Lingkar Studi Pendidikan UKM Keilmiahan FKIP UNS

Senin, 04 Januari 2021

  • Aksara Bersuara #39

     

                                                        CERPEN
                                                    Kaya: Ulfiana

    Di sebuah kota tinggallah sebuah keluarga kaya. Sepasang suami istri
    tersebut adalah Pak Imron dan Bu Sinta. Bapak Imron tersebut mempunyai 2 anak
    dari Ibu Yuri. Anak tersebut merupakan anak kembar yang bernama Shiva dan
    Shava. Mereka adalah anak kembar yang sifatnya jauh berbeda. Shiva adalah anak
    yang pintar dan cerewet. Sedangkan Shava sebenarnya anak yang baik, namun
    karena pengaruh teman-temannya yang kurang baik menjadikan Shava menjadi
    anak yang suka membantah.
    Oleh orangtuanya mereka berdua sering dimanjakan sehingga kedua anak
    tersebut menjadi anak yang manja. Sebenarnya orangtuanya sangat sayang kepada
    anak tersebut, namun bentuk kasihsayangnya tersebut kurang tepat. Pak Imron
    baru sadar bahwa perilakunya tersebut kurang tepat. Setelah berpikir kembali,
    akhirnya Bapak tersebut memutuskan untuk memasukkan kedua anaknya tersebut
    ke Pesantren. Tetapi kedua anaknya tidak mau apabila dimasukkan ke Pesantren.
    Apabila mereka dimasukkan ke Pesantren maka mereka merasa tidak bebas,
    merasa bahwa mereka akan diatur. Namun, suka tidak suka orangtua tersebut tetap
    memasukkan kedua anak tersebut ke pesantren. Apabila kedua anak tersebut tidak
    nurut atau patuh kepada orang tua maka semua fasilitas nya akan dicabut. Karena
    kedua anak tersebut merasa takut apabila fasilitasnya dicabut, maka terpaksa
    mengikuti perkataan kedua orangtuanya.
    Beberapa hari kemudian, Pak Imron mengantarkan kedua anaknya ke
    Pesantren di Desa terpencil. Tujuan Pak Imron memasukkan ke Pesantren di desa
    terkecil adalah karena agar mereka berdua menjadi anak yang lebih sederhana.
    Perjalanan dari kota menuju lokasi pesantren tersebut sangatlah jauh. Butuh waktu
    lama untuk menuju lokasi tersebut, dengan jalanan yang rusak. Namun, orang tua
    tersebut rela untuk menjalani itu semua agar anaknya merasa sadar bahwa uang
    bukan segalanya. Ia harus merasakan hidup yang sederhana. Setelah sampai di
    pesantren tersebut, kedua anak tersebut kaget melihat keadaan pesantren dengan
    bangunan yang sederhana.
    Pak Imron dan Ibu Sinta bertemu dengan Pak Amar dan Bu Yuri. Mereka
    saling berbincang-bincang terkait anak mereka dan tujuan mereka memasukkan
    anaknya ke Pesantren tersebut. Pak Amar menceritakan awal mulanya
    memasukkan Rizal ke pesantren ini.
    Sebenarnya Rizal itu bukan anak kandung Pak Amar, tetapi mengadopsi
    Rizal dari Panti Asuhan karena selama 10 tahun Pak Imron dan Bu Yuri menikah
    belum diberi kepercayaan untuk mempunyai keturunan. Pak Amar mengadopsi
    Rizal sejak umur 2 tahun. Waktu kecil Rizal adalah anak yang penurut. Sampai
    sekarang pun Rizal menjadi anak penurut dan patuh pada orangtua. Pak Amar dan
    Bu Yuri saya sangat sayang kepadanya. Meskipun Rizal bukan anak kandungnya,
    namun Pak Amar dan Istri sangat sayang dan menganggap Rizal sebagai anak
    kandungnya sendiri. Meskipun Pak Amar dan istrinya adalah orang yang
    sederhana (tidak kaya), namun Pak Amar tetap berjuang untuk menyekolahkan
    Rizal. Rizal selalu membantu orang tua sepulang sekolah. Rizal juga mau untuk
    membawa dagangan ibunya ke sekolah untuk di jual kepada teman-temannya
    maupun guru yang ada di sekolah. Meskipun Rizal seorang laki-laki, namun Rizal
    tidak pernah malu untuk berjualan tersebut, karena itu merupakan sesuatu yang
    halal.
    Suatu ketika, Rizal bilang kepada Pak Amar, “Pak, saya ingin masuk
    pesantren agar mendapatkan ilmu agama untuk bekal diakhirat nanti Pak, Bu.”
    Pak Amar pun seketika terkejut mendengar perkataan Rizal tersebut dan bingung
    dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan ini.
    Beberapa hari kemudian, setelah Pak Amar memikirkan perkataan Rizal
    tersebut, akhirnya Pak Amar memutuskan untuk memasukkan Rizal ke pesantren.
    Meskipun harus meminjam uang kepada saudara untuk melakukan perjalanan dan
    untuk uang masuk pesantren. Pak Amar rela mencari hutang demi anaknya yang
    ingin masuk pesantren. Beberapa hari kemudian, Pak Amar mengantarkan Rizal
    melakukan pendafaran sekaligus mengantarkan Rizal ke pesantren tersebut.
    Ternyata bertemu dengan orang tua Shava dan Shiva yang juga bertujuan
    mengantarkan anaknya untuk mengikuti kegiatan pesantren. Mendengar cerita
    dari Pak Amar tersebut, Shava dan Shiva merasa terenyuh dengan cerita dari Pak
    Amar. Pak Amar rela melakukan apapun demi anaknya meskipun dalam kondisi
    pas-pasan. Seharusnya Shiva dan Shava merasa bersyukur dengan keadaannya
    sekarang yang serba tercukupi. Shiva dan Shava merasa bersemangat dalam
    menjalankan kehidupannya di Pesantren demi membahagiakan orang tuanya serta
    untuk bekal menuju ke akhirat.
  • Aksara Bersuara #38

    Harta Tersembunyi

    Karya: Tanti Kusuma


    Alam indah nan jauh disana
    Terbentang luas hingga ke Negeri Jiran
    Begitu asri begitu sunyi
    Tidak ada kebisingan
    Tidak ada pula polusi
    Hanya suara hewan-hewan yang saling berinteraksi
    Wahai khatulistiwa
    Seribu sungaimu mengalir setiap hari
    Tanah subur tanah berseri
    Tidak pernah sedikitpun kau terguncang
    Bahkan oleh gempa dan tsunami
    Wahai penakluk negeri
    Tak kusangka kau berbeda
    Banyak misteri-misteri yang masih menghantui
    Hanya sedikit yang dapat dimengerti
    Di dalam dirimu, tersimpan sejuta keajaiban
    Yang tidak dimiliki oleh negeri manapun

  • Aksara Bersuara #37

     

                                                            Aku Tunggu
                                                Karya: Sivani Fitrianingrum

