Senin, 04 Januari 2021

  • Aksara Bersuara #23


    Kau yang Selalu Ku Rindu

    Karya: Diteana Rahmadani

    Pagi hari sudah disambut dengan rintikan suara hujan dan gelapnya awan di langit. Ku beranjak dari tempat tidurku berjalan menuju arah meja makan. Sepotong roti dan teh hangat yang telah disiapkan mama, sebelum mama pergi berangkat kerja ke kantornya. Berjalanlah diriku ke arah jendela kamar. Menikmati suara rintikan hujan yang membuat suasana menjadi syahdu dengan sepotong roti dan teh hangat. Hari ini begitu dingin, tak seperti hari kemarin yang panas. Rasanya ingin terus ku berdiam di dalam kamar dengan selimut tebalku. Tapi tak mungkin, aku harus tetap melakukan aktivitas yang biasa ku lakukan.

    Namaku Ririn, aku anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kini, aku menjadi serorang mahasiswi baru di salah satu kampus impianku. Kampus Institusi Teknologi Bandung, kampus yang sangat-sangat diimpikan oleh orang-orang dari berbagai penjuru. Di sini aku mengambil jurusan Bisnis dan Manajemen. Kakakku bernama Brian, ia sedang menjalani kuliah semester akhir di Universitas Indonesia mengambil jurusan Teknik Mesin. Sedari kecil, dirinya sudah menjadi anak yang berprestasi. Adikku bernama Ranti, ia kini menginjak usia 15 tahun. Ya, aku dan adikku hanya berjarak 2 tahun sedangkan aku dan kakakku berjarak 3 tahun. Kami bertiga memang tidak terlalu jauh dalam jarak usia sehingga di saat kami bercerita pengalaman masing-masing kami tak merasa canggung. Justru kami selalu merespon dan sudah seperti teman sendiri. Mama dan Papaku sangat bangga dengan anak-anaknya. Segudang prestasi telah diraih oleh aku, Brian, dan Ranti.

    “Ting….Tong….Ting….Tong”, bel berbunyi.

    “Ririn, tolong bukakan pintunya ada tamu di luar”, perintah Brian dari dalam kamarnya.

    Kamarku berada di paling depan bersebelahan dengan ruang tamu. Sehingga, jika ada tamu datang aku selalu yang membukakan pintu rumah. Ku pikir yang datang adalah paket seperti biasanya tetapi yang ku temukan adalah selembar kertas lusuh dengan tulisan “HAI”. Diriku terdiam, melihat situasi dan kondisi sekitar. Tak ada orang disitu selain diriku, tak ada siapa pun yang terlihat. Langsung ku tutup kembali pintu rumah dengan terheran-heran diriku.

    “Ada apa kak? Kenapa raut wajah kakak berbeda tak seperti biasanya saat membukakakan pintu. ”, Ranti adikku menanyakannya

    “Hmm, aku bingung Ran. Ada selembar kertas bertuliskan ‘HAI’ tapi di sekitar rumah ga ada orang. Aku tu bingung Ran. Hmm, untuk siapa yaa kira-kira kertas ini?” jawabku dengan rasa penasaran.

    Ranti kembali ke kamarnya. Ia tidak menjawab pertanyaan dariku. Ia juga bingung dengan hal ini begitu juga dengan diriku. Kemudian, aku tak menghiraukan siapa pengirim kertas itu. Langsung ku letakkan saja kertas itu di atas meja belajar dan ku lanjutkan kembali tugas yang sedang ku kerjakan.

    “Ting….Tong. Mama pulang”, suara mamaku

    Seperti biasa setelah mama pulang pasti mama membawa makanan. Kemudian, anak-anaknya, aku, Ranti, dan Brian keluar kamar. Seperti dugaanku mama kali ini membawa martabak. Dengan cuaca yang hujan dan terasa dingin memang paling enak makan-makanan hangat.

    “Mama tau aja deh, Ririn lagi laper pengin makan. Eh, mama bawain martabak”, kataku dengan senyuman hangat ku berikan pada mama.

    “Iya dong. Mama tau apa yang diingankan anak-anak mama”, jawab mamaku dengan membalas senyumanku.

    “Love you Mom” balasku, Ranti, dan Brian

    Di saat pukul 23.50, aku akan terlelap tidur. Tiba-tiba handphone berdering ada panggilan masuk. Saat aku menerima panggilan itu, langsung saja diputuskan panggilan. Saat itu, aku menghiraukan panggilan itu. Di pagi hari, setelah ku terbangun dari tidurku seperti biasa aku mengecek info yang ada di handphoneku. Aku terkejut, ada 20 panggilan tak terjawab dengan nomer yang sama saat aku mengangkat telepon tetapi tiba-tiba diputus panggilan. Dengan perasaan yang sama saat aku menerima selembar kertas waktu itu tetapi hal ini tidak bisa ku hiraukan. Hal ini sangat menggangu pikiran dan juga aktivitasku.

