimbulkan pelumpuran (Handoyo, 2012). 

    6. Sebagai tempat pariwisata, Waduk Kedung Ombo ini sering mengalami pencemaran  lingkungan seperti membuang sampah sembarang. 

    Oleh karena itu, dalam pengelolaan Waduk Kedung Ombo diperlukan aturan yang  dapat digunakan pegangan yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No.  23/PRT/M/2008 (Krispriati & Purnawan, 2017:205). 

    5. Penutup 

    Air sebagai sumber daya alam yang sangat vital peranannya, oeh karena itu memang  seharusnya diperlukan konservasi. Adanya Waduk Kedung Ombo yang berada di perbatasan 3  kabupaten di Jawa Tengah ini telah membuktikan bahwa pemerintah dan masyarakat sudah  peduli terhadap konservasi air. Selain sebagai konservasi, Waduk Kedung Ombo juga dapat  dikatakan sebagai penunjang perekonomian masyarakat sekitar. Perekonomian didapatkan dari  bidang perikanan, pariwisata, pertanian, serta pembangkit listrik. Perikanan dilakukan di  sekitar waduk dengan keramba jaring apung. Pariwisata di kawasan waduk ini dapat dinikmati  dengan melihat pemandangan alam hijaunya hutan, gunung, serta hamparan air dilengkapi  dengan berbagai sarana yang memadai. Pertanian meningkat dengan dukungan dari irigasi  waduk guna menghemat pembiayaan. Selain itu, tanah pasang surut disekitar waduk dapat  dimanfaatkan dengan ditanami padi dan palawija yang menghasilkan keuntungan yang tinggi.  Air di waduk yang dapat menggerakkan turbin sangat berguna dalam pembangkit listrik. 

    Namun, di sisi lain adanya Waduk Kedung Ombo ini juga menimbulkan berbagai  masalah, diantaranya warga setempat yang kehilangan tanah kelahirannya, sisa pakan ikan  (pellet) yang dapat mengganggu kualitas perairan, lahan pertanian yang kurang konservasi  dapat menyebabkan erosi (bahkan degradasi), penggantian transportasi dalam melakukan  ziarah, pertanian yang dilakukan di lahan green belt yang dapat menyebabkan pelumpuran,  pariwisata yang menyebabkan meningkatnya sampah yang dibuang sembarangan. 

    Referensi 

    Aisyah, A., & Widihastuti, R. (2017). Preferensi Masyarakat terhadap Jenis Ikan Penebaran di  Sekitar Waduk Kedung Ombo, Provinsi Jawa Tengah. Buletin Ilmiah Marina Sosial  Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 2(2), 93-102. http://dx.doi.org/10.15578/marina.v2i2.5925 

    Amalia VGA, N., Kusumawati, A., & Hakim, L. (2018). Partisipasi Masyarakat dalam  Pengembangan Desa Wisata serta Dampaknya terhadap Perekonomian Warga di Desa  Tulungrejo Kota Batu. Jurnal Administrasi Bisnis, 61(3), 48-56. http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/2597 

    Amin, M. M., Kiryanto, K., & Santosa, A. W. B. (2014). Perancangan Kapal untuk Menunjang Pariwisata di Perairan Kedung Ombo, Grobogan, Jawa Tengah. Jurnal Teknik  Perkapalan, 2(2). https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval/article/view/5270/5075 Ariyani, N., Fauzi, A., & Umar, F. (2020). Model Hubungan Aktor Pemangku Kepentingan  dalam Pengembangan Potensi Pariwisata Kedung Ombo. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 23(2), 357-378. https://doi.org/10.24914/jeb.v23i2.3420 

    Sharifuddin, J., & Abidin, M. Z. (2017). Factors determining organic farming adoption:  international research results and lessons learned for Indonesia. In Forum Penelitian  Agro Ekonomi,35(1),45-58. http://dx.doi.org/10.21082/fae.v35n1.2017.45-58