    Dua orang laki-laki di tengah lapangan menjadi pusat perhatian para
    penonton di kursi penonton. Kelihaian keduanya memainkan bola basket menjadi
    hal yang dipertontonkan. Sorak-sorai histeris para gadis membuat telingaku hampir
    pecah. Bukan permainan basket yang mereka lihat, tapi ketampanan kedua laki-laki
    itu. Hal ini sudah menjadi kebiasaan saat KTS berlangsung ketika cogan-cogan
    sekolah muncul untuk melakukan permainan.
    Raihan!!! Bara!!! Kak Bara!!! Semangat!!!
    “Seana lu dukung Raihan apa Kak Bara nih? Kalo gue sih Kak Bara” tanya Kyna.
    “Yaudah deh gue pilih Raihan aja sama-sama keren kok, sekarang lu Va pilih siapa.
    Tim Kak Bara atau Raihan?” tanya Seana kepadaku.
    “Iya gimana Va, jangan diem-diem aja begitu. KTS tu waktunya kita melihat cogancogan sekolah bermunculan” ujar Kyna.
    Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan keduanya. Bergegas aku pergi dari kursi
    penonton dan berjalan menuju kelas. Sampai di kelas, aku pasang headset di telinga
    dan memainkan musik. “Kenapa acara KTS begini amat ya dari dulu, nggak
    diliburin aja” gumamku sambil meletakkan kepalaku di atas meja.
    Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, aku terbangun dan terbelalak ketika yang
    membangunkanku adalah Kak Zahar, laki-laki yang aku idam-idamkan sejak
    setengah tahun lalu. Ternyata aku sudah tidur selama hampir 2 jam.
    “Maaf dek, ini udah jam 15.25 jam pulang udah 15 menit yang lalu. Saya liat kamu
    ketiduran disini. Jadi saya bangunkan” tegur mantan ketua OSIS ini.
    Bergegas aku merapikan tas dan beranjak pergi tanpa berucap sepatah kata pun.
    Meninggalkan laki-laki yang tadi membangunkanku. Mataku yang masi sayu
    ditambah lagi nyawaku yang belum terkumpul gara-gara tidur. Cuaca yang
    mendung disertai gerimis kecil menambah kantukku. Aku berjalan pulang menuju
    halte bus melewati trotoar yang penuh kubangan air hujan. Langkah kakiku
    berlompatan kesana-kemari. Jalanan yang sudah mulai sepi oleh siswa-siswi
    sekolahku. Tiba-tiba Dhukkk!!!
    “Aduh” sahutku, ketika kakiku tak sengaja tersandung paving trotoar. Aku berhenti
    sejenak sambil mengelus kakiku yang terasa sakit dan melihat ke belakang, ada
    laki-laki yang berjalan ke arahku. Dia Raihan, aku langsung berlari menuju halte
    bus bebarengan dengan bus yang akan berhenti. Aku masuk bus bersamaan dengan
    beberapa siswa dan orang-orang yang pulang dari tempat kerja masing-masing.
    Untungnya bus masih lenggang sehingga aku mendapat kursi kosong dan tidak
    perlu repot-repot untuk berdiri.
    Beberapa menit kemudian seseorang duduk di sebelahku.
    “Ava ya? Adiknya Aksa?” tanya orang itu.
    “Eh...iya kak” jawabku sambil menoleh kearahnya.
    “Kok ngga bareng Aksa?” tanyanya lagi.
    “Ngga kak, saya tadi ketiduran di kelas jadi lama, mungkin kakak pulang duluan”
    jawabku sambil sedikit senyum canggung. Wajahnya yang begitu manis
    membuatku tidak bisa berkata-kata lagi.
    Obrolan pun berakhir, hingga aku telah tiba di halte di persimpangan jalan dekat
    rumah. Aku turun tanpa berpamitan dengan orang tadi. Perjalanan aku lanjutkan
    dengan berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 1 km. Sampai di rumah aku kaget
    karena sudah ada Kak Aksa dan Raihan disana, padahal Raihan tadi dia di
    belakangku. Aku menyapa Raihan lalu langsung masuk kamar.
    Di kamar aku beberes dan beristirahat sambil mengingat kembali wajah Kak
    Bara yang ternyata lebih manis dari dekat ketimbang dari jauh. Rasanya bingung
    bagaimana bisa aku menyukai 2 orang sekaligus. Padahal aku udah suka Kak Zahar
    hampir setengah tahun gimana bisa sekarang malah jadi suka Kak Bara. Ini rasa
    suka atau hanya sekedar mengagumi saja? Aku pun tidak tau. Lagi sibuk mikirin
    mereka berdua tiba-tiba ada suara mengetok pintu kamar.
    “Va tolong kamu temenin Raihan ke tempat Pak RT soalnya malem ini dia mau
    nginep” perintah kakak sambil tergesa-gesa.
    “Kenapa bukan kakak sih?”
    Kakakku langsung lari menuju kamarnya. Kakaku memang kalo udah tentang bola
    nggak bisa diganggu gutat.
    Aku dan Raihan pun berjalan karena jarak rumah pak rt yang tidakk begitu jauh.
    “ Kok kamu bisa sampai duluan Han?” tanyaku
    “Iyalah aku kan bisa pindah tempat dalam sekejab hahaha” jawabnya sambil
    tertawa
    Paginya, kami lalu berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda motor
    masing-masing. Dengan kecepatan secepat kilat membuat helemku hampir terbang
    karena kakakku yang satu ini. Sebenarnya di sekolah, kami berdua tidak pernah
    berbicara atau pun menyapa jika bukan hal penting. Ya mungkin kakakku malu
    punya adik kudet sepertiku ini. Padahal kalo di rumah seenak jidat menyuruhku
    kesana-kemari.
    Bergegas ku menuju kelas, melewati ruang kelas 12 membuat jantungku
    hampir copot karena banyak kakak kelas duduk di depan kelas mereka. Dengan
    langkah kaki yang ku percepat hingga sampai di dalam kelasku. Aku langsung
    memerahi ke 2 temanku ini.
    “Heh.. kalian berdua gimana sih, kemarin kagak bangunin gue waktu tidur di kelas”
    nadaku jengkel sembari meletakkan tas di kursi.
    “Hahahaha, maaf Va kemarin niat kita mau ngerjain lu biar di kunci sama pak bon.
    Lagian lu kaga asik sih kalo KTS begini” jawab Kyna sambil tertawa terbahakbahak.
    “Kemarin trus lu dibangunin siapa Va?” tanya Saena.
    “Lah kepo lu” sambil senyum tipis.
    Lalu mereka mengajakku untukk menonton pertandingan basket lagi.
    Karena kali ini kelas Kak Zahar dan Kak Bara bertanding. Saat itu entah kenapa
    aku langsung bergegas tanpa penolakan apapun. Di kursi penonton aku tidak hentihentinya memandangi Kak Zahar dan Kak Bara hingga membuat Kyna hampir
    curiga. KTS tahun ini ku lalui dengan berbeda tidak seperti tahun sebelumnya.
    Mungkin karena tinggal setahun setengah lagi aku melalui masa SMA dan juga
    karena kedua orang ini.
    Akhir bulan pun datang, seperti biasa keluargaku dan teman-temannya
    selalu mengadakan acara bulanan. Aku sekeluarga pun ikut, namun aku tidak bisa
    menemukan orang yang selama ini aku temui ketika ada acara seperti ini. Rasanya
    berbeda sekali, ingin aku ceritakan kegelisahannku saat ini kepadanya. Sudah
    hampir 2 minggu dia pun tidak pernah menghubungiku. Apa karena waktu itu?
    Entah itu juga yang aku bingungkan.
    Aku pulang dengan rasa kecewa, aku mencoba untuk menebak-nebak perubahan
    sikapnya itu.
    Waktu terus berlalu, hingga saatnya kelas 12 lulus termasuk kakak ku, Kak
    Zahar, dan Kak Bara. Sekarang aku sudah tidak pernah melihat mereka, sesekali ku
    lihat di sosmed. Mereka telah memiliki kesibukan masing-masing dan pasangan
    masing-masing. Sebenarnya aku pernah berharap salah satu dari mereka
    menyukaiku tapi kenyataannya zonk. Sekarang berangkat sekolah pun sendiri naik
    bus, seperti itu terus hingga aku lulus. Kini, tinggal mencari universitas idamanku.
    Aku diterima di universitas idamanku distu aku senang sekali. Hingga tibatiba, tuinggg!!!(notifikasi yang sering ku dengar dari wa)
    Hallo Ava gimana kabarmu? Bagaimana dengan kuliahmu?
    Pesan dari Raihan, yang selama ini aku nanti-nantikan. Betapa senangnya aku saat
    ini.
    Hai Raihan, alhamdulillah kabarku baik. Untuk kuliah, aku diterima Han,
    bagaimana denganmu? Sudah lama kita tidak bertemu dan ngobrol sejak kelas 11.
    Balasan Raihan cukup lama, yang membuatku tidak sabar.
    Panjang ceritanya, bagaimana kalo besok lusa kita bertemu di Cafe Sagut jam 4
    sore.
    Aku sudah tidak sabar menunggu lusa dan menanyakan apa yang terjadi sejak kala
    itu.
    Akhiranya sore itupun datang, aku sudah memakai baju terbaikku. Sampai di cafe
    terlihat seorang laki-laki berkemeja hitam duduk di tempat paling pojok cafe itu.
    Dia langsung melihat dan melambaikan tangan nya kepadaku. Aku langsung
    menuju kesana.
    “Gimana kabarmu Va? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu” tanya Raihan
    sambil menjabatkan tangannya kepadaku.
    “Baik Han, kamu melanjutkan kemana Han?” tanyaku kepo
    “Aku melanjutkan studi di Inggris Va, itu sudah menjadi cita-citaku sejak dulu.
    Minggu depan aku sudah berangkat ke Inggris, aku pulang juga paling jarang
    mungkin kita hanya bisa video call atau chat saja” sambil menerima pesanan
    makanan tadi
    “Selamat ya Han, cepet banget padahal kita baru ketemu lagi, kamu nggak pamit
    sama orang tua ku dulu?” jawabku sedih
    “Udah kok tenang” sembari merapikan jam tangannya.
    “Bagaimana tentang perjodohan kita Va, apa kamu mau?” tanya Raihan ragu
    “Aku belum tau Han, lagi pula kita masih kecilkan baru lulus SMA juga” jawabku
    sambil memainkan sedotan minuman.
    “Ohh begitu ya, kalo begitu tunggu aku ya”
    “Tunggu apa?”
    “Tunggu aku menjadi dewasa dan menjadi orang sukses, setelah itu aku akan
    membuat perjodohan ini berhasil. Terserah kamu mau menyukai siapapun tapi
    kamu harus tetap ingat ada aku di Inggris yang berjuang untuk membahagiakanmu
    kelak” terang Raihan
    “Bagaimana bisa kamu membiarkanku menyukai orang lain” jawabku agak sebal
    “Karena kalo aku mengekangmu pasti kamu nggak suka, yang penting kamu inget
    aku dan bilang lagi suka sama siapa hahaha” jawabnya
    Disitu aku sangat terharu sekaligus ketawa. Bagaimana bisa seperti itu, memang
    Raihan dari dulu selalu membuatku tertawa dan menebak-nebak.
    Akhirnya Raihan berangkat dan aku mengantarnya
    Aku janji Han akan menunggumu disini.
  • Aksara Bersuara #36

