Jumat, 16 Desember 2022

  • Aksara Bersuara #47

     Grow Up Together 

    Oleh: Ismi Fiandari

           Kata orang punya gebetan itu mengganggu, mengganggu pikiran karena otak selalu ingin memikirkan tentang dia. Kata orang punya gebetan itu penghalang, penghalang untuk kita terus maju menggapai mimpi-mimpi yang besar di luar sana. Tapi menurutku gebetan itu bisa dijadikan motivasi paling besar jika kita memilih orang yang tepat untuk dijadikan gebetan. Ya, setidaknya itu kesimpulanku setelah aku kenal dia. Sebelumnya, perkenalkan namaku Fia. Mahasiswi semester 1 yang masih menyesuaikan diri dengan lingkungan kuliah. 

                Di sini aku akan menceritakan kejadian yang mewarnai kehidupan kuliahku. Namanya Adi, dia mahasiswa semester 1 yang merupakan pindahan dari kelas lain masuk ke salah satu kelasku. Cerita klasik, kita kenalan basa basi ini itu dan akhirnya merasa nyaman karena dia orangnya asyik banget. Mungkin cuma aku yang merasakan, karena kelihatannya dia sudah terbiasa chit chat dengan orang baru seperti itu, jadi aku harus membatasi hatiku. Setelah berkenalan dia sedikit cerita tentang pencapaian dia selama ini. Ternyata di statusnya yang masih mahasiswa baru dia sudah menjadi asisten dari dua mata kuliah dan mengambil double degree yang salah satunya di universitas luar negeri. Di situ aku terkejut, merasa wah hebat banget sih dia sudah bisa mencapai itu semua di angkatan yang sama denganku, padahal aku sendiri belum menjadi apa-apa, belum bisa mencapai target-target dalam hidupku, huft jadi overthingking kan. 

                Keesokan harinya aku mulai penasaran sama dia, aku stalk IG nya dan yup dapat dong akunnya. Disitu aku tau kalau dia kuliah di salah satu universitas di China. Selesai stalk, otak dan hati ku perang antara follow atau engga ya, seperti itu terus sampai akhirnya hati yang menang. Deg-degannya kayak nungguin lolos ujian universitas, padahal cuma nungguin dia respon notif ku apa engga, astaga lebay banget deh. Di luar dugaan ternyata dia follback dong padahal belum sampai 5 menit nunggunya. Kalau kalian pernah ngerasain pasti tau gimana senengnya aku saat itu. Bener-bener diluar ekspektasi secara dia orang sibuk pasti kalau ada notif cuma diliat, jangan kepedean dulu deh, aku merapalkan kata-kata itu dalam hati. 

              Jangan kira setelah itu hubungan kita bakal lancar jaya, nyatanya stuck di tempat yang sama, tidak ada kemajuan sedikit pun. Dia hanya ada kabar 1 minggu sekali, gimana mau ada kemajuan. Tapi sekarang aku sudah tidak terlalu memikirkan itu, fokus ku sekarang adalah kuliah, cari prestasi, relasi, dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Di otak ku muncul ide, gimana kalo gebetanku itu aku jadikan motivasi untuk mendorong semangatku dan membuat semua mimpiku jadi nyata. Sedikit memanfaatkan kepintaran dan relasi yang dia miliki, tak apa kan. 

           Jadi, setelah ada zoom dengan dosen dan kakak tingkat terkait penugasan wajib mahasiswa semester 1 yang sifatnya berkelompok dan boleh dengan kelompok berbeda prodi dan fakultas, otak cerdasku ini langsung berfikir kenapa tidak aku manfaatkan kesempatan ini buat cari pengalaman dan relasi yang lebih banyak sekaligus agar bisa lebih dekat dengan dia. Tanpa pikir panjang aku langsung chat dia, aku tanya, “Eh kamu apa udah ada tugas ini (sambil aku jelasin sedikit tentang tugasnya)?” dia jawab, “Udah, malah udah mau selesai. Tapi kelompok ku masih kurang 1 anggota nih buat yang mengetik proposalnya, kalo temenmu mau tawarin ya siapa tau berkenan masuk tim ku”. Sebelumnya dia udah ngasih tau proposalnya ngangkat topik apa, anggotanya siapa aja, dan info lainnya. Setan dalam hatiku bicara, “Wih kesempatan emas nih, ngga usah ditawarin ke temenmu lah langsung sikat aja, besok kamu pasti nyesel kalo ngga jadi gabung tim dia”. Selang beberapa menit, aku mengajukan diri buat gabung tim dia disitu aku sudah bilang kalau masih awam banget sama dunia tulis-menulis kayak gitu, deg-degan banget nunggu respon dia. Tapi alhamdulillah respon nya positif, dia jawab, “Iya boleh, nanti aku diskusiin dulu ya sama tim ku, ngga bisa ambil keputusan sepihak. Nanti ku kabarin kalau semua anggota tim setuju”. 

               Dan disinilah aku, satu room zoom sama dia kakak tingkat dan temen dia yang pinter-pinter. Wah vibes-nya beda banget gila, tegang gitu rasanya apalagi buat aku yang belum paham sama materi yang diangkat. Tapi ini keren, menarik banget buat aku yang suka tantangan. Semoga aja bisa aku taklukin semuanya, materi proposal sekaligus dia. 

             Beberapa kali meet dan ngobrol sama dia aku jadi tau kalau pandangannya luas banget, tau banyak hal-hal yang bahkan aku abaikan selama ini, punya pemikiran kritis dan jadi tambah yakin kalau dia bisa jadi motivasi ku untuk terus maju mencapai target-target ku yang besar. Anggota tim yang lain juga tidak kalah keren. Disitu aku merasa kecil, disaat yang lain punya pengetahuan luas dan pikiran kritis aku hanya bisa diam karena belum berani speak up, merasa bodoh sendiri tapi aku mau berusaha buat jadi pribadi yang lebih berani buat speak up, menyuarakan pendapat dan belajar banyak hal baru bareng temen-temen satu tim. 

                Aku memberanikan diri mengajak dia diskusi tentang permasalahan sepele yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar. Pola pikirnya bener-bener buat aku terpesona, dia orangnya open-minded banget dan sangat peduli lingkungan. Aku selalu ajak dia diskusi tentang apapun setelah itu, karena jawaban cerdas dia aku merasa sedang diskusi dengan dosen. Dengan sering berdiskusi seperti ini kita bisa bertumbuh bersama, memberikan yang terbaik versi diri kita masing-masing. 

              Aku tidak tau kedepannya bakal seperti apa, proposal tim ku bakal lolos seleksi atau tidak, yang penting bagi aku itu prosesnya. Proses membuat proposalnya jauh lebih penting dari hasil yang akan kita peroleh. Aku dan tim berproses bersama, mencari ide dan solusi dari masalah yang kami angkat sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan baru. Aku juga tidak tau hubungan aku dan dia akan seperti apa ujungnya, hanya mengikuti arus yang mengalir dan menyerahkan semuanya ke tangan Allah Swt. 

             Pada intinya aku hanya ingin menegaskan bahwa menyukai seseorang dan menjadikan dia gebetan itu hal yang wajar dan tidak menimbulkan masalah serius asalkan tidak berlebihan dan kita memilih orang yang tepat agar bisa dijadikan suntikan semangat untuk menggapai semua target-target kita. Kita bisa mengejar mimpi sekaligus mempunyai seseorang untuk dijadikan partner kita berdiskusi.sepanjang hidup. Seperti kata pepatah sekali mendayung, 2 3 pulau terlampaui

  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.