    Satu minggu kemudian, saat aku akan pergi ke kampus tiba-tiba ada yang memanggilku. Terheran lagi aku saat melihat lingkungan sekitar tidak satu orang pun terlihat. Memang kejadian aneh sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir ini. Tiba-tiba ada paket bunga datang tanpa pengirim yang jelas tetapi bertuliskan “HAI”.

    “Hmm, sebenernya siapa sih ini?”,dalam hatiku berbicara dengan rasa penasaran dan mulai kesal.

    Saat melangkahkan kaki menuju ke perpustakaan, ada yang melempar kan sebuah kertas pesawat. Saat ku buka kertas itu di dalamnya terdapat tulisan “Hai, lihat aku di belakangmu”. Dengan terkejutnya diriku, sahabat yang telah lama tak bertemu. Ya, dia adalah Syafa. Syafa pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya di Singapur.

    “Hai, syaf. Lama ga ketemu”,sapaku dengan rasa terharu.

    “Hai, Ririn”,balas Syafa dengan memberi pelukan padaku.

    Kami berjalan mengarah ke bangku taman kampus dekat perpustakaan. Kami menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di situ, meluapkan segala rasa rindu selama 3 tahun lamanya. Cerita sedih, senang semua hal yang dialami kami ceritakan.

    “Syaf, tau ga sih kamu. Akhir-akhir ini aku tu di teror sama orang ga dikenal. Tiba-tiba ada paket kirim bunga tanpa nama pengirim. Terus, ada yang pencet bel rumah, tapi pas aku buka ga ada orang cuman kertas aja dan cuman ada kata ‘HAI’. Terus lagi, pas aku mau tidur ada yang telpon tapi pas aku angkat langsung dimaatin. Heran ga tuh kamu jadi aku” ceritaku pada Syafa dengan rasa kesal.

    “Hihihihihi, sejak kapan kamu dapet teror gitu Rin?” Tanya Syafa padaku dengan nada sedikit tertawa.

    “Kok kamu ketawa sih, ini bukan cerita lucu ya Syaf! Hmm, yaa kira-kira ada satu minggu yang lalu deh”,balasku.

    “Hahahaha, itu aku Rin. Aku gatau harus gimana nyapa kamu untuk pertemuan pertama kita setelah sekian lama ga ketemu. Hehehehe, maafin yaa udah bikin kamu kesel. Aku janji ga bakal gitu lagi kok. Dimaafin yaa?” ,jawab Syafa dengan rasa bahagia telah membuat sahabatnya bingung.

    “Iiiiiihhhh kamu ya Syaf. Aku ga kepikiran sama sekali itu kamu. Kirain aku orang iseng. Tapi aku pikir lagi, kenapa kok waktunya lama ngisengin aku. Pernah terbesit dipikiranku kayaknya pelakunya orang yang udah tau aktivitasku. Eh, ternyata kamu”, balasku dengan rasa kesal tetapi juga bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabatku Syafa.

    Semenjak pertemuan itu, kami saling memaafkan dan sering menghabiskan waktu bersama. Syafa yang telah selesai dari studinya di Singapur, dia juga terkadang membantu tugas kuliahku. Syafa memang sahabat terbaikku. Dia yang selalu ada di saat kondisi dan situasiku yang baik hingga buruk sekali pun. Aku bangga bisa menjadi sahabat dari Syafa. Banyak pengalaman yang ia dapat di Singapur, ia bagikan ilmu itu untuk aku.

    Kami telah bersahabat dari SMP. Awal pertemuan kami, di saat awal masuk sekolah, aku sendirian tidak ada teman. Kemudian, Syafa mendekatiku dan menyapaku duluan. Nah, semenjak itu, kami berdua dekat hingga menghabiskan waktu bersama dengan hangout, mengerjakan PR, dan saling bercerita pengalaman masing-masing. Hingga akhirnya kami nyaman dan menjadi sahabat.

    Apapun yang kami rasakan pasti sahabat akan selalu mendampingi dan memberi semangat. Sahabat yang baik adalah dimana salah satu dari anggota itu mengalami kesulitan maka yang lain akan membantu dan memecahkan masalah itu. bukan malah pergi dan tidak peduli. Sahabat yang baik juga, dialah yang bisa menjadi tempat untuk mendengarkan segala keluh kesah dirimu. Jangan pernah khianati seorang sahabat. Berilah kepercayaan, sehingga dirimu akan merasa nyaman dengan persahabatan itu dan akan mengerti arti dari kata “sahabat”.

  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.