     

    We Meet Again

    Karya : Shiva Ayusa K.R

     

    Sebuah rumah yang megah pasti dalamnya juga megah dan rapi. Namun tidak dengan rumah megah ini, dalam rumah ini sangat berantakan, lukisan dinding dengan posisi miring dan sobek, pecahan kaca dimana-mana, dan juga terdapat bercak darah dimana-mana. Keadaan yang sangat kacau ini terjadi karena suatu kejadian. Seorang gadis kecil 7 tahun dan seorang lelaki 10 tahun melihat langsung kedua orang tuanya tewas terbunuh dengan kondisi yang mengenaskan tepat di depan matanya. Mereka hanya bisa menangis, bingung harus berbuat apa. Penjahat-penjahat yang membunuh orang tua mereka segera pergi ketika mendengar suara sirine mobil polisi yang menuju rumah mereka.

                Seorang polisi menghampiri dua orang anak yang menangis sesenggukan yang terduduk di dekat dua jenazah, yang dipastikan adalah orang tua kedua anak tersebut. Polisi itu mengajak kedua anak itu ke kantornya, tetapi si anak perempuan tidak mau ikut dengannya dan menangis denagn keras. Dengan terpaksa polisi itu menggendong anak perempuan itu dan menggandeng anak laki-laki dan menuju kantornya dengan mobil yang dibawanya      

    Dua anak itu duduk di bangku panjang yang ada di kantor polisi dengan posisi saling berpelukan dan masih menangis. Polisi yang membawa mereka datang dengan dua gelas coklat hangat di kedua tangannya, dua anak tadi berhenti menangis lalu memandang polisi tadi dan menangguk. Lalu polisi tadi memberikan coklat hangat tersebut kepada mereka. Setelah dua anak tadi sudah tidak menangis lagi dan mulai tenang, polisi tadi mengajak bicara dua anak tersebut. “emm,,kenalkan nama saya Ervin Grady Harison, panggil saja saya emm?? Om Ervin??” kata polisi yang bernama Ervin itu dengan ragu. “Om Ervin ini seorang polisi?” kata lelaki kecil. “Yahh saya ini seorang polisi” jawab Ervin. “jadi om Ervin bisa nangkep para penjahat yang membunuh mamah dan papah kan?” sambung gadis kecil. “Yaa kita para polisi mengusahakan agar para penjahat yang membunuh kedua orang tua kalian ditangkap dan di hukum seberat-beratnya” jawab Ervin. “semogaa saja itu menjadi kenyataan” gumam dua anak itu. “Oya, saya belum tahu nama kalian siapa?” kata Ervin. “nama aku Leon Weda Wesley, panggil aja Leon. Dan ini adik aku” jawab lelaki kecil yang bernama Leon itu. “iya aku ini adik kak Leon, nama aku Caressa Giona Hezel, panggil aja Eca” ucap gadis kecil yang bernama Eca. “oww jadi nama kalian Leon dan Eca?” kata Ervin. “yaaa” ucap mereka dengan serentak. Karena hari sudah mulai larut, Ervin segera mengajak Leon dan Eca ke suatu tempat dengan menaiki mobil Ervin. Sesampainya, “Ayo Leon dan Eca turun yaa” kata Ervin. Mereka turun dari mobil dan menuju sebuah rumah yang terdapat halaman bermain yang cukup luas. Lalu Ervin menemui pemilik rumah tersebut dan berbicara kepada Leon dan Eca. “Leon, Eca,, sekarang kalian tinggal di panti asuhan sini yah” ucap Ervin. “GAK MAUU,,maunya sama Om Ervin ajaa...Eca gak mau, Eca takut” ucap Eca keras. “Eca kamu harus tinggal di sini, karena kamu dan kakakmu lebih aman tinggal disini” ujar Ervin menyakinkan mereka. Setelah itu, Ervin meninggalkan mereka di panti asuhan ini. Leon dan Eca sebenarnya berat hati tinggal disini karena belum ada orang yang mereka kenal.

    Beberapa hari kemudian, mereka sudah mempunyai banyak teman dan mereka sudah tidak ingat lagi tentang kejadian orang tua mereka. Mereka hanya mengingat serpihan-serpihan kejadian itu, namun tidak jelas, seperti bayangan. Suatu hari ada dua orang yang ingin mengadopsi anak di panti asuhan yang Leon dan Eca berada. Dua orang itu memilih Leon dan Eca untuk di adopsi. Ternyata kedua orang tersebut merupakan seorang Agent dari markas yang sama namun di tempat tugaskan yang berbeda. Akhirnya Leon dan Eca berpisah. Para Agent mengadopsi Leon dan Eca karena mereka diberi tugas untuk melindungi Leon dan Eca yang sebenarnya kedua orang tua mereka yang tewas dulu merupakan ilmuwan terkenal. Tewasnya kedua orang tua Leon dan Eca itu ada hubungannya dengan para mafia yang ingin mencuri hasil temuan mereka yang sangat membantu para Agent maupun mafia dalam menemukan suatu hal yang berharga. Karena itulah kedua orang tua Leon dan Eca di bunuh.

