Senin, 04 Januari 2021

  • Aksara Bersuara #34

     

    KISAH TUNAS KELAPA

    Karya : Rimba Nadi Putantri

    Halo,perkenalkan namaku Andriana Permata. Kalian bisa memanggilku Riana. Sekarang aku bersekolah di SMA WIJAYA KUSUMA. Aku duduk di kelas X IPS 1. Aku dikenal sebagai anak yang ceria dan ramah di sekolah, sehingga tidak heran jika aku dikenal banyak anak di sekolah. Aku berasal dari keluarga yang cukup mapan. Nama ayahku Hendri dan ibuku Lana. Aku juga punya kakak lelaki yang bernama Andre Permata. Dia dua tahun lebih tua dariku sehingga dia kelas XII SMA. Aku memiliki sahabat baik namanya Elsa Heisya. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah dan ibunya sudah meninggal sejak kecil karena kecelakaan mobil sehingga ia hidup bersama pamannya. Aku dan Elsa bersahabat dari kecil. Elsa juga sering menginap di rumahku.

    Sinar matahari yang mulai masuk ke dalam kamar membangunkanku dari tidur. Aku tidak berniat untuk sekolah karena aku masih mengantuk.

    “Rianaa! Ayo bangun nak, ini sudah jam 06.45. Kamu mau sekolah tidak. Ini juga masa awal PLS mu,” teriak Mama. Aku langsung membalas teriakan itu, “Iyaa, ma” kataku.

    Aku langsung bergegas ke kamar mandi. Setelah beberapa menit aku selesai mandi dan segera memakai seragam. Lalu, aku menuju ke ruang makan untuk sarapan.

    “Selamat pagi, Ma, Pa.” sapaku.

    “Pagi, sayang.”

    “Ayo makan!” kata Mama.

    “Selamat pagi juga kakakku yang jelek,” kataku sambil menjulurkan lidah.

    “Aduh…sakitt..” aku meringis kesakitan sambil mengelus-elus kepala yang sakit karena dijitak oleh Kak Andre.

    “Kalian ini pagi-pagi udah berantem,” kata Papa melerai.

    “Dia duluan yang mulai, Pa!” ucap Kak Andre yang tidak mau disalahi.

    “Udah-udah kalian mending berangkat ke sekolah. Cepat habisin sarapan. Kalian nanti bisa telat loh.” kata Mama.

    “Yaudah deh kalau gitu, Andre sama Riana pergi dulu ya.” kata Kak Andre. Keduanya berpamitan sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

    Di sekolah…

    “Aku duluan ya, kak.” kataku langsung pergi menuju kelas.

    “Iya hati-hati.” ucap Andre dengan nada ketusnya.

    Pada masa PLS, aku diperkenalkan berbagai organisasi di sekolah baruku. Para anggota organisasi yang ada berlomba-lomba untuk mempromosikan organisasi mereka seperti OSIS, PRAMUKA, PMR, PASKIBRA, dan ROHIS. Kami sangat antusias mendengar setiap anggota yang sedang promosi, tetapi yang paling menarik perhatianku adalah Pramuka karena dalam promosinya menampilkan kegiatan yang ada dalam pramuka, dapat melatih kita dalam kemandirian, dan tanggung jawab. Akhirnya, aku memilih Pramuka. Elsa yang sempat kebingungan memilih organisasi, akhirnya juga pramuka. Setelah masa PLS selesai, aku dan Elsa segera mendaftarkan diri menjadi anggota pramukakepada kakak Dewan Penegak. Untuk menjadi anggota dalam organisasi Pramuka harus mengikuti seleksi. Aku dan Elsa mengikuti seleksinya selama tiga hari.

    “Kak mau tanya?” kataku.

    “Iya, dek. Gimana?” kata Kak Sam.

    “Kak, kapan pengumuman penerimaan anggota baru Pramuka?” kataku.

    “Besok udah ada kok, dek” kata Kak Sam.

    “Oke Kak..Makasih. Saya permisi dulu ya,” kataku.

    “Iya, dek.” kata Kak Sam.

    Akhirnya pengumuman itu datang. Kak Fahri menempelkan pengumumannya di Mading dekat ruang BK.

    “Ehh, Riana…itu kayaknya Kak Fahri nempelin hasil pengumumnnya deh.” kata Elsa.

    “Ooo…itu ,iya kayaknya.” kataku.

