Senin, 04 Januari 2021

  • Aksara Bersuara #37

     

                                                            Aku Tunggu
                                                Karya: Sivani Fitrianingrum

    Dua orang laki-laki di tengah lapangan menjadi pusat perhatian para
    penonton di kursi penonton. Kelihaian keduanya memainkan bola basket menjadi
    hal yang dipertontonkan. Sorak-sorai histeris para gadis membuat telingaku hampir
    pecah. Bukan permainan basket yang mereka lihat, tapi ketampanan kedua laki-laki
    itu. Hal ini sudah menjadi kebiasaan saat KTS berlangsung ketika cogan-cogan
    sekolah muncul untuk melakukan permainan.
    Raihan!!! Bara!!! Kak Bara!!! Semangat!!!
    “Seana lu dukung Raihan apa Kak Bara nih? Kalo gue sih Kak Bara” tanya Kyna.
    “Yaudah deh gue pilih Raihan aja sama-sama keren kok, sekarang lu Va pilih siapa.
    Tim Kak Bara atau Raihan?” tanya Seana kepadaku.
    “Iya gimana Va, jangan diem-diem aja begitu. KTS tu waktunya kita melihat cogancogan sekolah bermunculan” ujar Kyna.
    Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan keduanya. Bergegas aku pergi dari kursi
    penonton dan berjalan menuju kelas. Sampai di kelas, aku pasang headset di telinga
    dan memainkan musik. “Kenapa acara KTS begini amat ya dari dulu, nggak
    diliburin aja” gumamku sambil meletakkan kepalaku di atas meja.
    Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, aku terbangun dan terbelalak ketika yang
    membangunkanku adalah Kak Zahar, laki-laki yang aku idam-idamkan sejak
    setengah tahun lalu. Ternyata aku sudah tidur selama hampir 2 jam.
    “Maaf dek, ini udah jam 15.25 jam pulang udah 15 menit yang lalu. Saya liat kamu
    ketiduran disini. Jadi saya bangunkan” tegur mantan ketua OSIS ini.
    Bergegas aku merapikan tas dan beranjak pergi tanpa berucap sepatah kata pun.
    Meninggalkan laki-laki yang tadi membangunkanku. Mataku yang masi sayu
    ditambah lagi nyawaku yang belum terkumpul gara-gara tidur. Cuaca yang
    mendung disertai gerimis kecil menambah kantukku. Aku berjalan pulang menuju
    halte bus melewati trotoar yang penuh kubangan air hujan. Langkah kakiku
    berlompatan kesana-kemari. Jalanan yang sudah mulai sepi oleh siswa-siswi
    sekolahku. Tiba-tiba Dhukkk!!!
    “Aduh” sahutku, ketika kakiku tak sengaja tersandung paving trotoar. Aku berhenti
    sejenak sambil mengelus kakiku yang terasa sakit dan melihat ke belakang, ada
    laki-laki yang berjalan ke arahku. Dia Raihan, aku langsung berlari menuju halte
    bus bebarengan dengan bus yang akan berhenti. Aku masuk bus bersamaan dengan
    beberapa siswa dan orang-orang yang pulang dari tempat kerja masing-masing.
    Untungnya bus masih lenggang sehingga aku mendapat kursi kosong dan tidak
    perlu repot-repot untuk berdiri.
    Beberapa menit kemudian seseorang duduk di sebelahku.
    “Ava ya? Adiknya Aksa?” tanya orang itu.
    “Eh...iya kak” jawabku sambil menoleh kearahnya.
    “Kok ngga bareng Aksa?” tanyanya lagi.
    “Ngga kak, saya tadi ketiduran di kelas jadi lama, mungkin kakak pulang duluan”
    jawabku sambil sedikit senyum canggung. Wajahnya yang begitu manis
    membuatku tidak bisa berkata-kata lagi.
