Senin, 04 Januari 2021

  • Aksara Bersuara #39

     

                                                        CERPEN
                                                    Kaya: Ulfiana

    Di sebuah kota tinggallah sebuah keluarga kaya. Sepasang suami istri
    tersebut adalah Pak Imron dan Bu Sinta. Bapak Imron tersebut mempunyai 2 anak
    dari Ibu Yuri. Anak tersebut merupakan anak kembar yang bernama Shiva dan
    Shava. Mereka adalah anak kembar yang sifatnya jauh berbeda. Shiva adalah anak
    yang pintar dan cerewet. Sedangkan Shava sebenarnya anak yang baik, namun
    karena pengaruh teman-temannya yang kurang baik menjadikan Shava menjadi
    anak yang suka membantah.
    Oleh orangtuanya mereka berdua sering dimanjakan sehingga kedua anak
    tersebut menjadi anak yang manja. Sebenarnya orangtuanya sangat sayang kepada
    anak tersebut, namun bentuk kasihsayangnya tersebut kurang tepat. Pak Imron
    baru sadar bahwa perilakunya tersebut kurang tepat. Setelah berpikir kembali,
    akhirnya Bapak tersebut memutuskan untuk memasukkan kedua anaknya tersebut
    ke Pesantren. Tetapi kedua anaknya tidak mau apabila dimasukkan ke Pesantren.
    Apabila mereka dimasukkan ke Pesantren maka mereka merasa tidak bebas,
    merasa bahwa mereka akan diatur. Namun, suka tidak suka orangtua tersebut tetap
    memasukkan kedua anak tersebut ke pesantren. Apabila kedua anak tersebut tidak
    nurut atau patuh kepada orang tua maka semua fasilitas nya akan dicabut. Karena
    kedua anak tersebut merasa takut apabila fasilitasnya dicabut, maka terpaksa
    mengikuti perkataan kedua orangtuanya.
    Beberapa hari kemudian, Pak Imron mengantarkan kedua anaknya ke
    Pesantren di Desa terpencil. Tujuan Pak Imron memasukkan ke Pesantren di desa
    terkecil adalah karena agar mereka berdua menjadi anak yang lebih sederhana.
    Perjalanan dari kota menuju lokasi pesantren tersebut sangatlah jauh. Butuh waktu
    lama untuk menuju lokasi tersebut, dengan jalanan yang rusak. Namun, orang tua
    tersebut rela untuk menjalani itu semua agar anaknya merasa sadar bahwa uang
    bukan segalanya. Ia harus merasakan hidup yang sederhana. Setelah sampai di
    pesantren tersebut, kedua anak tersebut kaget melihat keadaan pesantren dengan
    bangunan yang sederhana.
    Pak Imron dan Ibu Sinta bertemu dengan Pak Amar dan Bu Yuri. Mereka
    saling berbincang-bincang terkait anak mereka dan tujuan mereka memasukkan
    anaknya ke Pesantren tersebut. Pak Amar menceritakan awal mulanya
    memasukkan Rizal ke pesantren ini.
    Sebenarnya Rizal itu bukan anak kandung Pak Amar, tetapi mengadopsi
    Rizal dari Panti Asuhan karena selama 10 tahun Pak Imron dan Bu Yuri menikah
    belum diberi kepercayaan untuk mempunyai keturunan. Pak Amar mengadopsi
    Rizal sejak umur 2 tahun. Waktu kecil Rizal adalah anak yang penurut. Sampai
    sekarang pun Rizal menjadi anak penurut dan patuh pada orangtua. Pak Amar dan
    Bu Yuri saya sangat sayang kepadanya. Meskipun Rizal bukan anak kandungnya,
    namun Pak Amar dan Istri sangat sayang dan menganggap Rizal sebagai anak
    kandungnya sendiri. Meskipun Pak Amar dan istrinya adalah orang yang
    sederhana (tidak kaya), namun Pak Amar tetap berjuang untuk menyekolahkan
    Rizal. Rizal selalu membantu orang tua sepulang sekolah. Rizal juga mau untuk
    membawa dagangan ibunya ke sekolah untuk di jual kepada teman-temannya
    maupun guru yang ada di sekolah. Meskipun Rizal seorang laki-laki, namun Rizal
    tidak pernah malu untuk berjualan tersebut, karena itu merupakan sesuatu yang
    halal.
    Suatu ketika, Rizal bilang kepada Pak Amar, “Pak, saya ingin masuk
    pesantren agar mendapatkan ilmu agama untuk bekal diakhirat nanti Pak, Bu.”
    Pak Amar pun seketika terkejut mendengar perkataan Rizal tersebut dan bingung
    dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan ini.
    Beberapa hari kemudian, setelah Pak Amar memikirkan perkataan Rizal
    tersebut, akhirnya Pak Amar memutuskan untuk memasukkan Rizal ke pesantren.
    Meskipun harus meminjam uang kepada saudara untuk melakukan perjalanan dan
    untuk uang masuk pesantren. Pak Amar rela mencari hutang demi anaknya yang
    ingin masuk pesantren. Beberapa hari kemudian, Pak Amar mengantarkan Rizal
    melakukan pendafaran sekaligus mengantarkan Rizal ke pesantren tersebut.
    Ternyata bertemu dengan orang tua Shava dan Shiva yang juga bertujuan
    mengantarkan anaknya untuk mengikuti kegiatan pesantren. Mendengar cerita
    dari Pak Amar tersebut, Shava dan Shiva merasa terenyuh dengan cerita dari Pak
    Amar. Pak Amar rela melakukan apapun demi anaknya meskipun dalam kondisi
    pas-pasan. Seharusnya Shiva dan Shava merasa bersyukur dengan keadaannya
    sekarang yang serba tercukupi. Shiva dan Shava merasa bersemangat dalam
    menjalankan kehidupannya di Pesantren demi membahagiakan orang tuanya serta
    untuk bekal menuju ke akhirat.
  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.