    ---BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN---

                Agent yang sangat profesional merupakan gelar untuk seorang anggota tim Astonish yang masih muda belia untuk ukuran Agent profesional yaitu berumur 17 tahun, Agent Gi sebutannya. Dia merupakan seorang remaja wanita yang bergabung dengan tim Agent yaitu tim Astonish  ketika umur 7 tahunan. Pada umur 7 tahun, Agent Gi dilatih cara menembak dengan ketepatan yang sempurna dan ternyata dia cepat memahami tekniknya, cara membuat strategi, dan masih banyak lainnya. Agent Gi diperbolehkan mengikuti misi pada umur 12 tahun, dan ternyata dia sangat ahli, dia juga tidak pernah terluka dalam menjalankan misi. Agent Gi merupakan nama samarannya, nama aslinya adalah Caressa Giona Hezel, dipanggil Eca. Kehidupan sebenarnya, dia sudah lupa, namun masih ada serpihan-serpihan kecil yang di ingatnya yaitu kakak lelakinya. Dia berpisah dengan kakaknya, tetapi dia tidak ingat nama, wajah, dan berpisahnya mereka karena apa. Dia ingin mencari kakaknya pada saat menjalankan misi maupun pada saat waktu luang.

                “Agent Gi, hati-hati, dari arah jam 11 ada satu musuh yang mengintaimu” terdengar suara panggilan dari earphone yang dipakai saat ini oleh Agent Gi dalam melaksanakan misinya. Suara itu adalah suara Jovian Addison Baker , Jo panggilanya. Dia merupakan salah satu anggota yang kalem dan pakar IT di tim Astonish. “shoot” suara tembakan diluncurkan oleh Agent Gi yang mengenai dada musuh.  “Agent Gi melaporkan, satu musuh telahku lumpuhkan, selanjutnya aku akan pergi ke atas membantu Olin” ucap Agent Gi. Olin juga anggota tim Astonish. Gladien Maroline nama lengkapnya. “Olin melaporkan, aku sudah mulai kewalahan dalam mengatasi musuh yang kuhadapi ini, musuhku lumayan banyak jika kuhadapi semua” ucap Olin. “tenang lin, Agent Gi segera membantumu di sana” kata Jo. “shoot, shoot, shoot” suara yang keluar dari kedua tembakan Olin yang ada di kedua tangannya. “huftt” helaan nafas Agent Gi setelah sampai atas dan membantu Olin melumpuhkan musuh-musuh yang ada di hadapannya. Setelah itu, muncul Rico untuk membantu Agent Gi dan Olin. Rico  merupakan ketua dari tim ini, nama lengkapnya Ricolas Jevon. Anggota tim Astonish lainnya adalah Nuella Wilda Aldis, gadis yang dipanggil Nuel ini sangat dekat dengan Agent Gi, mereka ini dikira kakak beradik. Lalu ada Alden Rovalno Devian yang di panggil Alno dan Orzie Keana Aldis dipanggil Zie. Mereka berdua ini merupakan Agent yang paling usil, jail, cerewet di tim Astonish ini. Walaupun Alno itu laki-laki, tapi kalau udah sekali diajak bicara, cerewetnya ngalahin perempuan. Ya itulah anggota tim Astonish yang mempunyai karakter berbeda-beda namun tetap bersatu dalam menjalankan misi maupun dikehidupan sehari-harinya. Nuel, Zie dan Alno bertugas untuk membebaskan para sandra yang disandra oleh mafia gadungan ini. Yaa mereka menyebut mafia yang menjadi musuh mereka ini dengan mafia gadungan karena terlalu mudah di lumpuhkan walaupun banyak jumlahnya. Setelah para sandra bebas para anggota tim Astonish menghela nafas lega dan mission complete.

                Di markas, anggota tim Astonish bermalas-malasan karena sudah seminggu ini mereka full melaksanakan misi dan hari ini adalah hari libur mereka. Hari ini mereka mengahabiskan hari libur mereka dengan berjalan-jalan di mall dan juga bermain di game zone. Setelah menghabiskan waktu seharian di mall, mereka kembali ke markas. Tidak lama kemudian, ada panggilan dari kapten Agent pusat untuk Agent Gi. “Agent Gi dimana kau sekrang?” kata kapten. “sekarang aku ada di markas, ada apa?” jawab Agent Gi. “berkemaslah sekarang dan berangkat ke bandara pukul 7.00 malam, nanti akan aku jelaskan” sambung kapten. “hahh..kenapa mendadak sekali!!!” kesal Agent Gi. “ada apa Gi?” tanya Rico. “dia menyuruhku segera berkeemas dan berangkat menuju bandara pukul 7.00 malam” jawab Agent Gi. “ada urusan apa?” timpal Nuel. “entahlah, dia tidak memberitahuku ada urusan apa” jawabnya. “mungkin Gi akan diajak pergi keluar negeri dan berkencan dengan kapten haahaha” ujar Alno menggoda Agent Gi. “yaa kau bilang apa? Mau aku tembak dengan pistolku hahh!!!” jawab Agent Gi dengan kesal. “walaupun Kapten memang masih muda, dia bukan tipeku tahuu!!” sambungnya. “yayaya, di mulut sih berkata seperti itu, tadi dalam hati ya beda kan??hahaha” timpal Zie menggoda Agent Gi juga. “YAAKKK, kalian iniii!!” kesal Agent Gi, lalu pergi menuju kamarnya untuk segera berkemas. “HAHAHAAHAAH” mereka semua tertawa karena sikap Agent Gi. 

                Pukul 7.00 tepat Agent Gi sudah sampai di bandara lengkap dengan kopernya yang isinya senjata. Dia berpikir bahwa kapten menyuruh dia datang ke bandara dan berkemas ada tujuannya yaitu misi pribadi, misi yang khusus dan sulit diberikan oleh Agent Gi, karena Agent pusat percaya bahwa Agent Gi yang bisa menyelesaikannya. “ayo, pesawat segera take off” kata kapten tiba-tiba muncul dan mengagetkan Agent Gi. “yaa kau ini mengagetkan ku tahu” ujar Agent Gi. “oke oke, maafkan aku karena telah mengagetkan kau, ayo cepat” ucap kapten. Kapten dan Agent Gi menuju pesawat yang akan segera take off. Tujuan pesawat mereka adalah Las Vegas.

                Kapten dan Agent Gi sampai Las Vegas pukul 1.00 dini hari. Mereka menuju apartemen. Sesampainya di apartemen, kapten memberitahu tujuan mereka datang ke sini, yaitu untuk memberantas bandar narkoba yang ada di sekolah menengah atas. Sekolah yang di curigai oleh para Agent adalah Sevit Senior High School. Sekolah tersebut termasuk sekolah favorit di Las Vegas. Namun, tak disangka ternyata didalam sekolah tersebut terdapat bandar narkoba ilegal dan rahasia. Agent lainnya yang telah menangani kasus ini belum ada yang berhasil. Misi ini diberikan kepada Agent Gi karena Gi bisa dengan mudah keluar masuk sekolah tersebut sebagai siswa.