    Handoyo, S. (2012). Tataguna Lahan Waduk Kedungombo (Studi tentang Masalah Sosial  Ekonomi dan Budaya). Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur, 11(15).  http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/384 

    Harjadi, B. (2018). Analisis Perhitungan Toleransi Erosi di Daerah Tangkapan Waduk Kedung  Ombo, Boyolali. Jurnal Hutan Tropis, 5(2), 143-150. http://dx.doi.org/10.20527/jht.v5i2.4368 

    Imamudin, M. (2012). Peranan Air Dalam Perspektif Al-Quran (Air sebagai Sumber  Kehidupan). El-Hayah: Jurnal Biologi, 3(1). https://doi.org/10.18860/elha.v3i1.2220 Iranawati, A., Wulandari, D. P., Hadihardaja, J., & Sangkawati, S. (2013). Tinjauan dan  Perencanaan PLTA Kedungombo Purwodadi–Jawa Tengah. Jurnal Karya Teknik  Sipil, 2(2), 382-390. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkts/article/view/4194 Jati, W. N. (2019). Studi Komparasi Keanekaragaman Benthos di Waduk Sempor, Waduk  Kedungombo dan Waduk Gajahmungkur, Jawa Tengah. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu Ilmu Hayati, 10(2). https://doi.org/10.24002/biota.v10i2.2849 

    Krispriati, D. R., & Purnawan, A. (2017). Penegakan Hukum Pemanfaatan Aset Barang Milik  Negara di Waduk Kedungombo Ditinjau dari Pasal 167 KUHP. Jurnal Hukum Khaira  Ummah, 12(2), 203-212. http://lppm unissula.com/jurnal.unissula.ac.id/index.php/jhku/article/view/1852 

    Levin, P. S., Essington, T. E., Marshall, K. N., Koehn, L. E., Anderson, L. G., Bundy, A., & Smith, A. D. (2018). Building Effective Fishery Ecosystem Plans. Marine Policy, 92,  48-57. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2018.01.019 

    Longin, G., Fontenelle, G., de Beaufort, L. B., Delord, C., Launey, S., Rinaldo, R., & Roussel, J. M. (2021). When subsistence fishing meets conservation issues: Survey of  a small fishery in a neotropical river with high biodiversity value. Fisheries  Research, 241, 105995. https://doi.org/10.1016/j.fishres.2021.105995 

    Muhlisin, A. (2013). Ekowisata sebagai Penunjang Pembelajaran Kontekstual Menumbuhkan  Sikap Kepedulian Lingkungan. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(2), 1-11. https://www.academia.edu/download/36415705/Jurnal_Proling_Ahmad_Muhlisin.pdf Novandi, A. S., Wasino, W., & Jayusman, J. (2019). Dampak Pembangunan Waduk Kedung  Ombo terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Kabupaten Grobogan Tahun 1989–1998. Indonesian Journal of Conservation, 8(2).  https://doi.org/10.15294/ijc.v8i2.22692 

    Rahma, A. A. (2020). Potensi Sumber Daya Alam dalam Mengembangkan Sektor Pariwisata  di Indonesia. Jurnal Nasional Pariwisata, 12(1), 1-8. https://doi.org/10.22146/jnp.52178 

    Sallata, M. K. (2015). Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan  Keberadaannya sebagai Sumber Daya Alam. Buletin Eboni, 12(1), 75-86. https://doi.org/10.20886/buleboni.5056 

    Scotti, R., Bonanomi, G., Scelza, R., Zoina, A., & Rao, M. A. (2015). Organic Amendments  as Sustainable Tool to Recovery Fertility in Intensive Agricultural Systems. Journal of  soil science and plant nutrition, 15(2), 333-352. http://dx.doi.org/10.4067/S0718- 95162015005000031 

    Setiawan, R., & Sunaryo, B. (2013). Pengembangan Agrowisata Kawasan Rambat–Waduk  Kedungombo, Kabupaten Grobogan. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 2(1),  42-50. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/1409


  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.