    Obrolan pun berakhir, hingga aku telah tiba di halte di persimpangan jalan dekat
    rumah. Aku turun tanpa berpamitan dengan orang tadi. Perjalanan aku lanjutkan
    dengan berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 1 km. Sampai di rumah aku kaget
    karena sudah ada Kak Aksa dan Raihan disana, padahal Raihan tadi dia di
    belakangku. Aku menyapa Raihan lalu langsung masuk kamar.
    Di kamar aku beberes dan beristirahat sambil mengingat kembali wajah Kak
    Bara yang ternyata lebih manis dari dekat ketimbang dari jauh. Rasanya bingung
    bagaimana bisa aku menyukai 2 orang sekaligus. Padahal aku udah suka Kak Zahar
    hampir setengah tahun gimana bisa sekarang malah jadi suka Kak Bara. Ini rasa
    suka atau hanya sekedar mengagumi saja? Aku pun tidak tau. Lagi sibuk mikirin
    mereka berdua tiba-tiba ada suara mengetok pintu kamar.
    “Va tolong kamu temenin Raihan ke tempat Pak RT soalnya malem ini dia mau
    nginep” perintah kakak sambil tergesa-gesa.
    “Kenapa bukan kakak sih?”
    Kakakku langsung lari menuju kamarnya. Kakaku memang kalo udah tentang bola
    nggak bisa diganggu gutat.
    Aku dan Raihan pun berjalan karena jarak rumah pak rt yang tidakk begitu jauh.
    “ Kok kamu bisa sampai duluan Han?” tanyaku
    “Iyalah aku kan bisa pindah tempat dalam sekejab hahaha” jawabnya sambil
    tertawa
    Paginya, kami lalu berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda motor
    masing-masing. Dengan kecepatan secepat kilat membuat helemku hampir terbang
    karena kakakku yang satu ini. Sebenarnya di sekolah, kami berdua tidak pernah
    berbicara atau pun menyapa jika bukan hal penting. Ya mungkin kakakku malu
    punya adik kudet sepertiku ini. Padahal kalo di rumah seenak jidat menyuruhku
    kesana-kemari.
    Bergegas ku menuju kelas, melewati ruang kelas 12 membuat jantungku
    hampir copot karena banyak kakak kelas duduk di depan kelas mereka. Dengan
    langkah kaki yang ku percepat hingga sampai di dalam kelasku. Aku langsung
    memerahi ke 2 temanku ini.
    “Heh.. kalian berdua gimana sih, kemarin kagak bangunin gue waktu tidur di kelas”
    nadaku jengkel sembari meletakkan tas di kursi.
    “Hahahaha, maaf Va kemarin niat kita mau ngerjain lu biar di kunci sama pak bon.
    Lagian lu kaga asik sih kalo KTS begini” jawab Kyna sambil tertawa terbahakbahak.
    “Kemarin trus lu dibangunin siapa Va?” tanya Saena.
    “Lah kepo lu” sambil senyum tipis.
    Lalu mereka mengajakku untukk menonton pertandingan basket lagi.
    Karena kali ini kelas Kak Zahar dan Kak Bara bertanding. Saat itu entah kenapa
    aku langsung bergegas tanpa penolakan apapun. Di kursi penonton aku tidak hentihentinya memandangi Kak Zahar dan Kak Bara hingga membuat Kyna hampir
    curiga. KTS tahun ini ku lalui dengan berbeda tidak seperti tahun sebelumnya.
    Mungkin karena tinggal setahun setengah lagi aku melalui masa SMA dan juga
    karena kedua orang ini.
    Akhir bulan pun datang, seperti biasa keluargaku dan teman-temannya
    selalu mengadakan acara bulanan. Aku sekeluarga pun ikut, namun aku tidak bisa
    menemukan orang yang selama ini aku temui ketika ada acara seperti ini. Rasanya
    berbeda sekali, ingin aku ceritakan kegelisahannku saat ini kepadanya. Sudah
    hampir 2 minggu dia pun tidak pernah menghubungiku. Apa karena waktu itu?