                Hari ini Agent Gi mulai menjalankan tugasnya dengan menyamar sebagai siswi pindahan yang ceria dan mudah bergaul, tujuannya agar tidak terlalu menonjol, tidak mudah di curigai dan tidak mudah terungkap identitasnya. Disana dia mengawasi orang-orang yang menurutnya mencurigakan lalu dia mencari tahu identitas orang-orang tersebut dan melaporkannya kepada kapten. Tidak hanya sampai disitu, dia juga menelusuri setiap ruangan guna mencari bukti maupun petunjuk dimana tempat bandar narkoba tersebut, karena semua siswa, guru, staff maupun pesuruh tidak ada yang tahu tempat bandar narkoba itu.

                Hari demi hari berlalu, Agent Gi dan kapten belum juga menemukan petunjuk, namun ada salah satu siswa Sevit yang sangat mencurigakan menurut Agent Gi. Agent Gi berusaha mencari informasi sebanyak banyaknya tentang siswa tersebut. Ternyata siswa tersebut adalah Nathaniel Marvin Stanley biasa dipanggil Nathan, dia anak yang cukup rajin dan terbilang pintar. Sebenarnya Nathan termasuk siswa yang biasa, tetapi Agent Gi mencurigainnya karena terdapat bekas titik-titik kecil seperti bekas suntikan di sekitar lengan sikunya, Agent Gi menduga bahwa dia menggunakan narkoba yang dipakai dengan cara disuntikkan. Agent Gi juga pernah melihatnya meminum sebuah pil dan sebuah inhalen (alat yang digunakan oleh orang beriwayat sakit asma) di kelasnya saat jam istirahat dan tidak ada seorangpun disana, selain Nathan. Setelah melihat itu Agent Gi mendekati Nathan dan bertanya, “Haii.. kau minum obat? Apakah kau sedang sakit?” tanya Agent Gi kepada Nathan. “Ahh yaa, aku merasa tidak enak badan hari ini jadi aku minum obat” jawab Nathan, “obat apa yang kau minum?” tanya Agent Gi lagi. “i-i-ini obat sakit kepala” jawab Nathan agak tergagap. “Ahh kau ini siswi kelas sebelah yang pindahan yahh?” tanya Nathan kepada Agent Gi, dia sengaja bertanya hal itu untuk mengganti topik pembicaraan agar dia tidak terpojokkan. “yaa aku siswi pindahan kelas sebelah” jawab Agent Gi, “oh yaa apa kau punya riwayat sakit parah?” tanya Agent Gi. “aku mempunyai riwayat sakit asma, dan aku juga sering membawa inhalen kemanapun” jawab Nathan. “ahh yayaya, oke kalau gitu aku pergi dulu yaa, get well son, byee” ucap Agent Gi. “thank’s, and bye” jawab Nathan. Hal itu bisa menjadikannya bukti bahwa Nathan menggunakan narkoba, namun belum tentu juga karena apakah obat tersebut memang narkoba.

                Suatu hari sepulang sekolah, Agent Gi menyamar dengan menggunakan pakaian serba hitam dan topi hitam tidak lupa menggunakan masker hitam. Lalu dia mengikuti Nathan secara diam-diam. Dijalan yang sepi Agent Gi menepuk pundak Nathan dan membiusnya, lalu Agent Gi mencari obat yang ada di dalam tas Nathan dan membawanya beberapa pil. Setelah itu Nathan dibawanya menuju mobil yang didalamnya sudah ada kapten yang menunggu mereka dan menuju suatu tempat yaitu laboratorium khusus Agent yang ada di Las Vegas. Mereka membawa Nathan untuk mengecek apakah benar nathan positif menggunakan narkoba atau tidak. Hasil tes Nathan pun keluar, ternyata Nathan positif menggunakan narkoba. Agent Gi dan kepten tidak terlihat kaget karena mereka sudah mendugannya. Beberapa menit kemudian, Nathan sadar dan kaget dia ada dimana. Kapten menjelaskannya bahwa dia ada di laboratorium, lalu kapten bertanya apakah Nathan tahu siapa ketua dan tempat persembunyian bandar narkoba yang ada di Sevit. Nathan tutup mulut tidak mau menjawabnya, lalu kapten menghipnotisnya supaya Nathan buka mulut. Setelah kapten dan Agent Gi tahu siapa ketuanya dan tempat persembunyiannya, mereka langsung menuju tempat tersebut dan membawa Natha yang sudah dibius lagi. Di dalam perjalan Agent Gi dan kapten membuat rencana penyerangan. Penyerangan ini dilakukan dengan hati-hati karena saat ini hanya Agent Gi yang akan melakukan penyerangan. Setelah sampai Sevit Senior High Scool, didalam mobil kapten segera meng-hack kamera tersembunyi yang ada di sekolah itu, setelah itu Agent Gi langsung menuju perpustakaan sekolah dan mencari rak yang terdapat pintu rahasiaanya. Agent Gi menemukannya lalu masuk kedalam suatu ruangan yang luas. Agent Gi bertemu dua orang penjaga lalu dengan cepat Gi menembak mereka dengan soundproof gun.

    Dilain sisi, kapten memerintah bawahannya untuk mengirimkan beberapa Agent untuk segera menuju tempat itu dan ternyata tim Astonish telah datang ke Las Vegas untuk membantu misi Agent Gi. Tim Astonish langsung menuju tempat itu.

    Agent Gi menemukan sebuah ruangan dan ternyata disana ternyata tempat markasnya dan terdapat banyak orang serta penjagannya yang banyak. Mereka langsung menyerang Agent Gi, saat ini Agent Gi masih bisa bertahan, namun karena orangnya terlalu banyak untuk dia hadapi, di kewalahan dan tertembak bahu depan kirinya. Dia masih bertahan. Dia terus menyerang dengan rasa kesakitan sampai pinggul dia tergores dengan pisau musuhnya. Darah terus mengalir dari bahunya dan pinggulnya, dia sudah tidak tahan lagi dan dia juga terkena tembakan dari musuh di kakinya. Dia jatuh berlutut dan kesakitan. Tim Astonish datang tepat waktu, Agent Gi yang melihat para anggota tim Astonish datang membantunya tersenyum dan setelah itu dia tidak sadarkan diri. Nuel langsung menghampiri Agent Gi dengan perasaan khawatir dan membawanya ke mobil dan langsung menuju Rumah Sakit khusus Agent. Para anggota tim Astonish menyerang orang-orang yang terlibat dalam bandar narkoba itu. beberapa menit kemudian, orang-orang tersebut sudah di lumpuhkan oleh para anggota tim Astonish  dan mereka dibawa ke markas Agent untuk ditangani lebih lanjut. Dan misi ini terselesaikan.

    Di Rumah Sakit, Nuel dan kapten khawatir dengan kondisi Agent Gi. Dokter yang menangani Agent Gi adalah Dokter Leon, Leon Weda Wesley lengkapnya. Dia merupakan seorang dokter profesional muda yang menangani para Agent jika para Agent terluka parah. Setelah Dokter Leon menangani Agent Gi, dia mengingat adik perempuan kecilnya yang dulu terpisah, karena wajah Agent Gi sangat mirip dengan adiknya. Dokter Leon tidak tahu keberadaan adiknya saat ini, dia selalu berdoa semoga dia bertemu kembali dengan adiknya. Setelah itu Dokter Leon keluar dari ruangan Agent Gi dan memberitahu keadaan Agent Gi kepada Nuul dan kapten bahwa keadaan Agent Gi baik dan dia akan sadar mungkin beberapa jam setelah ini. Nuel dan kapten bernafas lega. Tidak lama kemudian para anggota tim Astonish lainnya datang ke Rumah Sakit dimana Agent Gi dirawat.

