Senin, 04 Januari 2021

  • Aksara Bersuara #22

     

    Langkah Inem

    Karya: Erika Mahmudah

    Inem merupakan anak kedua dari lima bersaudara.Inem terlahir di tengah kondisi keluarganya yang kelas menengah ke bawah, kaya tidak miskin sekali juga tidak. Karena keluarganya yang berada di kelas menengah inilah yang membuat masalah seputar ekonomi terus berdatangan di hidupnya. Keluarga Inem tak layak mendapatkan bantuan karena bukan kategori orang msikin. Jadi susah mendapat bantuan subsidi dari pemerintah.

     Inem merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya. Tak ayal Ia menjadi murid favorit bagi guru-guru di sekolahnya. Di rumah ia menjadi sosok yang sebagaimana orang rajin lakukan. Beres-beres rumah,memasak,mencuci piring,mencuci pakaian dan mengurus ketiga adiknya.

    Suatu hari ketika ada materi bimbingan dan konseling, guru BK bertanya kepada Inem, “Inem, rencana kamu setelah lulus mau lanjut kemana? Pasti lanjut ke UGM kalo nggak UI kan? Kamu udah mikirin belum mau masuk jurusan apa?” Tanya bu guru kepada Inem. Inem yang tak pernah memikirkan tentang rencana masa depannya pun bingung mau menjawab apa. Karena tak mungkin bagi Inem untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Di desa Inem terdapat stigma bahwa perempuan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan tinggi, karena orang tua merasa sia-sia menyekolahkan anak perempuan hingga ke perguruan tinggi. Toh akhirnya mereka hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Inem akhirnya menjawab bahwa Ia belum memikirkan rencana ke depannya mau lanjut kemana, kemudia bu guru memberikan formulir rencana studi dan masa depan ke Inem. “Ya udah, kamu ngisi formulir ini dulu yaa,minggu depan dikumpulkan, kalo kamu pengen konsultasi sesuatu bisa sama ibu.” Ujar bu Rini selaku guru BK. “ Baik Bu.” Jawab Inem dengan ragu.

    Sepulang sekolah ia kepikiran dengan ucapan bu Rini. Ia lalu mengambil secarik kertas yang berisi formulir rencana studi dan memandanginya dengan seksama. Sebenarnya, . Inem sudah memiliki keinginan untuk lanjut kuliah di Oxford University.  Inem punya cita-cita menjadi konsultan pajak dan mendirikan perusahaan konsultan pajak. Sudah sejak kelas dua SMA Inem tertarik di bidang perpajakan. Ia suka menghitung nominal pajak yang harus dikeluarkan orang-orang kaya yang harus membayar pajak atas kepemilikin barang-barang mewahnya. Dengan menghitung pajak, ia menjadi termotivasi agar menjadi orang kaya dan bisa membayar pajak barang-barang mewah yang kelak akan dimiliki Inem.

    Tetapi Inem memiliki dilema yang sangat besar. Ia bingung bagaimana mengatakan keinginannya untuk lanjut kuliah ke orang tuanya, apalagi kuliahnya ke luar negeri. Akhirnya Inem memutuskan untuk menyampaikan keinginannya itu ke orang tuanya. Sesuai dugaan Inem, orang tuanya melarangnya untuk lanjut kuliah, mereka menyuruh Inem untuk langsung bekerja saja di Pabrik daerah Jakarta sama seperti kakaknya dulu.

     Untuk pertama kalinya Inem menolak larangan orang tuanya. Inem berkata ke orang tuanya bahwa Ia tidak ingin berakhir seperti kakak dan tetangga di sekitarnya. Ia tidak ingin selepas habis masa kontrak di pabrik, lalu menjadi pengangguran dan menunggu panggilan kerja di pabrik lain. Karena kelamaan menunggu panggilan kerja, tak banyak dari tetangga dan kakaknya sendiri memutuskan untuk menikah muda. Inem tidak mau berakhir seperti itu. Inem merasa dirinya mampu untuk lebih menjadi seorang buruh. Ia ingin mendirikan perusahaan. Inem ingin menjadi orang sukses. Inem ingin merubah lingkaran status sosialnya menjadi kelas atas.

