Fathi
Karya: Novita Riana Sari
Seorang
bunga desa yang cantik jelita bernama Fathia berjalan dengan sangat
tergesa-gesa, sebentar lagi rapat anggota rohis akan segera dimulai. Karena
terlalu terburu-buru tanpa sadar Fathia menabrak seseorang yang berjalan
berlawanan arah dengannya. Karena terkejut ia terjatuh kelantai, buku yang ia
bawa jatuh berserakan. Dengan cepat Fathia membereskan buku tersebut. Namun
tanpa sengaja tangan Fathia bersentuhan dengan tangan sosok di depannya, saat bersamaan
ingin mengambil buku yang terjatuh. Sepontan Fathia langsung menarik tangannya.
“Maaf, nggak sengaja, maaf juga udah
buat kamu jatuh,” ucap lelaki itu sambil memberikan buku milik Fathia.
Fathia pun hanya terdiam, ia masih
tidak percaya dengan penglihatannya, dan dengan apa yang ia alami ini. Sosok
yang sudah lama tidak muncul bagaikan ditelan bumi, kini kembali hadir dihadapannya.
Hingga akhirnya Fathia memilih memejamkan matanya. Namun ketika ia kembali
membuka matanya, ia sudah tidak menemui sosok lelaki itu. “Mungkin ini hanya
halusinsku,” bisik Fathia pelan.
Kenangan tiga tahun yang
lalu…..
“kamu suka sama kakak kelas kita
itu?” tanya Audi sambil menunjuk seorang laki-laki yang sedang bermain sepak
bola di lapangan bersama teman-temannya. Ya sosok itu bernama Fathi. Fathi adalah kakak kelas
satu tahun diatasnya saat Fathia kelas 7.
Yang sejak pertama kali Fathia bertemu dengannya sudah membuat ia merasa
berbeda.
“Entah, aku juga nggak ngerti apakah aku suka, cinta, atau
hanya sekedar fans?” ucap Fathia sambil terus menatap sosok itu.
“Memang yang kamu rasain bagaimana
saat dekat sama kak Fathi?”
“Gugup, detak jantungku tiga kali
lebih cepat dari biasanya, apa-apa serba salah, mendadak lupa gimana cara jalan
bahkan napas.”
“Hahaha…. ya sudah sampaikan saja
apa yang kamu rasakan ini sebelum di ambil orang!”
“Aku nggak berani, lagian minggu ini terakhir aku
sekolah disini, jadi buat apa aku ungkapkan perasaanku? Biarlah cukup aku, kau, dan Tuhan yang tau
tentang perasaanku ini,” kata Fathia dengan meneteskan air matanya, dia gagal
menahan air mata itu ketika ia mengingat ia akan berpisah dari Fathi.
“Udah jangan sedih, jodoh nggak akan
kemana. Lagian aku yakin di sekolah baru kamu, pasti banyak yang lebih cakep
dari dia kok.”
Fathia pun tersadar dari lamunannya
itu. Ia yakin bahwa kejadiaan tadi hanya halusinasinya. Saat Fathia melihat jam
tangannya ia langsung tersadar bahwa ia harus buru-buru menuju ruang rohis karena
sebentar lagi rapat akan di mulai, dan akhirnya ketika Fathia sampai ia sudah
terlambat, rapat sudah dimulai. Dengan penuh keberanian ia mengetuk pintu ruang
rohis tersebut.
“Assalamuallaikum.” Semua mata yang awalnya fokus
dengan layar, beralih memperhatikan kearah Fathia. Malu rasanya baru menjadi
anggota rohis sudah datang terlambat.
“Waalaikumsallam,” ucap mereka serempak.
“Maaf, saya telat,” seraya menundukan pandangan.
Mata bisa saja lupa siapa
yang dia lihat. Namun hati tidak akan pernah lupa siapa yang dia cintai.
Fathia
“Iya tidak apa-apa, masuk sini.
Lagian rapatnya juga baru dimulai,” ujar seorang laki-laki yang memiliki lesung
pipi.
“Terima kasih kak.”
Setelah masuk kedalam ruangan rohis,
Fathia langsung memposisikan dirinya duduk dengan anggota baru lainnya.
Meskipun anggotanya tidak banyak seperti ekstrakurikuler yang lain tapi Fathia
tetap bersyukur karena bisa ikut dalam kegiatan ini. Ditambah para angota yang
baik dan ramah, ini lah salah satu alasan kenapa Fathia memilih esktrakurikuler
ini.
Rapat pun telah selesai. Semua
anggota baru satu persatu meninggalkan ruangan rohis, dan hanya menyisahkan
Fathia dengan beberapa pengurus rohis lama. Karena merasa tidak enak dengan
kakak kelasnya itu, Fathia memutuskan untuk menunggu jemputan di luar.
