SELESAI SEBELUM DIMULAI
Oleh: Nur Sa'adah
Malam itu Sabtu malam. Baru saja Angga mengabari bahwa dia akan menjemputku jam 7 di depan rumahku untuk diajak ngedate.
Angga: Udah siap?
Anjani: udah Ga
Angga: aku otw ya
Anjani: hati-hati
Begitulah percakapan terakhir kita sebelum Angga datang ke rumahku. Sekedar informasi, kami tinggal di Kota Purworejo. Kebetulan, jarak rumah Angga denganku tidak begitu jauh. Benar saja, 12 menit kemudian sudah terdengar klakson di depan rumahku.
Aku memakai helmku setelah meminta izin sekaligus menyalami tangan kedua orang tuaku dengan beribu penjelasan yang mampu meyakinkan orang tuaku bahwa aku akan baik-baik saja dan pulang sebelum jam 9 malam.
"Mau kemana emangnya, Ga?" tanyaku menyapa Angga yang sudah stand by diatas motornya, di depan rumahku.
"Adadeh, pokoknya keliling kota sama kamu." jawab Angga meyakinkan. Kemudian dengan semangat, Angga melajukan motornya pelan menembus ramainya jalanan kota di malam hari.
"Kamu mau makan apa?" tanya Angga saat lampu lalu lintas masih merah.
"Eum, gimana kalo kita menuhin wishlist aku aja buat ke gacoan sama kamu, mau gak?" celetukku ke Angga.
"Okedeh." jawab Angga lagi.
Beberapa saat kemudian kita sudah sampai di tempat mie gacoan yang aku impikan datang dengan Angga. Kemudian kami berdua turun dari motor dan memilih tempat duduk di lantai 2 setelah selesai memesan menu.
"Kapan kamu jadi berangkat ke Surabaya, Ga?" tanyaku memulai percakapan.
"Pekan depan, Njan. Kamu sendiri kapan berangkat ke Jogja?" tanya balik Angga.
"Besok Rabu, Ga." jawabku seadanya. "Oh berarti kamu duluan ya? Bakal kesepian aku ditinggal kamu nih." celetuk Angga sedikit menggodaku.
"Hehe iya Ga, bisa aja kamu." jawabku lagi seadanya.
"Ga, btw udah nemu yang baru dari yang kemarin?" tanyaku memberanikan diri.
Angga memang baru putus dari pacarnya 2 bulan yang lalu. Kisahnya sangat menyedihkan, hanya dijadikan alat cewenya agar bisa keluar hubungan dengan cowo itu. So sad :(
"Belum. Dan gak lagi nyari-nyari." jelas Angga lagi. Aku hanya menganggukkan kepala paham.
"Yakan udah ada grup maba kan? Kali aja sebelum ospek udah cinlok virtual, hihihi." sindirku sambil terkekeh.
"Belum. Dan memang, kamu masih satu-satunya Njan. Belum ada yang kayak kamu lagi sejak kita kenal dari kelas 10 dulu. Kamu tahu sendiri aku sama Putri itu berakhir tragis." jawab Angga lagi.
For your information, Putri itu mantan Angga yang aku sebutkan tadi. "Heh, Ga, jangan kayagitu.." kataku lagi merasa tidak enak.
"Ihh, emang bener kok." kata Angga semakin menjadi-jadi.
Sebelum tambah jauh, dengan tiba-tiba saja waiters mengantarkan pesanan kita. Setelahnya, kita sibuk menikmati makanan masing-masing. Kemudian setelah semuanya selesai.
"Ga, sebelum aku pergi ke Jogja, aku minta maaf ya, Ga, buat semua kesalahan yang pernah aku buat. Terima kasih, Ga, terima kasih buat semuanya." kataku memulai deeptalk kita.
"Tumben banget." kata Angga merasa aneh.
"Iya gapapa, biar aku gak ada beban aja perginya." kataku lagi.
"Ooh gitu, okedeh sama-sama ya Njan. Aku juga sebaliknya sama kamu." kata Angga juga.
"Iya, Ga. Oiya Ga, aku mau minta kita stop aja ya. Kita sama-sama selesein hubungan gak jelas kita ini ya, Ga. Aku mau kita mengawali hidup kita sendiri-sendiri lagi. Sorry kalo terkesan aneh atau alay, tapi aku bener-bener mau semuanya selesai sekarang, Ga, maaf banget.." kataku dengan beribu perasaan tidak enak ke Angga.
