Aku Tunggu
Karya: Sivani Fitrianingrum
Dua orang laki-laki di tengah lapangan menjadi pusat perhatian para
penonton di kursi penonton. Kelihaian keduanya memainkan bola basket menjadi
hal yang dipertontonkan. Sorak-sorai histeris para gadis membuat telingaku hampir
pecah. Bukan permainan basket yang mereka lihat, tapi ketampanan kedua laki-laki
itu. Hal ini sudah menjadi kebiasaan saat KTS berlangsung ketika cogan-cogan
sekolah muncul untuk melakukan permainan.
Raihan!!! Bara!!! Kak Bara!!! Semangat!!!
“Seana lu dukung Raihan apa Kak Bara nih? Kalo gue sih Kak Bara” tanya Kyna.
“Yaudah deh gue pilih Raihan aja sama-sama keren kok, sekarang lu Va pilih siapa.
Tim Kak Bara atau Raihan?” tanya Seana kepadaku.
“Iya gimana Va, jangan diem-diem aja begitu. KTS tu waktunya kita melihat cogancogan sekolah bermunculan” ujar Kyna.
Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan keduanya. Bergegas aku pergi dari kursi
penonton dan berjalan menuju kelas. Sampai di kelas, aku pasang headset di telinga
dan memainkan musik. “Kenapa acara KTS begini amat ya dari dulu, nggak
diliburin aja” gumamku sambil meletakkan kepalaku di atas meja.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, aku terbangun dan terbelalak ketika yang
membangunkanku adalah Kak Zahar, laki-laki yang aku idam-idamkan sejak
setengah tahun lalu. Ternyata aku sudah tidur selama hampir 2 jam.
“Maaf dek, ini udah jam 15.25 jam pulang udah 15 menit yang lalu. Saya liat kamu
ketiduran disini. Jadi saya bangunkan” tegur mantan ketua OSIS ini.
Bergegas aku merapikan tas dan beranjak pergi tanpa berucap sepatah kata pun.
Meninggalkan laki-laki yang tadi membangunkanku. Mataku yang masi sayu
ditambah lagi nyawaku yang belum terkumpul gara-gara tidur. Cuaca yang
mendung disertai gerimis kecil menambah kantukku. Aku berjalan pulang menuju
halte bus melewati trotoar yang penuh kubangan air hujan. Langkah kakiku
berlompatan kesana-kemari. Jalanan yang sudah mulai sepi oleh siswa-siswi
sekolahku. Tiba-tiba Dhukkk!!!
“Aduh” sahutku, ketika kakiku tak sengaja tersandung paving trotoar. Aku berhenti
sejenak sambil mengelus kakiku yang terasa sakit dan melihat ke belakang, ada
laki-laki yang berjalan ke arahku. Dia Raihan, aku langsung berlari menuju halte
bus bebarengan dengan bus yang akan berhenti. Aku masuk bus bersamaan dengan
beberapa siswa dan orang-orang yang pulang dari tempat kerja masing-masing.
Untungnya bus masih lenggang sehingga aku mendapat kursi kosong dan tidak
perlu repot-repot untuk berdiri.
Beberapa menit kemudian seseorang duduk di sebelahku.
“Ava ya? Adiknya Aksa?” tanya orang itu.
“Eh...iya kak” jawabku sambil menoleh kearahnya.
“Kok ngga bareng Aksa?” tanyanya lagi.
“Ngga kak, saya tadi ketiduran di kelas jadi lama, mungkin kakak pulang duluan”
jawabku sambil sedikit senyum canggung. Wajahnya yang begitu manis
membuatku tidak bisa berkata-kata lagi.
Obrolan pun berakhir, hingga aku telah tiba di halte di persimpangan jalan dekat
rumah. Aku turun tanpa berpamitan dengan orang tadi. Perjalanan aku lanjutkan
dengan berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 1 km. Sampai di rumah aku kaget
karena sudah ada Kak Aksa dan Raihan disana, padahal Raihan tadi dia di
belakangku. Aku menyapa Raihan lalu langsung masuk kamar.
Di kamar aku beberes dan beristirahat sambil mengingat kembali wajah Kak
Bara yang ternyata lebih manis dari dekat ketimbang dari jauh. Rasanya bingung
bagaimana bisa aku menyukai 2 orang sekaligus. Padahal aku udah suka Kak Zahar
hampir setengah tahun gimana bisa sekarang malah jadi suka Kak Bara. Ini rasa
suka atau hanya sekedar mengagumi saja? Aku pun tidak tau. Lagi sibuk mikirin
mereka berdua tiba-tiba ada suara mengetok pintu kamar.
“Va tolong kamu temenin Raihan ke tempat Pak RT soalnya malem ini dia mau
nginep” perintah kakak sambil tergesa-gesa.
“Kenapa bukan kakak sih?”
Kakakku langsung lari menuju kamarnya. Kakaku memang kalo udah tentang bola
nggak bisa diganggu gutat.
Aku dan Raihan pun berjalan karena jarak rumah pak rt yang tidakk begitu jauh.
“ Kok kamu bisa sampai duluan Han?” tanyaku
“Iyalah aku kan bisa pindah tempat dalam sekejab hahaha” jawabnya sambil
tertawa
Paginya, kami lalu berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda motor
masing-masing. Dengan kecepatan secepat kilat membuat helemku hampir terbang
karena kakakku yang satu ini. Sebenarnya di sekolah, kami berdua tidak pernah
berbicara atau pun menyapa jika bukan hal penting. Ya mungkin kakakku malu
punya adik kudet sepertiku ini. Padahal kalo di rumah seenak jidat menyuruhku
kesana-kemari.
