Kau yang Selalu Ku Rindu
Karya: Diteana Rahmadani
Pagi hari sudah disambut dengan rintikan suara hujan
dan gelapnya awan di langit. Ku beranjak dari tempat tidurku berjalan menuju
arah meja makan. Sepotong roti dan teh hangat yang telah disiapkan mama,
sebelum mama pergi berangkat kerja ke kantornya. Berjalanlah diriku ke arah
jendela kamar. Menikmati suara rintikan hujan yang membuat suasana menjadi
syahdu dengan sepotong roti dan teh hangat. Hari ini begitu dingin, tak seperti
hari kemarin yang panas. Rasanya ingin terus ku berdiam di dalam kamar dengan selimut
tebalku. Tapi tak mungkin, aku harus tetap melakukan aktivitas yang biasa ku
lakukan.
Namaku Ririn, aku anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kini,
aku menjadi serorang mahasiswi baru di salah satu kampus impianku. Kampus
Institusi Teknologi Bandung, kampus yang sangat-sangat diimpikan oleh
orang-orang dari berbagai penjuru. Di sini aku mengambil jurusan Bisnis dan
Manajemen. Kakakku bernama Brian, ia sedang menjalani kuliah semester akhir di
Universitas Indonesia mengambil jurusan Teknik Mesin. Sedari kecil, dirinya
sudah menjadi anak yang berprestasi. Adikku bernama Ranti, ia kini menginjak
usia 15 tahun. Ya, aku dan adikku hanya berjarak 2 tahun sedangkan aku dan
kakakku berjarak 3 tahun. Kami bertiga memang tidak terlalu jauh dalam jarak usia
sehingga di saat kami bercerita pengalaman masing-masing kami tak merasa
canggung. Justru kami selalu merespon dan sudah seperti teman sendiri. Mama dan
Papaku sangat bangga dengan anak-anaknya. Segudang prestasi telah diraih oleh
aku, Brian, dan Ranti.
“Ting….Tong….Ting….Tong”, bel berbunyi.
“Ririn, tolong bukakan pintunya ada tamu di luar”,
perintah Brian dari dalam kamarnya.
Kamarku berada di paling depan bersebelahan dengan
ruang tamu. Sehingga, jika ada tamu datang aku selalu yang membukakan pintu
rumah. Ku pikir yang datang adalah paket seperti biasanya tetapi yang ku
temukan adalah selembar kertas lusuh dengan tulisan “HAI”. Diriku terdiam, melihat
situasi dan kondisi sekitar. Tak ada orang disitu selain diriku, tak ada siapa
pun yang terlihat. Langsung ku tutup kembali pintu rumah dengan terheran-heran
diriku.
“Ada apa kak? Kenapa raut wajah kakak berbeda tak
seperti biasanya saat membukakakan pintu. ”, Ranti adikku menanyakannya
“Hmm, aku bingung Ran. Ada selembar kertas bertuliskan
‘HAI’ tapi di sekitar rumah ga ada orang. Aku tu bingung Ran. Hmm, untuk siapa
yaa kira-kira kertas ini?” jawabku dengan rasa penasaran.
Ranti kembali ke kamarnya. Ia tidak menjawab
pertanyaan dariku. Ia juga bingung dengan hal ini begitu juga dengan diriku.
Kemudian, aku tak menghiraukan siapa pengirim kertas itu. Langsung ku letakkan
saja kertas itu di atas meja belajar dan ku lanjutkan kembali tugas yang sedang
ku kerjakan.
“Ting….Tong. Mama pulang”, suara mamaku
Seperti biasa setelah mama pulang pasti mama membawa
makanan. Kemudian, anak-anaknya, aku, Ranti, dan Brian keluar kamar. Seperti
dugaanku mama kali ini membawa martabak. Dengan cuaca yang hujan dan terasa
dingin memang paling enak makan-makanan hangat.
“Mama tau aja deh, Ririn lagi laper pengin makan. Eh,
mama bawain martabak”, kataku dengan senyuman hangat ku berikan pada mama.
“Iya dong. Mama tau apa yang diingankan anak-anak
mama”, jawab mamaku dengan membalas senyumanku.
“Love you Mom” balasku, Ranti, dan Brian
Di saat pukul 23.50, aku akan terlelap tidur.
Tiba-tiba handphone berdering ada panggilan masuk. Saat aku menerima panggilan
itu, langsung saja diputuskan panggilan. Saat itu, aku menghiraukan panggilan
itu. Di pagi hari, setelah ku terbangun dari tidurku seperti biasa aku mengecek
info yang ada di handphoneku. Aku terkejut, ada 20 panggilan tak terjawab
dengan nomer yang sama saat aku mengangkat telepon tetapi tiba-tiba diputus
panggilan. Dengan perasaan yang sama saat aku menerima selembar kertas waktu
itu tetapi hal ini tidak bisa ku hiraukan. Hal ini sangat menggangu pikiran dan
juga aktivitasku.