"Kamu selalu gitu Njan. Nyuruh aku berhenti bahkan sebelum aku sempat memulai. Njan, kita itu belum mulai (?). Kenapa harus berhenti sih? Ya gimana aku mau memulai Njan, setiap kali aku mau mulai kamu selalu mundur dulu, coba jelasin gimana caranya aku bisa maju kalo kamu terus-terusan ngehindar gini?" tanya Angga dan aku merasa sangat tersudutkan.
"Iya, kita emang gak pernah mulai, Ga. Bahkan aku gak pernah berpikir kita bakal memulai. Tapi, Ga, hubungan kita itu udah sangat gak jelas, dan itu sangat rumit Ga, plis. Rasanya aku berdosa banget ngerasa gantungin kamu terus, padahal ya emang aku gak pernah gantungin kamu juga sebenernya. Kamu tau kenapa aku selalu tanya kamu udah ada yang baru atau belum, ya karena selama kamu belum ada yang baru aku terus-terusan ngerasa bersalah sama kamu, Ga. Kita emang deket, tapi maaf aku gak pernah nganggap kamu lebih dari temen, Ga." jelasku panjang lebar.
"Kita emang gak pernah jelas, Njan. Aku juga gak tau kenapa aku masih bertahan dan tetep suka sama kamu bahkan dari 3 tahun yang lalu. Tapi sejauh ini yang aku rasain, kamu lain dari yang lain, Njan. Kamu beda, kamu spesial buat aku. Tapi kamu gak pernah mau buka hati buat aku. Kamu tuh labil, Njan, kadang kamu sebegitu baiknya sama aku, tapi kamu juga gak pernah nganggap aku lebih. Kamu kenapa si Njan? Apa 3 tahun penantian aku ini gak pernah ada apa-apanya di mata kamu? Oiya, kamu bilang kamu ngerasa bersalah setiap kali aku jomblo gini. Enggak kok Njan, bukan salah kamu. Terus buat apa punya hubungan sama orang yang gak aku suka Njan, buat apa? Iyasih, buat tau aja kalo kamu itu memang lain dari yang lain, yang gak pernah aku temuin sampai sekarang. Sebenernya Njan, harapan aku sebelum kita sama-sama pergi ke kota tempat kita kuliah masing-masing, aku justru mau kita jelasin lagi hubungan kita ini. Ya, maaf kalo aku mau kita pacaran, tapi aku memang mau kayagitu, Njan. Aku siap kok LDR, aku setia kok sama kamu, Njan. Tapi.. yahh sangat diluar espektasi sih, kamu malah nyuruh aku selesein ini semua sekarang." jelas Angga tidak kalah panjang dan lebar juga.
"Iya, Ga, maaf banget.." kataku sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
"Njan, sebenernya kenapa kamu gak bisa terima aku? Apa ada yang kurang dari aku di mata kamu, Njan? Bilang Njan, aku akan cari solusinya sendiri kok. Tolong banget Njan, biar aku juga lega." kata Angga yang semakin membuatku tersudut.
"Engga ada kok, Ga." jawabku lagi.
"Bullshit. Apa aku kurang ganteng buat kamu?" tanya Angga lagi.
"Engga, Ga, engga. Gak ada yang kurang dari kamu. Aku cuma.." kataku terpotong. "Apa?! Gak suka aku? Apanya si Njan? Aku udah berusaha cari alasan kenapa kamu gak bisa nerima aku dari 3 tahun yang lalu dan gak pernah ketemu juga alasan itu sampai sekarang." kata Angga lagi.
"Gak ada yang kurang dari kamu, Ga. Aku tau pasti diam-diam ada yang suka sama kamu, Ga. Aku juga yakin kok kamu bakal nemu yang lebih dari aku. Gak ada yang perlu kamu rubah dari diri kamu, Ga. Akan ada saatnya kamu nemuin orang yang bisa nerima kamu apa adanya. Tapi maaf, mungkin itu bukan aku orangnya. Maaf banget, Ga." Jelasku panjang lebar.
"Terus kenapa kamu gak bisa terima aku? Aku kurangnya dimana si Njan?" tanya Angga lagi.
Seperti kehabisan kata-kata sekaligus tidak tega menolak, aku memilih menangkan diriku dahulu sebelum menjelaskannya ke Angga.
"Aku cuma belum ngerasa 'cukup' aja sama kamu, Ga. Ini bukan fisik atau materi, tapi tentang kita yang gak sefrekuensi. Kamu pernah kepikiran sampai situ, Ga?" tanyaku ke Angga lagi.