    Setelah Kak Fahri selesai menempelkan pengumumannya, aku dan Elsa bergegas untuk melihat tulisan di mading. Aku dan Elsa sangat senang membaca pengumuman tersebut, ternyata mereka diterima sebagai anggota Pramuka.

    Beberapa menit kemudian Kak Sam menghampiri kami.

    “Selamat ya, kalian diterima sebagai anggota Pramuka yang baru,” kata Kak Sam.

    “Makasih ya, kak,” kataku.

     

    “Dek, nanti sepulang sekolah kumpul dulu ya,” kata Kak Sam.

    “Iya, kak.” kata aku dan Elsa bersamaan.

    “Wahhh…Kak Sam ganteng banget ya.,” kata Elsa.

    “Gak ah, biasa aja,” kataku.

    Bel pulang sekolah berbunyi. Aku dan Elsa segera menuju ke lapangan untuk kumpul.

    Kak Sam membariskan kami.

    “Perhatian,siap grak!”

    “Lencang depan grak!”

    “Tegak grak!”

    “Istirahat ditempat grak!”

    “Assalamu’alaikum wr.wb. Adik-adik selamat datang di pramuka SMA Wijaya Kusuma, saya sangat senang karena tahun ini yang masuk anggota pramuka banyak. Semoga kalian betah dan terima kasih kepada adik semuanya karena telah masuk organisasi ini. Di sini saya akan menyampaikan bahwa tiga hari mendatang akan diadakan kemah di lingkungan sekolah khusus untuk anggota baru. Perlengkapan yang harus dipersiapkan adik-adik sudah ada di kertas yang kakak pegang. Kakak akan membagikan satu persatu.”

    “O ya dik, perlengkapannya harus dipenuhi semuanya ya. Jangan membawa barang aneh-aneh seperti bedak, parfum, dan rokok,” kata Kak Ibnu.

    “Siap kak,” kata kelas X.

    Hari itu pun tiba, kami kelas X berangkat ke sekolah pukul 06.00. Kami melakukan registrasi di depan gerbang.

    “Mohon perhatiannya ya dik, sebentar lagi akan diadakan upacara pembukaan, kakak minta kalian persiapkan diri dan tolong tasnya ditaruh di kelas X IPA 1.”

    “Iya kak,” kata kelas X serempak.

    Upacara pembukaan pun dimulai...

    Lalu kak Sunaryo memberikan amanat.

    “...Saya mengucapkan terima kasih kepada kakak Dewan Penegak karena telah mengadakan kegiatan ini. Semoga dapat membawa manfaat bagi kita semua.”

    Tiba-tiba di tengah barisan, Riana pingsan. Kak Sam pun kemudian membawa Riana ke UKS.

    “Ya ampun, Riana,” kata Elsa sambil menjerit.

    Di dalam UKS Riana terbangun dan kaget karena ada seseorang yang duduk di kursi UKS, orang itu tersenyum pada Riana.

    “Kamu dah siuman, mau minum?” kata Kak Sam.

    “Iya, kak.” kata Riana.

    “Riana, kamu gak papa kan?” kata Elsa.

    “Gak papa kok,” kata Riana.

    “O...ya udah. Aku pergi dulu ya,” kata Kak Sam.

    “Oke, kak.” kata Riana.

    “Ihhh Riana, Kak Sam itu baik banget ya. Udah ganteng, perhatian lagi,” kata Elsa.

    Riana pun hanya tersenyum...

    Kegiatan penjelajahan pun di mulai, kami kelas X menjelajah di sekitar sekolah dari jam sepuluh sampai jam empat sore. Kami sangat lelah.

    “Ya ampun capek banget...” keluh Elsa.

    “Iya nih. Rutenya jauh banget..” kata Milka.

    “Jangan ngeluh gitu dong. Kita harus jalani dengan ikhlas tanpa ada paksaan,” kata Riana.

    “Iya iya.” kata Milka dengan nada ketusnya.

    Setelah sampai di sekolah, kami pun istirahat di kelas X IPA 1 dan shalat sebagai kewajiban umat muslim.

    “Ihhh...bedak, parfum, sama lipstikku disita...” kata Elsa.

    “Minyak rambutku juga disita,” kata Roni.

    “Kalian sih udah tahu gak boleh bawa barang aneh-aneh, ehh masih aja dibawa,” kata Riana.