    Beberapa jam kemudian, Agent Gi mengingau memanggil nama kakaknya yaitu Leon. Dia teringat nama kakaknya didalam mimpinya selama dia tidak sadarkan diri. Para anggota tim Astonish dan kapten yang mendengar suara Agent Gi langsung memanggil dokter, mereka juga bingung kenapa Agent Gi memanggil nama Leon yang sama dengan nama dokter Leon. Setelah Dokter Leon datang dan memeriksa keadaan Agent Gi, Dokter Leon berbicara berdua dengan Agent Gi tentang keadaan Agent Gi. Ternyata ada seseorang yang memperhatikan keduannya yaitu Rico, dia mengamati gerak gerik, cara berbicara, dan juga wajah mereka berdua. Rico sedikit terkejut karena wajah mereka lumayan mirip seperti adik kakak, lalu dia bertanya kepada Leon apakan dia mempunyai adik perempuan atau tidak dan ternyata Dokter Leon mempunyai adik perempuan. Rico juga bertanya kepada Agent Gi apakah dia mempunyai kakak laki-laki dan Agent Gi pun menjawab iya. Anggota tim Astonish lain yang paham dengan maksud pertanyaan Rico kepada Dokter Leon dan Agent Gi langsung kaget. “JADI DOKTER LEON DAN GI KAKAK ADIK???” kata anggota astonish dan kapten serentak. “yaa mungkin, kita bisa tes DNA sekarang gimana?” kata Rico. Agent Gi dan Dokter Leon bingung dan saling menatap. “Apakah kamu Eca adikku?” ucap Dokter Leon kepada Agent Gi. “seingatku dule kecil aku memang di panggil Eca oleh keluargaku dan apakah kamu Leon kakakku?” ucap Agent Gi dengan raut wajah bingung. “ayolah kita lakukan saja tes DNA sekarang, agar tahu kalian itu memang kakak adik atau bukan” ujar Alno. “mari kita ke ruangan tes DNA” ucap Dokter Leon. Mereka pun menuju ruangan tes DNA dan mereka diperiksa oleh dokter lain. Setelah itu mereka menunggu hasil tes tersebut. Leon dan Gi tidak sabar dengan hasilnya, karena mereka berdua sangat rindu dengan saudara mereka yaitu kakak maupun adik. Beberapa jam kemudian, hasil tes DNA keluar dan hasilnya adalah...mereka benar bersaudaran. Leon dan Gi saling berpelukan melepas rindu mereka dan menangis terharu karena telah bertahun-tahun tidak bertemu kini akhirnya mereka bertemu kembali.  Setelah hari itu, Leon dan Gi atau Eca panggilan lamanya hidup bersama sebagai kakak dan adik yang bahagia.

  • Aksara Bersuara #35

     

    SENDIRI DALAM GULITA

    Oleh : Rofiqotul Ngafiyah

    Dersik menyelimuti  pekatnya malam

    Berteman belalang disela ilalang

    Berbaur jeritan jangkrik yang besahutan

    Mengisahkan cerita tak bertuan

    Gerimis kian menderas membasahi pipi

    Tak berhenti,

    Melebur dalam sukma menggores hati

    Bayang-bayang tak mampu pergi

    Menghantui raga yang lelah

    Hanyut bersama hati yang gundah

    Mengingatkan rindu yang menggebu

    Telah lama tak bertemu

    Kutatap gelapnya angkasa

    Terlihat disana,

    Kirana bulan purnama berbinar -binar

    Rucita lintang bertaburan

    Menyadarkan diri akan ilusi

    Tentang bayangnnya

    Yang telah jauh melangkah pergi

    Berakhir sudah,

    Kukuatkan raga yang lelah

    Meniti jalan tempat ia melangkah

    Menguatkan hati untuk esok yang lebih baik

    Yang sayangnya,

    Hidup penuh dengan candramawa

  • Aksara Bersuara #34

     

    KISAH TUNAS KELAPA

    Karya : Rimba Nadi Putantri

    Halo,perkenalkan namaku Andriana Permata. Kalian bisa memanggilku Riana. Sekarang aku bersekolah di SMA WIJAYA KUSUMA. Aku duduk di kelas X IPS 1. Aku dikenal sebagai anak yang ceria dan ramah di sekolah, sehingga tidak heran jika aku dikenal banyak anak di sekolah. Aku berasal dari keluarga yang cukup mapan. Nama ayahku Hendri dan ibuku Lana. Aku juga punya kakak lelaki yang bernama Andre Permata. Dia dua tahun lebih tua dariku sehingga dia kelas XII SMA. Aku memiliki sahabat baik namanya Elsa Heisya. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah dan ibunya sudah meninggal sejak kecil karena kecelakaan mobil sehingga ia hidup bersama pamannya. Aku dan Elsa bersahabat dari kecil. Elsa juga sering menginap di rumahku.

    Sinar matahari yang mulai masuk ke dalam kamar membangunkanku dari tidur. Aku tidak berniat untuk sekolah karena aku masih mengantuk.

    “Rianaa! Ayo bangun nak, ini sudah jam 06.45. Kamu mau sekolah tidak. Ini juga masa awal PLS mu,” teriak Mama. Aku langsung membalas teriakan itu, “Iyaa, ma” kataku.

    Aku langsung bergegas ke kamar mandi. Setelah beberapa menit aku selesai mandi dan segera memakai seragam. Lalu, aku menuju ke ruang makan untuk sarapan.

    “Selamat pagi, Ma, Pa.” sapaku.

    “Pagi, sayang.”

    “Ayo makan!” kata Mama.

    “Selamat pagi juga kakakku yang jelek,” kataku sambil menjulurkan lidah.

    “Aduh…sakitt..” aku meringis kesakitan sambil mengelus-elus kepala yang sakit karena dijitak oleh Kak Andre.

    “Kalian ini pagi-pagi udah berantem,” kata Papa melerai.

    “Dia duluan yang mulai, Pa!” ucap Kak Andre yang tidak mau disalahi.

    “Udah-udah kalian mending berangkat ke sekolah. Cepat habisin sarapan. Kalian nanti bisa telat loh.” kata Mama.

    “Yaudah deh kalau gitu, Andre sama Riana pergi dulu ya.” kata Kak Andre. Keduanya berpamitan sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

    Di sekolah…

    “Aku duluan ya, kak.” kataku langsung pergi menuju kelas.

    “Iya hati-hati.” ucap Andre dengan nada ketusnya.

    Pada masa PLS, aku diperkenalkan berbagai organisasi di sekolah baruku. Para anggota organisasi yang ada berlomba-lomba untuk mempromosikan organisasi mereka seperti OSIS, PRAMUKA, PMR, PASKIBRA, dan ROHIS. Kami sangat antusias mendengar setiap anggota yang sedang promosi, tetapi yang paling menarik perhatianku adalah Pramuka karena dalam promosinya menampilkan kegiatan yang ada dalam pramuka, dapat melatih kita dalam kemandirian, dan tanggung jawab. Akhirnya, aku memilih Pramuka. Elsa yang sempat kebingungan memilih organisasi, akhirnya juga pramuka. Setelah masa PLS selesai, aku dan Elsa segera mendaftarkan diri menjadi anggota pramukakepada kakak Dewan Penegak. Untuk menjadi anggota dalam organisasi Pramuka harus mengikuti seleksi. Aku dan Elsa mengikuti seleksinya selama tiga hari.

    “Kak mau tanya?” kataku.

    “Iya, dek. Gimana?” kata Kak Sam.

    “Kak, kapan pengumuman penerimaan anggota baru Pramuka?” kataku.

    “Besok udah ada kok, dek” kata Kak Sam.

