Sabtu, 17 Desember 2022

  • Jurnal Karya 2022 "Esai"#5

     Pemahaman Geopark Bukan Hanya Untuk Ahli Geologi: Geopark  Untuk Semua 

    Oleh: Agustina Puspa Mentari 

    Geopark Karangsambung-Karangbolong Youth Forum (GKKYF) 

    Geopark merupakan singkatan dari Geological park atau dalam bahasa  Indonesia disebut juga sebagai Taman Bumi atau Taman Geologi. Melansir dari  UNESCO, Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi  terkemuka (outstanding) termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di  dalamnya di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi  dan meningkatkan fungsi warisan alam. Lantas apakah Geopark hanya berpusat  pada nilai geologi atau batuan saja? 

    Jawabannya tidak. Seperti dijelaskan oleh UNESCO, Geopark memiliki  unsur-unsur warisan alam dan budaya. Contohnya saja Geopark Nasional  Karangsambung-Karangbolong (GNKK) yang diresmikan pada 29 November  2018 oleh Komite Nasional Geopark Indonesia. GNKK memiliki unsur geosite,  biosite, serta culturesite. Geosite sendiri menurut National Geographic adalah  tempat yang memiliki jejak rekaman penting tentang sejarah bumi, biasanya  berupa batu cadas dan pasir yang bisa menjelaskan perkembangan kebumian  (geologi), alam, makhluk hidup, serta budaya dari zaman purba hingga sekarang  (kompasiana.com). Singkatnya geosite merupakan situs geologi atau bebatuan di  kawasan taman bumi. 

    Selanjutnya, Biosite merupakan situs yang memiliki kekayaan akan flora  dan fauna yang memiliki hubungan erat dengan proses Geologi yang ada.  Sementara itu, Culture Site adalah situs yang terbentuk oleh peradaban manusia  baik benda maupun tak benda yang memiliki hubungan erat dengan keragaman  biologi dan geologi yang ada. GNKK memiliki dua kawasan wilayah yakni,  Kawasan Geoheritage Karangsambung di bagian Utara dan Kawasan Geoheritage  Bentang Alam Karst di bagian Selatan.  

    Penyebutan Karangsambung, menandakan bahwa kawasan ini terdapat  karang/batuan yang menyambung, sesuai dengan kondisi geologinya yang 

    merupakan tempat penyambungan/pertemuan antara lempeng samudera Hindia  Australia dengan lempeng benua Eurasia. Lain hal nya dengan daerah  Karangbolong, disebut demikian karena menggambarkan adanya karang/batuan  yang berlubang (“bolong”). Batuan yang banyak membentuk lubang adalah  kelompok batu gamping akibat proses karstifikasi sehingga membentuk lubang 

    lubang kecil di permukaan batuan hingga membentuk lubang-lubang bawah tanah  dalam bentuk gua dan sungai. 

    Geopark Karangsambung-Karangbolong mendapatkan julukan The Best  Evidence of Plate Tectonic Theory and Conical Karst Landscape (Bukti  Terbaik Teori Tektonik Lempeng dan Lanskap Karst Kerucut). Mengapa  demikian? Hal ini dikarenakan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong  menggambarkan akan komplitnya bukti-bukti dan kebenaran teori Tektonik  Lempeng yang dapat dilihat secara langsung di bagian utara kawasan serta adanya  bentang alam karst di bagian selatan. Maka tak heran dengan kelengkapan bukti  teori tektonik lempeng pada kawasan ini menjadikan tempat ini dipilih sebagai  tempat pendidikan lapangan (kawah Candradimuka) bagi calon-calon ahli ilmu  kebumian di Indonesia sejak tahun 1964. Geopark Karangsambung – Karangbolong secara administrasi berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa  Tengah. Geopark Karangsambung-Karangbolong meliputi kawasan seluas  543.599 Km2 yang mencakup 12 Kecamatan dengan 117 Desa mempunyai  morfologi (roman atau bentuk muka bumi) yang bervariasi mulai dari perbukitan,  lembah, pedataran sampai pantai (badan pusat statistik) 

    Keberadaan GNKK ini mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat  pada khususnya, dan pemerintah pada umumnya. Hal terbesar yang dirasakan  masyarakat yakni, keberadaan GNKK menjadi objek wisata yang cukup digemari  bukan hanya oleh masyarakat Kebumen tetapi juga masyarakat luas. Salah  satunya yakni Pantai Menganti. 