    “Tapi kapan ya nyitanya,” kata Milka.

    “Mungkin pas kita kegiatan penjelajahan,” kata Elsa.

    Malam pun tiba...

    Kegiatan kali ini yaitu pentas seni. Semua anak berhak menampilkan salah satu pentas seni sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

    “Riana, kamu mau nampilin apa?” tanya Elsa.

    “Aku mau nyanyi aja. Kalau kamu, Sa?”

    “Aku mungkin bermain gitar,” jawab Elsa.

    Hallo, selamat malam adik-adik. Kakak mau tanya siapa yang mau maju duluan?” kata Kak Rian.

    Semuanya hening tanpa ada jawaban.

    “Oke, kalau gak ada yang mau mengajukan diri untuk maju, kakak tunjuk ya. Iya kamu perempuan yang di belakang sendiri,” kata Kak Rian.

    “Hah, aku?” Riana tersontak kaget.

    “Iya benar kamu, kamu mau menampilkan apa?” tanya Kak Rian.

    “Aku ingin nyanyi, kak.”

    “Baiklah kamu akan nyanyi dan diiringi gitar oleh Kak Sam.” kata Kak Rian.

    “Ya ampun aku kok jadi gugup gini ya,bukan karena dilihatin banyak orang tetapi akan diiringi gitar oleh Kak Sam,”  batin Riana.

    Suara gentingan gitar pun berbunyi. Aku mulai menyanyi dan mataku tanpa henti-hentinya memandangi Kak Sam. Mata Kak Sam juga memandangi aku. Jadi, mata kita saling bertemu. Perasaan itu muncul di hatiku...

    Setelah nyanyian selesai, aku ucapkan terima kasih. Suara tepuk tangan pun berbunyi.

     

    “Wah, suara kamu bagus juga ya.” kata Kak Sam.

    “Makasih ya, kak,” jawabku.

    Hari ini hari dimana perkemahan berakhir. Upacara penutupan sudah selesai.

    “Riana, kamu pulang dijemput siapa?” tanya Elsa.

    “Gak tahu nih, Papaku lagi di luar kota, kakakku lagi ada urusan. Mungkin aku naik ojek” kataku.

    “O..ya udah. Aku pulang duluan ya, udah dijemput pamanku, maaf ya aku gak bisa pulang bareng kamu. Aku kan dijemput pake motor.” kata Elsa.

    “Iya, gak papa, Sa. Hati-hati di jalan yaa.,” kataku.

    Semua anak yang mengikuti kegiatan sudah pulang, tinggal Riana saja.

    Suara klakson pun berbunyi. Aku terkejut.

    “Hai dik belum pulang, mau kakak antar?” kata Kak Sam.

    “Emm..,boleh kak” kataku.

    Selama perjalanan, aku sangat senang karena Kak Sam selalu menciptakan suasana yang lucu. Awalnya, merasa canggung tetapi lama kelamaan biasa saja.

    Setelah sampai di rumah.

    “Kak, mau mampir dulu gak?” tanyaku.

    “Boleh, dik. Kakak duduk di luar saja ya,” kata Kak Sam.

    “Riana dia siapamu, pacar ya?” tanya Mama.

    “Bukan, Ma. Dia kakak kelas ku.” jawabku.

    “Owalah, siapkan minum untuknya!” kata Mama.

    “Iya, Ma.” kataku.

    Setelah selesai minum, aku dan Kak Sam mulai mengobrol.

    “Dek, kenapa kamu ikut organisasi ini. Organisasi pramuka cukup berat.” kata Kak Sam.

    “Karena pramuka adalah suatu organisasi yang dapat membuat kita lebih bertanggung jawab terhadap segala sesuatu dan kita dapat lebih mengerti arti dari sebuah kehidupan.” kataku.

    “Wah, kakak kagum dengan jawaban kamu. Sekarang kebanyakan perempuan tidak mau ikut organisasi ini dengan alasan yang macam-macam.” kata Kak Sam.

    “Alasannya apa saja, kak?” tanya ku.

    “Ya seperti takut hitamlah karena terkena sinar matahari,pramuka melelahkan ini dan itu. Mereka lebih senang berjalan-jalan ke mall,” jawab Kak Sam.

    “O...gitu ya, kak” kataku.

    “Terus juga, dik..emm.. mereka pada takut sama kakak Dewan Penegak karena galak. Padahal, kakak dan saudara kakak hanya berusaha tegas.” jelas Kak Sam.