"Gak sefrekuensi dimananya si Njan? Perasaan kita adem ayem aja deh." kata Angga lagi.
"Kapan? Kapan kita adem ayem? Bahkan gak jarang kita berantem cuma dari hal-hal yang gak seharusnya kita permasalahin di whatsapp. Apa salah satu dari kita saling menyelesaikan? Jawabannya enggak, Ga. Gak ada yang pernah selesai, aku atau kamu cuma ngalah aja. Apa setelah berantem kita sama-sama lega?! Enggak juga, Ga. Kita gak pernah lega satu sama lain. Sekali lagi, cuma kita aja yang gantian ngalah, udah itu aja. Ngalah terus tanpa pernah diselesaikan. Kamu selalu berdalih kalo kita berantem lewat whatsapp gak pernah terselesaikan itu gara-gara kita gak ketemu langsung dan berantem langung, makanya ribet. Terus besok mau gimana Ga? Kita akan jarang banget ketemu. Kita pasti sibuk dengan urusan masing-masing. Dan kamu masih mau kita barengan? Itu gak mungkin, Ga. Aku udah capek jalanin siklus yang itu-itu aja terus, Ga. Daripada gak pernah nemu titik terang mending kita selesai aja sekalian. Sudahi semuanya, Ga, lupain yang udah-udah. Kita mulai semuanya dari awal. Kamu udah tau jawabanku dan seharusnya kamu juga sadar akan hal itu, jadi udah gak ada yang perlu kita bahas. Terakhir Ga, tolong diingat bahwa kita udah selesai. Gak apa-apa kok, Ga, kalo kita udah selesai walaupun belum pernah dimulai. Maafin aku buat segalanya ya, Ga. Aku harap kamu segera nemu yang lebih spesial dari aku. Perempuan di muka bumi ini gak cuma aku kok, Ga, masih banyak banget dan gak bisa dihitung. Aku yakin banget banyak yang lebih spesial dari aku, yang gak emosian, yang gak ribet, yang gak keras kepala, yang sabar, yang nerima kamu apa adanya, pasti ada kok Ga. Aku harap setelah ini gak ada lagi penyesalan di hati aku, aku harap semuanya udah jelas sejelas-jelasnya. Emang mungkin alasan aku terkesan gak logis, tapi memang itu adanya, Ga. Aku udah lega banget bisa berani ngungkapin semuanya ini ke kamu Ga. Oiya Ga, ini udah jam 9 lewat dan ayah aku juga udah ngabarin kalo ayah udah nunggu aku di depan. Makasih banyak, Ga, have a nice day, every day!" jelasku panjang lebar, kemudian meninggalkan Angga tanpa sepatah kata pun.
Harapanku untuk terakhir kalinya, semoga Angga bisa mengerti apa yang aku sampaikan tadi. Kemudian setelah memasukkan dompetku dan hp-ku ke dalam slingbag, aku berjalan menuruni setiap anak tangga dan kemudian menemui ayah yang sudah menungguku di depan, di dalam mobilnya. Setelah tentunya membayar makananku sendiri tadi di awal, dan kemudian mengambil helmku di motor Angga. Tiba-tiba saja, ada notif pesan masuk di whatsappku. Angga: Njan, maaf belum bisa kasih yang terbaik buat kamu Angga: Terima kasih ya, sudah pernah mampir di hidupku Tanpa membalasnya, aku hanya melihat Angga dari bawah sekilas, sebelum akhirnya masuk kedalam mobil ayah. Kita hanya bertatapan sebentar, dan kemudian berakhir tanpa ada sepatah kata apapun yang berusaha kita sampaikan. Semuanya sudah benar-benar selesai sekarang. 3 tahun memang bukan waktu yang sebentar. Dan 3 tahun itu berakhir sia-sia, tapi tidak apa-apa. Akan lebih sia-sia lagi kalau semuanya berlanjut lagi, dengan ketidakjelasan ini. Dan pada detik selanjutnya, kita sama-sama berubah menjadi sosok asing yang tidak lagi saling mengenal. Sudah menjadi tabiat, resiko mencintai teman sendiri kalau tidak berakhir happy ending ya pasti sad ending. Kalau bukan berakhir pacaran, ya pasti berakhir friendzone, kemudian musuhan dan berubah menjadi asing lagi satu sama lain.
Selesai.
0 comments:
Posting Komentar