    “Oke Kak..Makasih. Saya permisi dulu ya,” kataku.

    “Iya, dek.” kata Kak Sam.

    Akhirnya pengumuman itu datang. Kak Fahri menempelkan pengumumannya di Mading dekat ruang BK.

    “Ehh, Riana…itu kayaknya Kak Fahri nempelin hasil pengumumnnya deh.” kata Elsa.

    “Ooo…itu ,iya kayaknya.” kataku.

    Setelah Kak Fahri selesai menempelkan pengumumannya, aku dan Elsa bergegas untuk melihat tulisan di mading. Aku dan Elsa sangat senang membaca pengumuman tersebut, ternyata mereka diterima sebagai anggota Pramuka.

    Beberapa menit kemudian Kak Sam menghampiri kami.

    “Selamat ya, kalian diterima sebagai anggota Pramuka yang baru,” kata Kak Sam.

    “Makasih ya, kak,” kataku.

     

    “Dek, nanti sepulang sekolah kumpul dulu ya,” kata Kak Sam.

    “Iya, kak.” kata aku dan Elsa bersamaan.

    “Wahhh…Kak Sam ganteng banget ya.,” kata Elsa.

    “Gak ah, biasa aja,” kataku.

    Bel pulang sekolah berbunyi. Aku dan Elsa segera menuju ke lapangan untuk kumpul.

    Kak Sam membariskan kami.

    “Perhatian,siap grak!”

    “Lencang depan grak!”

    “Tegak grak!”

    “Istirahat ditempat grak!”

    “Assalamu’alaikum wr.wb. Adik-adik selamat datang di pramuka SMA Wijaya Kusuma, saya sangat senang karena tahun ini yang masuk anggota pramuka banyak. Semoga kalian betah dan terima kasih kepada adik semuanya karena telah masuk organisasi ini. Di sini saya akan menyampaikan bahwa tiga hari mendatang akan diadakan kemah di lingkungan sekolah khusus untuk anggota baru. Perlengkapan yang harus dipersiapkan adik-adik sudah ada di kertas yang kakak pegang. Kakak akan membagikan satu persatu.”

    “O ya dik, perlengkapannya harus dipenuhi semuanya ya. Jangan membawa barang aneh-aneh seperti bedak, parfum, dan rokok,” kata Kak Ibnu.

    “Siap kak,” kata kelas X.

    Hari itu pun tiba, kami kelas X berangkat ke sekolah pukul 06.00. Kami melakukan registrasi di depan gerbang.

    “Mohon perhatiannya ya dik, sebentar lagi akan diadakan upacara pembukaan, kakak minta kalian persiapkan diri dan tolong tasnya ditaruh di kelas X IPA 1.”

    “Iya kak,” kata kelas X serempak.

    Upacara pembukaan pun dimulai...

    Lalu kak Sunaryo memberikan amanat.

    “...Saya mengucapkan terima kasih kepada kakak Dewan Penegak karena telah mengadakan kegiatan ini. Semoga dapat membawa manfaat bagi kita semua.”

    Tiba-tiba di tengah barisan, Riana pingsan. Kak Sam pun kemudian membawa Riana ke UKS.

    “Ya ampun, Riana,” kata Elsa sambil menjerit.

    Di dalam UKS Riana terbangun dan kaget karena ada seseorang yang duduk di kursi UKS, orang itu tersenyum pada Riana.

    “Kamu dah siuman, mau minum?” kata Kak Sam.

    “Iya, kak.” kata Riana.

    “Riana, kamu gak papa kan?” kata Elsa.

    “Gak papa kok,” kata Riana.

    “O...ya udah. Aku pergi dulu ya,” kata Kak Sam.

    “Oke, kak.” kata Riana.

    “Ihhh Riana, Kak Sam itu baik banget ya. Udah ganteng, perhatian lagi,” kata Elsa.

    Riana pun hanya tersenyum...

    Kegiatan penjelajahan pun di mulai, kami kelas X menjelajah di sekitar sekolah dari jam sepuluh sampai jam empat sore. Kami sangat lelah.

    “Ya ampun capek banget...” keluh Elsa.

    “Iya nih. Rutenya jauh banget..” kata Milka.

    “Jangan ngeluh gitu dong. Kita harus jalani dengan ikhlas tanpa ada paksaan,” kata Riana.

    “Iya iya.” kata Milka dengan nada ketusnya.

    Setelah sampai di sekolah, kami pun istirahat di kelas X IPA 1 dan shalat sebagai kewajiban umat muslim.

    “Ihhh...bedak, parfum, sama lipstikku disita...” kata Elsa.

    “Minyak rambutku juga disita,” kata Roni.

    “Kalian sih udah tahu gak boleh bawa barang aneh-aneh, ehh masih aja dibawa,” kata Riana.

    “Tapi kapan ya nyitanya,” kata Milka.

    “Mungkin pas kita kegiatan penjelajahan,” kata Elsa.

    Malam pun tiba...

    Kegiatan kali ini yaitu pentas seni. Semua anak berhak menampilkan salah satu pentas seni sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

    “Riana, kamu mau nampilin apa?” tanya Elsa.

    “Aku mau nyanyi aja. Kalau kamu, Sa?”

    “Aku mungkin bermain gitar,” jawab Elsa.

    Hallo, selamat malam adik-adik. Kakak mau tanya siapa yang mau maju duluan?” kata Kak Rian.

    Semuanya hening tanpa ada jawaban.

    “Oke, kalau gak ada yang mau mengajukan diri untuk maju, kakak tunjuk ya. Iya kamu perempuan yang di belakang sendiri,” kata Kak Rian.

    “Hah, aku?” Riana tersontak kaget.

    “Iya benar kamu, kamu mau menampilkan apa?” tanya Kak Rian.

    “Aku ingin nyanyi, kak.”

    “Baiklah kamu akan nyanyi dan diiringi gitar oleh Kak Sam.” kata Kak Rian.

    “Ya ampun aku kok jadi gugup gini ya,bukan karena dilihatin banyak orang tetapi akan diiringi gitar oleh Kak Sam,”  batin Riana.

    Suara gentingan gitar pun berbunyi. Aku mulai menyanyi dan mataku tanpa henti-hentinya memandangi Kak Sam. Mata Kak Sam juga memandangi aku. Jadi, mata kita saling bertemu. Perasaan itu muncul di hatiku...

    Setelah nyanyian selesai, aku ucapkan terima kasih. Suara tepuk tangan pun berbunyi.

     

    “Wah, suara kamu bagus juga ya.” kata Kak Sam.

    “Makasih ya, kak,” jawabku.

    Hari ini hari dimana perkemahan berakhir. Upacara penutupan sudah selesai.

    “Riana, kamu pulang dijemput siapa?” tanya Elsa.

    “Gak tahu nih, Papaku lagi di luar kota, kakakku lagi ada urusan. Mungkin aku naik ojek” kataku.

    “O..ya udah. Aku pulang duluan ya, udah dijemput pamanku, maaf ya aku gak bisa pulang bareng kamu. Aku kan dijemput pake motor.” kata Elsa.

    “Iya, gak papa, Sa. Hati-hati di jalan yaa.,” kataku.

    Semua anak yang mengikuti kegiatan sudah pulang, tinggal Riana saja.

    Suara klakson pun berbunyi. Aku terkejut.

    “Hai dik belum pulang, mau kakak antar?” kata Kak Sam.

    “Emm..,boleh kak” kataku.

    Selama perjalanan, aku sangat senang karena Kak Sam selalu menciptakan suasana yang lucu. Awalnya, merasa canggung tetapi lama kelamaan biasa saja.

    Setelah sampai di rumah.

    “Kak, mau mampir dulu gak?” tanyaku.