Satu minggu kemudian, saat aku akan pergi ke kampus
tiba-tiba ada yang memanggilku. Terheran lagi aku saat melihat lingkungan
sekitar tidak satu orang pun terlihat. Memang kejadian aneh sering terjadi
dalam beberapa minggu terakhir ini. Tiba-tiba ada paket bunga datang tanpa
pengirim yang jelas tetapi bertuliskan “HAI”.
“Hmm, sebenernya siapa sih ini?”,dalam hatiku
berbicara dengan rasa penasaran dan mulai kesal.
Saat melangkahkan kaki menuju ke perpustakaan, ada
yang melempar kan sebuah kertas pesawat. Saat ku buka kertas itu di dalamnya
terdapat tulisan “Hai, lihat aku di belakangmu”. Dengan terkejutnya diriku,
sahabat yang telah lama tak bertemu. Ya, dia adalah Syafa. Syafa pergi ke luar
negeri untuk melanjutkan studinya di Singapur.
“Hai, syaf. Lama ga ketemu”,sapaku dengan rasa
terharu.
“Hai, Ririn”,balas Syafa dengan memberi pelukan
padaku.
Kami berjalan mengarah ke bangku taman kampus dekat
perpustakaan. Kami menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di situ, meluapkan
segala rasa rindu selama 3 tahun lamanya. Cerita sedih, senang semua hal yang
dialami kami ceritakan.
“Syaf, tau ga sih kamu. Akhir-akhir ini aku tu di teror
sama orang ga dikenal. Tiba-tiba ada paket kirim bunga tanpa nama pengirim.
Terus, ada yang pencet bel rumah, tapi pas aku buka ga ada orang cuman kertas
aja dan cuman ada kata ‘HAI’. Terus lagi, pas aku mau tidur ada yang telpon
tapi pas aku angkat langsung dimaatin. Heran ga tuh kamu jadi aku” ceritaku
pada Syafa dengan rasa kesal.
“Hihihihihi, sejak kapan kamu dapet teror gitu Rin?”
Tanya Syafa padaku dengan nada sedikit tertawa.
“Kok kamu ketawa sih, ini bukan cerita lucu ya Syaf!
Hmm, yaa kira-kira ada satu minggu yang lalu deh”,balasku.
“Hahahaha, itu aku Rin. Aku gatau harus gimana nyapa
kamu untuk pertemuan pertama kita setelah sekian lama ga ketemu. Hehehehe,
maafin yaa udah bikin kamu kesel. Aku janji ga bakal gitu lagi kok. Dimaafin
yaa?” ,jawab Syafa dengan rasa bahagia telah membuat sahabatnya bingung.
“Iiiiiihhhh kamu ya Syaf. Aku ga kepikiran sama sekali
itu kamu. Kirain aku orang iseng. Tapi aku pikir lagi, kenapa kok waktunya lama
ngisengin aku. Pernah terbesit dipikiranku kayaknya pelakunya orang yang udah
tau aktivitasku. Eh, ternyata kamu”, balasku dengan rasa kesal tetapi juga
bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabatku Syafa.
Semenjak pertemuan itu, kami saling memaafkan dan
sering menghabiskan waktu bersama. Syafa yang telah selesai dari studinya di
Singapur, dia juga terkadang membantu tugas kuliahku. Syafa memang sahabat
terbaikku. Dia yang selalu ada di saat kondisi dan situasiku yang baik hingga
buruk sekali pun. Aku bangga bisa menjadi sahabat dari Syafa. Banyak pengalaman
yang ia dapat di Singapur, ia bagikan ilmu itu untuk aku.
Kami telah bersahabat dari SMP. Awal pertemuan kami,
di saat awal masuk sekolah, aku sendirian tidak ada teman. Kemudian, Syafa
mendekatiku dan menyapaku duluan. Nah, semenjak itu, kami berdua dekat hingga
menghabiskan waktu bersama dengan hangout, mengerjakan PR, dan saling bercerita
pengalaman masing-masing. Hingga akhirnya kami nyaman dan menjadi sahabat.
Apapun yang kami rasakan pasti sahabat akan selalu
mendampingi dan memberi semangat. Sahabat yang baik adalah dimana salah satu
dari anggota itu mengalami kesulitan maka yang lain akan membantu dan
memecahkan masalah itu. bukan malah pergi dan tidak peduli. Sahabat yang baik
juga, dialah yang bisa menjadi tempat untuk mendengarkan segala keluh kesah
dirimu. Jangan pernah khianati seorang sahabat. Berilah kepercayaan, sehingga
dirimu akan merasa nyaman dengan persahabatan itu dan akan mengerti arti dari
kata “sahabat”.
0 comments:
Posting Komentar