    Pantai Menganti ini berlokasi di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah,  Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Pantai ini berjarak kurang lebih 35 km dari  kota Gombong dan 42 km dari pusat kota Kebumen. Ketika sampai di pantai ini,  mata pengunjung akan dimanjakan dengan indahnya panorama yang ada. Pantai 

    ini menyimpan pengetahuan geologi yang cukup menarik, khususnya di sekitar  tanjung Karangboto dijumpai tubuh batuan beku menyerupai tatanan paving blok,  merupakan bekas aliran lava darat yang mengalami gaya kontraksi dan  membentuk retakan tiang (Columnar Joint) pada saat pembekuannya. Retakan  berbentuk poligonal segi lima jika dilihat pada permukannya. Pasir putih yang  terhampar merupakan sedimen hasil rombakan batugamping di utaranya yang  terbawa aliran sungai dan disebarkan oleh ombak sehingga menambah keindahan  pantai Menganti.  

    Adapun dari sisi potensi wilayah nya, pantai Menganti memiliki  keanekaragaman terumbu karangnya yang tumbuh subur. Mengutip dari  kebumenexpres menurut Sukamsi yang merupakan pembina dari Komunitas  Peduli Lingkungan Pantai Selatan (KPL Pansela) mengatakan bahwa penetapan  zona kawasan konservasi dengan kawasan pantai Menganti di dalamnya.  Pemberlakuan kawasan ini bertujuan untuk melindungi biota laut dari kepunahan  serta diharapkan akan adanya cadangan produksi laut untuk masa yang akan  datang. Selain potensi terumbu karangnya yang menawan, pantai Menganti juga  menjadi pantai diminati oleh para peselancar. Pada tahun 2011 saja, pantai  Menganti menjadi tempat diadakannya Lomba Selancar Nasional. Tipe ombak di  pantai Menganti tidak seganas ombak pantai selatan pada umumnya, hal ini  dikarenakan lokasi pantai yang dikelilingi gunung karang dan kapur  (inikebumen.net).  

    Tak hanya kaya akan pengetahuan geologi dan keanekaragaman hayati nya  saja, pantai yang mendapatkan julukan New Zealand nya Indonesia ini, juga  memiliki sisi budaya yang tidak kalah menarik. Berdasarkan cerita rakyat yang  berkembang di masyarakat, penamaan Pantai Menganti ini berkaitan dengan kisah  asmara yang menyedihkan. Disebutkan bahwa konon, pantai Menganti pernah  menjadi tempat melarikan diri oleh seorang panglima perang kerajaan Majapahit  karena hubungan dengan kekasihnya tidak direstui oleh orang orang tuanya.  Pasangan itu kemudian berjanji untuk bertemu di tepi samudera berpasir putih.  Meskipun sepanjang hari sang panglima menunggu kekasihnya di atas bukit  kapur, sang kekasih tidak kunjung datang. Oleh karenanya, pantai tersebut kini 

    dinamakan Menganti yang berasal dari kata "menanti/ penantian". Tak hanya itu,  terdapat mitos warga sekitar yang mengatakan pengunjung tidak diperkenankan  memakai baju berwarna hijau gadung (hijau muda yang warnanya seperti daun  gadung). karena hal ini kental kaitanya dengan Nyi Roro Kidul. Konon, warna  hijau ini disenangi oleh Nyai Roro Kidul yang merupakan penguasa Pantai  Selatan. Menurut cerita, bagi yang melanggar aturan bisa terkena kesialan. Harus  dipahami bahwa sebuah tempat atau daerah memang lazim memiliki adat  istiadat dan aturan turun-temurun yang harus dihormati. 

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman geopark bukan hanya untuk ahli geologi saja. Geopark atau taman bumi tidak hanya tentang situs  geologi saja, tetapi terdapat situs biosite yang secara umum dapat diartikan  sebagai kekayaan flora dan fauna (biologi) di kawasan taman bumi. Cerita rakyat,  mitos, hingga legenda juga merupakan wujud dari culturesite tak benda. Kawasan  Geopark Karangsambung-Karangbolong dengan julukan The Best Evidence of  Plate Tectonic Theory and Conical Karst Landscape (Bukti Terbaik Teori  Tektonik Lempeng dan Lanskap Karst Kerucut) menyimpan berbagai  keindahan dan kekayaan alam yang sungguh menakjubkan. Salah satunya dapat  dijumpai pada kawasan Pantai Menganti. Pantai yang mendapat julukan New  Zealand nya Indonesia ini merupakan tempat yang komplek dengan situs geosite,  biosite, maupun culturesite nya. 

    DATA DIRI 

    Nama: Agustina Puspa Mentari 

    Universitas: Universitas Sebelas Maret 

    Prodi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kebumen 

    Instansi: Geopark Karangsambung-Karangbolong Youth Forum Alamat: Desa Surorejan RT 04/02, Puring, Kebumen


  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.