    Dan keputusan Inem untuk kuliah telah bulat,ia akan tetap kuliah walaupun tidak di Oxford University. Inem akan mencari perguruan tinggi yang menyediakan beasiswa full dan memberikan uang saku setiap bulannya. Tekad inem telah bulat. Tidak seorangpun bisa merubahnya.

    Tidak terasa Ujian Nasional telah berakhir. Hari-hari Inem menjalani kehidupan sekolah menengahnya akan berakhir. Dan besok Inem akan melaksanakan wisuda. Selain wisuda, besok merupakan hari pengumuman seleksi akhir beasiswa yang Inem apply.  Setelah mengikuti serangkaian tes seleksi untuk beasiswa, Inem akhirnya lolos seleksi tersebut. Inem sangat bahagia. Akhirnya Inem bisa lanjut ke perguruan tinggi. Satu langkah menuju jalan impiannya semakin dekat.

    Selain itu Inem juara satu parallel di sekolah menengahnya. Inem memang pantas mendapatkannya. Orang tua dan guru-guru Inem juga ikut bangga kepada Inem. Selain berprestasi, Inem mendapatkan beasiswa di salah satu universitas swasta top di Jakarta. Selain itu, Inem menjadi perempuan pertama di desanya yang lanjut ke perguruan tinggi.

    Pagi ini, Inem sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok. Tak terasa waktu Inem di rumah tinggal sebentar lagi. Ia menatap mata Ibunya dalam-dalam. Di benaknya, ia berjanji bahwa kelak ia akan menjadi orang sukses dan merubah status sosial mereka menjadi kelas atas.

    Keesokannya,Inem pergi ke stasiun diantar oleh orang tuanya. Inem memeluk erat kedua orang tuanya, dan berkata bahwa orang tuanya tidak perlu menkhawatirkan kehidupannya di Jakarta. Inem bisa menjaga diri dan bertahan hidup di Jakarta. Inem juga menyampaikan informasi ke orang tuanya bahwa mungkin ia akan jarang pulang untuk menghemat ongkos. Dan sebisa mungkin ia akan mencari pekerjaan paruh waktu, sehingga orang tuanya tidak perlu mengiriminya uang, dan sebaliknya Inem bisa mengirim uang ke orang tuanya.

    Kehidupan kuliah Inem dimulai. Ternyata semuanya tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Terlalu banyak drama di lingkup perkuliahannya. Sebisa mungkin Inem tetap menjadi mahasiswa berprestasi supaya beasiswanya tidak dicabut. Inem juga mengikuti banyak lomba hingga ke tingkat Internasional. Berkat Inem banyak mengikuti lomba-lomba, relasi pertemanan Inem sangat luas. Tetapi Inem tidak meiliki sahabat karib karena sibuk dengan prestasi akademiknya.

    Setalah empat tahun lamanya Inem kuliah, Inem akhirnya diwisuda dan mendapat gelar sarjananya.Inem memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan ilmu,relasi serta modal untuk mendirikan perusahaan. Setelah lulus ia langsung mendapat tawaran untuk bekerja di perusahaan multinasional yang bergerak di industry jasa. Untuk ukuran fresh graduate, nominal gaji yang didapatkan Inem lebih dari banyak. Inem sangat bahagia.

    Inem mengirim gajinya ke orang tuanya. Inem menyuruh orang tua serta adik-adiknya belanja dan membayar spp sekolah adiknya. Gajinya lebih dari cukup untuk orang tuanya. Inem bahagia akhirnya Inem bisa membuat orang tua dan adiknya merasa berkecukupan. Walaupun belum sepenuhnya menjadi orang kaya Inem sudah bahagia.

    Sesungguhnya perjalanan Inem mendirikan perusahaan masih panjang. Inem masih merintis karirnya terlebih dahulu dan membuat kehidupannya agar stabil terlebih dahulu. Dan Inem benar-benar menikmati proses langkah kehidupannya dengan bahagia.

  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.