    “Boleh, dik. Kakak duduk di luar saja ya,” kata Kak Sam.

    “Riana dia siapamu, pacar ya?” tanya Mama.

    “Bukan, Ma. Dia kakak kelas ku.” jawabku.

    “Owalah, siapkan minum untuknya!” kata Mama.

    “Iya, Ma.” kataku.

    Setelah selesai minum, aku dan Kak Sam mulai mengobrol.

    “Dek, kenapa kamu ikut organisasi ini. Organisasi pramuka cukup berat.” kata Kak Sam.

    “Karena pramuka adalah suatu organisasi yang dapat membuat kita lebih bertanggung jawab terhadap segala sesuatu dan kita dapat lebih mengerti arti dari sebuah kehidupan.” kataku.

    “Wah, kakak kagum dengan jawaban kamu. Sekarang kebanyakan perempuan tidak mau ikut organisasi ini dengan alasan yang macam-macam.” kata Kak Sam.

    “Alasannya apa saja, kak?” tanya ku.

    “Ya seperti takut hitamlah karena terkena sinar matahari,pramuka melelahkan ini dan itu. Mereka lebih senang berjalan-jalan ke mall,” jawab Kak Sam.

    “O...gitu ya, kak” kataku.

    “Terus juga, dik..emm.. mereka pada takut sama kakak Dewan Penegak karena galak. Padahal, kakak dan saudara kakak hanya berusaha tegas.” jelas Kak Sam.

    Hari kemudian ketika di sekolah.

    “Riana, aku dengar-dengar kamu kemarin diantar pulang sama Kak Sam ya?” tanya Elsa.

    “Hehehe iya. Kak Sam itu ternyata hebat ya, orangnya baik. Aku baru menyadari kalau dia itu ganteng,” kataku berbisik pada Elsa.

    “Jangan-jangan kamu naksir ya???” kata Elsa.

    “Emmm...mungkin..” kata Riana.

    Setelah pulang sekolah, seperti biasa aku dan Elsa kumpul di lapangan. Kumpul kali ini latihan pionering untuk mempersiapkan perkemahan besar satu minggu lagi.

    “Halo dik, kakak disini akan membahas mengenai pioneering.” kata Kak Ibnu.

    Materi yang ia bawakan itu sederhana, tetapi sangat mudah dipahami. Kadang-kadang ia sering membuat lelucon supaya suasana tidak terlalu tegang.

    “Setelah kalian memahami materi ini, maka dilanjutkan dengan kalian mempratekkan sendiri pionering yang sudah kakak ajarkan. Kalian mengerti?” kata Kak Ibnu.

    “Siap, mengerti.” kata kelas X serempak.

    “Duh gimana nih, aku kok lupa lagi sih. Padahal, tadi aku inget tapi sekarang lupa lagi.” kataku.

    “Dek, kamu kesulitan ya? Sini kakak bantu,” kata Kak Sam mendekatiku. Kak Sam mengajariku dengan sangat telaten. Kadang ia sering melihat ku.

    “Hlo, kak...Kok ngeliatinnya  begitu!?” kataku.

    “Enggak papa kok, dek. Ini udah jadi.” kata Kak Sam.

    “Makasih ya, kak.” kataku.

    Satu minggu kemudian. Perkemahan besar pun dimulai.

    “Aduh upacaranya capek juga ya,” kata Milka.

    “Ya iyalah capek namanya juga upacara,” kataku.

    Kegiatan hari pertama yaitu penjelajahan di sekitar lapangan perkemahan. Penjelahan kali ini lebih jauh daripada penjelajahan yang lalu.

    “Duh...berhenti dulu Ri. Capek banget nih,” kata Elsa.

    “Okay..Nih minum dulu!” kataku.

    “Makasih,” kata Elsa.

    Penjelajahan berlanjut dan sampai akhirnya kembali ke lapangan. Menurutku penjelajahan kali ini cukup melelahkan, tetapi menyenangkan karena kita dapat mengenal lebih jauh tentang kondisi alam yang sebenarnya dan memberikan banyak ilmu.

    Malam yang kami tunggu-tunggu telah tiba yaitu malam api anggun. Kakak Dewan Penegak sibuk mempersiapkan kegiatan api unggun. Kami pun ikut membantunya.

    Suasana hening...

    Api unggun segera dinyalakan. Semua terfokus pada api unggun dan terdengar suara nyanyian.

    Api kita sudah menyala

    Api kita sudah menyala

    Api api api api api api

    Api kita sudah menyala.

    Selanjutnya suara tepuk tangan pun berbunyi.

    Dor...Dor...Dor...Kembang api mulai dinyalakan.

    “Tolong!!! Aku takutttt...” jeritku sambil menangis.

    “Dek, kenapa kamu teriak-teriak. Jangan nangis dong!” kata Kak Sam.

    Kak Sam terus saja menenangkanku dengan menepuk-nepuk bahuku.

    “Hiks...hiks...Aku takut sama kembang api karena aku pernah terkena kembang api dan itu menjadi trauma bagiku,” kataku.

    “Udah, tenang-tenang, ada kakak kok disini,” kata Kak Sam.

    Malam berganti pagi. Posisi bulan pun digantikan oleh matahari.

    “Selamat pagi, adik-adik. Kegiatan hari kedua yang akan kita laksanakan yaitu penjelajahan, tetapi penjelajahan kali ini berbeda karena kalian akan melakukan pengambilan sampah yang kalian lihat ketika di jalan dan penanaman tunas kelapa. Apa kalian siap?” kata Kak Nita.

    “Siap, kak.” kata kelas X serempak.

    “Ada yang mau bertanya?” kata Kak Nita.

    “Apa tujuan dari kegiatan ini?” tanyaku.

    “Kegiatan yang pertama bertujuan agar lingkungan di sekitar kita menjadi bersih dan sehat. Sedangkan, kegiatan yang kedua yaitu penanaman tunas kelapa bertujuan untuk memperbanyak tumbuhan di sekitar kita mengingat bahwa di jaman sekarang ini banyak penebangan liar yang akan mengakibatkan polusi udara.” ucap Kak Nita.

    Hari terakhir perkemahan tiba. Kami semua sibuk untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang.

    Upacara dimulai...

    Kakak pembina memberikan amanat dan ditutup dengan doa.

    “Alhamdulilah akhirnya selesai juga acara ini.” kataku.

    “Iyaaa, Ri..Alhamdulillah ya.” kata Elsa.

    Satu tahun kemudian.

    Sekarang aku sudah kelas XI dan menjadi kakak Dewan Penegak. Aku sangat senang dan harus lebih tanggung jawab, disiplin, berusaha, memiliki sifat seperti Trisatya, dan berlaku seperti Dasadharma. Aku masih menyimpan rasa dengan Kak Sam, tetapi entahlah apakah Kak Sam juga memiliki perasaan yang sama dengan ku?” gumamku dalam hati.

    Semilir angin menyejukkan diriku. Aku sedang duduk di taman dekat rumahku.

    “Aku boleh duduk disini?” sahut Kak Sam mengagetkanku.

    “Ehh, Kak Sam... Boleh kak, ada keperluan apa ya, Kak?” tanyaku dengan gugup.

    “Dek, kakak suka sama kamu.” kata Kak Sam.

    Aku melongo mendengar ucapan yang dilontarkan Kak Sam padaku.

    “Hahaha...pasti kakak bercanda kan?” kataku.

    “Enggak, dek, kakak serius.” kata Kak Sam.

    “Eem.............................”kataku.

           Akhirnya aku dan Kak Sam jadian dan inilah kisah tunas kelapa yang pernah kulalui.

    TAMAT

     

  • Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.