Langkah Inem
Karya: Erika Mahmudah
Inem
merupakan anak kedua dari lima bersaudara.Inem terlahir di tengah kondisi
keluarganya yang kelas menengah ke bawah, kaya tidak miskin sekali juga tidak.
Karena keluarganya yang berada di kelas menengah inilah yang membuat masalah
seputar ekonomi terus berdatangan di hidupnya. Keluarga Inem tak layak
mendapatkan bantuan karena bukan kategori orang msikin. Jadi susah mendapat
bantuan subsidi dari pemerintah.
Inem merupakan siswa yang berprestasi di
sekolahnya. Tak ayal Ia menjadi murid favorit bagi guru-guru di sekolahnya. Di
rumah ia menjadi sosok yang sebagaimana orang rajin lakukan. Beres-beres
rumah,memasak,mencuci piring,mencuci pakaian dan mengurus ketiga adiknya.
Suatu
hari ketika ada materi bimbingan dan konseling, guru BK bertanya kepada Inem,
“Inem, rencana kamu setelah lulus mau lanjut kemana? Pasti lanjut ke UGM kalo
nggak UI kan? Kamu udah mikirin belum mau masuk jurusan apa?” Tanya bu guru
kepada Inem. Inem yang tak pernah memikirkan tentang rencana masa depannya pun
bingung mau menjawab apa. Karena tak mungkin bagi Inem untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Di desa Inem terdapat stigma bahwa perempuan tidak
diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan tinggi, karena orang tua merasa
sia-sia menyekolahkan anak perempuan hingga ke perguruan tinggi. Toh akhirnya
mereka hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Inem akhirnya menjawab bahwa Ia
belum memikirkan rencana ke depannya mau lanjut kemana, kemudia bu guru
memberikan formulir rencana studi dan masa depan ke Inem. “Ya udah, kamu ngisi
formulir ini dulu yaa,minggu depan dikumpulkan, kalo kamu pengen konsultasi
sesuatu bisa sama ibu.” Ujar bu Rini selaku guru BK. “ Baik Bu.” Jawab Inem
dengan ragu.
Sepulang
sekolah ia kepikiran dengan ucapan bu Rini. Ia lalu mengambil secarik kertas
yang berisi formulir rencana studi dan memandanginya dengan seksama.
Sebenarnya, . Inem sudah memiliki keinginan untuk lanjut kuliah di Oxford
University. Inem punya cita-cita menjadi
konsultan pajak dan mendirikan perusahaan konsultan pajak. Sudah sejak kelas
dua SMA Inem tertarik di bidang perpajakan. Ia suka menghitung nominal pajak
yang harus dikeluarkan orang-orang kaya yang harus membayar pajak atas
kepemilikin barang-barang mewahnya. Dengan menghitung pajak, ia menjadi
termotivasi agar menjadi orang kaya dan bisa membayar pajak barang-barang mewah
yang kelak akan dimiliki Inem.
Tetapi
Inem memiliki dilema yang sangat besar. Ia bingung bagaimana mengatakan
keinginannya untuk lanjut kuliah ke orang tuanya, apalagi kuliahnya ke luar
negeri. Akhirnya Inem memutuskan untuk menyampaikan keinginannya itu ke orang
tuanya. Sesuai dugaan Inem, orang tuanya melarangnya untuk lanjut kuliah,
mereka menyuruh Inem untuk langsung bekerja saja di Pabrik daerah Jakarta sama
seperti kakaknya dulu.
Untuk pertama kalinya Inem menolak larangan
orang tuanya. Inem berkata ke orang tuanya bahwa Ia tidak ingin berakhir
seperti kakak dan tetangga di sekitarnya. Ia tidak ingin selepas habis masa
kontrak di pabrik, lalu menjadi pengangguran dan menunggu panggilan kerja di
pabrik lain. Karena kelamaan menunggu panggilan kerja, tak banyak dari tetangga
dan kakaknya sendiri memutuskan untuk menikah muda. Inem tidak mau berakhir
seperti itu. Inem merasa dirinya mampu untuk lebih menjadi seorang buruh. Ia
ingin mendirikan perusahaan. Inem ingin menjadi orang sukses. Inem ingin
merubah lingkaran status sosialnya menjadi kelas atas.