Bergegas ku menuju kelas, melewati ruang kelas 12 membuat jantungku
hampir copot karena banyak kakak kelas duduk di depan kelas mereka. Dengan
langkah kaki yang ku percepat hingga sampai di dalam kelasku. Aku langsung
memerahi ke 2 temanku ini.
“Heh.. kalian berdua gimana sih, kemarin kagak bangunin gue waktu tidur di kelas”
nadaku jengkel sembari meletakkan tas di kursi.
“Hahahaha, maaf Va kemarin niat kita mau ngerjain lu biar di kunci sama pak bon.
Lagian lu kaga asik sih kalo KTS begini” jawab Kyna sambil tertawa terbahakbahak.
“Kemarin trus lu dibangunin siapa Va?” tanya Saena.
“Lah kepo lu” sambil senyum tipis.
Lalu mereka mengajakku untukk menonton pertandingan basket lagi.
Karena kali ini kelas Kak Zahar dan Kak Bara bertanding. Saat itu entah kenapa
aku langsung bergegas tanpa penolakan apapun. Di kursi penonton aku tidak hentihentinya memandangi Kak Zahar dan Kak Bara hingga membuat Kyna hampir
curiga. KTS tahun ini ku lalui dengan berbeda tidak seperti tahun sebelumnya.
Mungkin karena tinggal setahun setengah lagi aku melalui masa SMA dan juga
karena kedua orang ini.
Akhir bulan pun datang, seperti biasa keluargaku dan teman-temannya
selalu mengadakan acara bulanan. Aku sekeluarga pun ikut, namun aku tidak bisa
menemukan orang yang selama ini aku temui ketika ada acara seperti ini. Rasanya
berbeda sekali, ingin aku ceritakan kegelisahannku saat ini kepadanya. Sudah
hampir 2 minggu dia pun tidak pernah menghubungiku. Apa karena waktu itu?
Entah itu juga yang aku bingungkan.
Aku pulang dengan rasa kecewa, aku mencoba untuk menebak-nebak perubahan
sikapnya itu.
Waktu terus berlalu, hingga saatnya kelas 12 lulus termasuk kakak ku, Kak
Zahar, dan Kak Bara. Sekarang aku sudah tidak pernah melihat mereka, sesekali ku
lihat di sosmed. Mereka telah memiliki kesibukan masing-masing dan pasangan
masing-masing. Sebenarnya aku pernah berharap salah satu dari mereka
menyukaiku tapi kenyataannya zonk. Sekarang berangkat sekolah pun sendiri naik
bus, seperti itu terus hingga aku lulus. Kini, tinggal mencari universitas idamanku.
Aku diterima di universitas idamanku distu aku senang sekali. Hingga tibatiba, tuinggg!!!(notifikasi yang sering ku dengar dari wa)
Hallo Ava gimana kabarmu? Bagaimana dengan kuliahmu?
Pesan dari Raihan, yang selama ini aku nanti-nantikan. Betapa senangnya aku saat
ini.
Hai Raihan, alhamdulillah kabarku baik. Untuk kuliah, aku diterima Han,
bagaimana denganmu? Sudah lama kita tidak bertemu dan ngobrol sejak kelas 11.
Balasan Raihan cukup lama, yang membuatku tidak sabar.
Panjang ceritanya, bagaimana kalo besok lusa kita bertemu di Cafe Sagut jam 4
sore.
Aku sudah tidak sabar menunggu lusa dan menanyakan apa yang terjadi sejak kala
itu.
Akhiranya sore itupun datang, aku sudah memakai baju terbaikku. Sampai di cafe
terlihat seorang laki-laki berkemeja hitam duduk di tempat paling pojok cafe itu.
Dia langsung melihat dan melambaikan tangan nya kepadaku. Aku langsung
menuju kesana.
“Gimana kabarmu Va? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu” tanya Raihan
sambil menjabatkan tangannya kepadaku.
“Baik Han, kamu melanjutkan kemana Han?” tanyaku kepo
“Aku melanjutkan studi di Inggris Va, itu sudah menjadi cita-citaku sejak dulu.
Minggu depan aku sudah berangkat ke Inggris, aku pulang juga paling jarang
mungkin kita hanya bisa video call atau chat saja” sambil menerima pesanan
makanan tadi
“Selamat ya Han, cepet banget padahal kita baru ketemu lagi, kamu nggak pamit
sama orang tua ku dulu?” jawabku sedih
“Udah kok tenang” sembari merapikan jam tangannya.
“Bagaimana tentang perjodohan kita Va, apa kamu mau?” tanya Raihan ragu
“Aku belum tau Han, lagi pula kita masih kecilkan baru lulus SMA juga” jawabku
sambil memainkan sedotan minuman.
“Ohh begitu ya, kalo begitu tunggu aku ya”
“Tunggu apa?”
“Tunggu aku menjadi dewasa dan menjadi orang sukses, setelah itu aku akan
membuat perjodohan ini berhasil. Terserah kamu mau menyukai siapapun tapi
kamu harus tetap ingat ada aku di Inggris yang berjuang untuk membahagiakanmu
kelak” terang Raihan
“Bagaimana bisa kamu membiarkanku menyukai orang lain” jawabku agak sebal
“Karena kalo aku mengekangmu pasti kamu nggak suka, yang penting kamu inget
aku dan bilang lagi suka sama siapa hahaha” jawabnya
Disitu aku sangat terharu sekaligus ketawa. Bagaimana bisa seperti itu, memang
Raihan dari dulu selalu membuatku tertawa dan menebak-nebak.
Akhirnya Raihan berangkat dan aku mengantarnya
Aku janji Han akan menunggumu disini.
0 comments:
Posting Komentar