Saat ia sedang berjalan menuju
tempat menunggu jemputan, tiba-tiba
langkahnya terhenti saat ia menginjak sebuah benda kecil. Fathia pun mengambil
benda itu, yang ternyata adalah sebuah
dompet. Dengan ragu fathia membuka dompet itu, agar ia dapat mengetahui siapa
pemilik dompet tersebut.
Fathia mengerutkan
dahi. “Fathi Ardhiansyah, apakah itu benar dia?”
Tak jauh dari
tempat Fathia berdiri ia melihat
sosok yang sudah tidak asing lagi baginya, ia terlihat seperti
sedang mencari sesuatu. Fathia pun berjalan menghampiri sosok tersebut. Jantungnya
berdetak lebih kencang.
“Cari ini?”
kata Fathia dengan
menunjukkan dompet di
tangannya.
“Kok bisa di kamu?” tanyanya dengan mengambil dompet itu, lalu memeriksa isi dompet tersebut.
Senyum kecil menghiasi wajahnya
saat mengetahui tak
ada sesuatu pun yang hilang.
“Iya, tadi
aku nggak segaja hampir menginjak itu dompet. Aku lihat
kakak lagi kayak orang bingung, jadi aku simpulin itu punya
kakak.”
“Makasih, ini
buat kamu!” Fathi memberikan beberapa lembar
uang.
“Sama-sama kak, nggak usah lebih
baik uangnya kakak kasih ke yang lebih
membutuhkan.”
“Kalau gitu aku duluan,” ujarnya
dengan berlalu. Fathia masih terus
mengamati langkah sosok itu
hingga akhirnya sosok itu sudah
tidak terlihat kembali.
Fathia menarik napas lega. “Aku rindu kamu
kak, apakah ini jawaban dari setiap
doaku? Allah mempertemukan kita kembali hari ini. Setelah sekian tahun
kita berpisah,” bisik Fathia.
Detik berganti
menjadi menit. Daun yang kering
terjatuh dan akan digantikan dengan daun yang baru. Semuanya berganti,
namun tidak dengan
hati Fathia. Hati
itu tetap setia
dengan pemilik nama Fathi
Ardhiansyah. Walau pun sosok itu tak pernah sedikit pun tau tentang apa yang di rasakan oleh Fathia. Bahkan
Fathi tidak mengetahui bahwa sebenarnya sosok pengagum rahasianya
yang setiap hari
diam-diam membawakan ia
sarapan dan hadiah
adalah Fathia. Bagi Fathia
tidak penting Fathi
mengetahui hal itu,
yang terpenting Fathia
dapat melihat Fathi bahagia.
Tak jarang juga
Fathia mengerjakan tugas sekolah
Fathi secara diam-diam,
kemudian mengumpulkan tugas itu dengan meminta bantuan Dea sepupunya yang merupakan teman kelas Fathi. Awalnya Dea tidak setuju dengan apa yang di
lakukan sepupunya itu. Namun Karena ia melihat ketulusan Fathia akhirnya ia mau
membantu.
Aku bisa saja seperti Khadijah
yang langsung mengungkapkan cintanya kepada Nabi Muhammad SAW. Namun aku lebih
suka menjadi Fatimah dan berharap kau akan menjemputku layaknya Ali. Karena ini
lah caraku mencintaimu. Biarkan aku untuk
terus menjadi pengagumu, tanpa pernah kau
ketahui.Hingga takdir yang akan menjawab.
Fathia
“Hentikan semua kelakuan bodohmu ini Fathia! Apakah
cinta membuatmu menjadi bodoh? Thia sadar! Fathi sudah milik Rika.
Apa yang kau harapkan
lagi darinya? Jangan
pura-pura tidak mendengar
dan melihat semua
itu!” omel Dea, saat melihat Fathia
masih mengerjakan tugas Fathi.
“Aku mengetahui itu,
tapi aku tak bisa menghentikan
ini semua biarkan aku untuk tetap
melakukan ini, dan ku mohon untuk kali
ini saja,tetap lah membantuku!”
ujar Fathia dengan
menyerahkan flashdisck yang berisi tugas
Fathi. Tanpa memperdulikan Dea, Fathia pergi begitu saja. Ia tak ingin
sepupunya mengetahui bahwa ia terluka. Fathia menangis sejadi-jadinya hingga
air matanya menjadi kering.
“Fathi sudah milik
Rika.”
Perkataan Dea membuat jantung Fathia berdetak semakin kencang.
Perkataan tersebut membuatnya mengenang
kepedihan. Berhari-hari Fathia menghimpun kekuatan, untuk menerima
kenyataan jika Fathi dengan wanita lain.
Dea berhenti tiba-tiba.“Tunggu kamu yakin mau
kekantin? Lebih baik kita makan
dikelasmu! Aku bawa roti,” pandangan Dea
tak pernah berhenti memandang kearah
kantin. Fathia pun
menyadari apa yang di lihat Dea tersebut.
Disana Nampak Fathi
sedang makan berdua
degan Rika. Sungguh
romantis. Fathia cemburu.
0 comments:
Posting Komentar