Dan
keputusan Inem untuk kuliah telah bulat,ia akan tetap kuliah walaupun tidak di
Oxford University. Inem akan mencari perguruan tinggi yang menyediakan beasiswa
full dan memberikan uang saku setiap bulannya. Tekad inem telah bulat. Tidak
seorangpun bisa merubahnya.
Tidak
terasa Ujian Nasional telah berakhir. Hari-hari Inem menjalani kehidupan
sekolah menengahnya akan berakhir. Dan besok Inem akan melaksanakan wisuda.
Selain wisuda, besok merupakan hari pengumuman seleksi akhir beasiswa yang Inem
apply. Setelah mengikuti serangkaian tes
seleksi untuk beasiswa, Inem akhirnya lolos seleksi tersebut. Inem sangat
bahagia. Akhirnya Inem bisa lanjut ke perguruan tinggi. Satu langkah menuju
jalan impiannya semakin dekat.
Selain
itu Inem juara satu parallel di sekolah menengahnya. Inem memang pantas
mendapatkannya. Orang tua dan guru-guru Inem juga ikut bangga kepada Inem.
Selain berprestasi, Inem mendapatkan beasiswa di salah satu universitas swasta
top di Jakarta. Selain itu, Inem menjadi perempuan pertama di desanya yang
lanjut ke perguruan tinggi.
Pagi
ini, Inem sedang mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya besok. Tak
terasa waktu Inem di rumah tinggal sebentar lagi. Ia menatap mata Ibunya
dalam-dalam. Di benaknya, ia berjanji bahwa kelak ia akan menjadi orang sukses
dan merubah status sosial mereka menjadi kelas atas.
Keesokannya,Inem
pergi ke stasiun diantar oleh orang tuanya. Inem memeluk erat kedua orang
tuanya, dan berkata bahwa orang tuanya tidak perlu menkhawatirkan kehidupannya
di Jakarta. Inem bisa menjaga diri dan bertahan hidup di Jakarta. Inem juga
menyampaikan informasi ke orang tuanya bahwa mungkin ia akan jarang pulang
untuk menghemat ongkos. Dan sebisa mungkin ia akan mencari pekerjaan paruh
waktu, sehingga orang tuanya tidak perlu mengiriminya uang, dan sebaliknya Inem
bisa mengirim uang ke orang tuanya.
Kehidupan
kuliah Inem dimulai. Ternyata semuanya tidak berjalan sesuai ekspektasinya.
Terlalu banyak drama di lingkup perkuliahannya. Sebisa mungkin Inem tetap
menjadi mahasiswa berprestasi supaya beasiswanya tidak dicabut. Inem juga
mengikuti banyak lomba hingga ke tingkat Internasional. Berkat Inem banyak
mengikuti lomba-lomba, relasi pertemanan Inem sangat luas. Tetapi Inem tidak
meiliki sahabat karib karena sibuk dengan prestasi akademiknya.
Setalah
empat tahun lamanya Inem kuliah, Inem akhirnya diwisuda dan mendapat gelar
sarjananya.Inem memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan
ilmu,relasi serta modal untuk mendirikan perusahaan. Setelah lulus ia langsung
mendapat tawaran untuk bekerja di perusahaan multinasional yang bergerak di
industry jasa. Untuk ukuran fresh graduate, nominal gaji yang didapatkan Inem
lebih dari banyak. Inem sangat bahagia.
Inem
mengirim gajinya ke orang tuanya. Inem menyuruh orang tua serta adik-adiknya
belanja dan membayar spp sekolah adiknya. Gajinya lebih dari cukup untuk orang
tuanya. Inem bahagia akhirnya Inem bisa membuat orang tua dan adiknya merasa
berkecukupan. Walaupun belum sepenuhnya menjadi orang kaya Inem sudah bahagia.
Sesungguhnya
perjalanan Inem mendirikan perusahaan masih panjang. Inem masih merintis karirnya
terlebih dahulu dan membuat kehidupannya agar stabil terlebih dahulu. Dan Inem
benar-benar menikmati proses langkah kehidupannya dengan bahagia.
0 comments:
Posting Komentar