    Entah itu juga yang aku bingungkan.
    Aku pulang dengan rasa kecewa, aku mencoba untuk menebak-nebak perubahan
    sikapnya itu.
    Waktu terus berlalu, hingga saatnya kelas 12 lulus termasuk kakak ku, Kak
    Zahar, dan Kak Bara. Sekarang aku sudah tidak pernah melihat mereka, sesekali ku
    lihat di sosmed. Mereka telah memiliki kesibukan masing-masing dan pasangan
    masing-masing. Sebenarnya aku pernah berharap salah satu dari mereka
    menyukaiku tapi kenyataannya zonk. Sekarang berangkat sekolah pun sendiri naik
    bus, seperti itu terus hingga aku lulus. Kini, tinggal mencari universitas idamanku.
    Aku diterima di universitas idamanku distu aku senang sekali. Hingga tibatiba, tuinggg!!!(notifikasi yang sering ku dengar dari wa)
    Hallo Ava gimana kabarmu? Bagaimana dengan kuliahmu?
    Pesan dari Raihan, yang selama ini aku nanti-nantikan. Betapa senangnya aku saat
    ini.
    Hai Raihan, alhamdulillah kabarku baik. Untuk kuliah, aku diterima Han,
    bagaimana denganmu? Sudah lama kita tidak bertemu dan ngobrol sejak kelas 11.
    Balasan Raihan cukup lama, yang membuatku tidak sabar.
    Panjang ceritanya, bagaimana kalo besok lusa kita bertemu di Cafe Sagut jam 4
    sore.
    Aku sudah tidak sabar menunggu lusa dan menanyakan apa yang terjadi sejak kala
    itu.
    Akhiranya sore itupun datang, aku sudah memakai baju terbaikku. Sampai di cafe
    terlihat seorang laki-laki berkemeja hitam duduk di tempat paling pojok cafe itu.
    Dia langsung melihat dan melambaikan tangan nya kepadaku. Aku langsung
    menuju kesana.
    “Gimana kabarmu Va? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu” tanya Raihan
    sambil menjabatkan tangannya kepadaku.
    “Baik Han, kamu melanjutkan kemana Han?” tanyaku kepo
    “Aku melanjutkan studi di Inggris Va, itu sudah menjadi cita-citaku sejak dulu.
    Minggu depan aku sudah berangkat ke Inggris, aku pulang juga paling jarang
    mungkin kita hanya bisa video call atau chat saja” sambil menerima pesanan
    makanan tadi
    “Selamat ya Han, cepet banget padahal kita baru ketemu lagi, kamu nggak pamit
    sama orang tua ku dulu?” jawabku sedih
    “Udah kok tenang” sembari merapikan jam tangannya.
    “Bagaimana tentang perjodohan kita Va, apa kamu mau?” tanya Raihan ragu
    “Aku belum tau Han, lagi pula kita masih kecilkan baru lulus SMA juga” jawabku
    sambil memainkan sedotan minuman.
    “Ohh begitu ya, kalo begitu tunggu aku ya”
    “Tunggu apa?”
    “Tunggu aku menjadi dewasa dan menjadi orang sukses, setelah itu aku akan
    membuat perjodohan ini berhasil. Terserah kamu mau menyukai siapapun tapi
    kamu harus tetap ingat ada aku di Inggris yang berjuang untuk membahagiakanmu
    kelak” terang Raihan
    “Bagaimana bisa kamu membiarkanku menyukai orang lain” jawabku agak sebal
    “Karena kalo aku mengekangmu pasti kamu nggak suka, yang penting kamu inget
    aku dan bilang lagi suka sama siapa hahaha” jawabnya
    Disitu aku sangat terharu sekaligus ketawa. Bagaimana bisa seperti itu, memang
    Raihan dari dulu selalu membuatku tertawa dan menebak-nebak.
    Akhirnya Raihan berangkat dan aku mengantarnya
    Aku janji Han akan menunggumu disini.
  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.