    Hari kemudian ketika di sekolah.

    “Riana, aku dengar-dengar kamu kemarin diantar pulang sama Kak Sam ya?” tanya Elsa.

    “Hehehe iya. Kak Sam itu ternyata hebat ya, orangnya baik. Aku baru menyadari kalau dia itu ganteng,” kataku berbisik pada Elsa.

    “Jangan-jangan kamu naksir ya???” kata Elsa.

    “Emmm...mungkin..” kata Riana.

    Setelah pulang sekolah, seperti biasa aku dan Elsa kumpul di lapangan. Kumpul kali ini latihan pionering untuk mempersiapkan perkemahan besar satu minggu lagi.

    “Halo dik, kakak disini akan membahas mengenai pioneering.” kata Kak Ibnu.

    Materi yang ia bawakan itu sederhana, tetapi sangat mudah dipahami. Kadang-kadang ia sering membuat lelucon supaya suasana tidak terlalu tegang.

    “Setelah kalian memahami materi ini, maka dilanjutkan dengan kalian mempratekkan sendiri pionering yang sudah kakak ajarkan. Kalian mengerti?” kata Kak Ibnu.

    “Siap, mengerti.” kata kelas X serempak.

    “Duh gimana nih, aku kok lupa lagi sih. Padahal, tadi aku inget tapi sekarang lupa lagi.” kataku.

    “Dek, kamu kesulitan ya? Sini kakak bantu,” kata Kak Sam mendekatiku. Kak Sam mengajariku dengan sangat telaten. Kadang ia sering melihat ku.

    “Hlo, kak...Kok ngeliatinnya  begitu!?” kataku.

    “Enggak papa kok, dek. Ini udah jadi.” kata Kak Sam.

    “Makasih ya, kak.” kataku.

    Satu minggu kemudian. Perkemahan besar pun dimulai.

    “Aduh upacaranya capek juga ya,” kata Milka.

    “Ya iyalah capek namanya juga upacara,” kataku.

    Kegiatan hari pertama yaitu penjelajahan di sekitar lapangan perkemahan. Penjelahan kali ini lebih jauh daripada penjelajahan yang lalu.

    “Duh...berhenti dulu Ri. Capek banget nih,” kata Elsa.

    “Okay..Nih minum dulu!” kataku.

    “Makasih,” kata Elsa.

    Penjelajahan berlanjut dan sampai akhirnya kembali ke lapangan. Menurutku penjelajahan kali ini cukup melelahkan, tetapi menyenangkan karena kita dapat mengenal lebih jauh tentang kondisi alam yang sebenarnya dan memberikan banyak ilmu.

    Malam yang kami tunggu-tunggu telah tiba yaitu malam api anggun. Kakak Dewan Penegak sibuk mempersiapkan kegiatan api unggun. Kami pun ikut membantunya.

    Suasana hening...

    Api unggun segera dinyalakan. Semua terfokus pada api unggun dan terdengar suara nyanyian.

    Api kita sudah menyala

    Api kita sudah menyala

    Api api api api api api

    Api kita sudah menyala.

    Selanjutnya suara tepuk tangan pun berbunyi.

    Dor...Dor...Dor...Kembang api mulai dinyalakan.

    “Tolong!!! Aku takutttt...” jeritku sambil menangis.

    “Dek, kenapa kamu teriak-teriak. Jangan nangis dong!” kata Kak Sam.

    Kak Sam terus saja menenangkanku dengan menepuk-nepuk bahuku.

    “Hiks...hiks...Aku takut sama kembang api karena aku pernah terkena kembang api dan itu menjadi trauma bagiku,” kataku.

    “Udah, tenang-tenang, ada kakak kok disini,” kata Kak Sam.

    Malam berganti pagi. Posisi bulan pun digantikan oleh matahari.

    “Selamat pagi, adik-adik. Kegiatan hari kedua yang akan kita laksanakan yaitu penjelajahan, tetapi penjelajahan kali ini berbeda karena kalian akan melakukan pengambilan sampah yang kalian lihat ketika di jalan dan penanaman tunas kelapa. Apa kalian siap?” kata Kak Nita.

    “Siap, kak.” kata kelas X serempak.

    “Ada yang mau bertanya?” kata Kak Nita.

    “Apa tujuan dari kegiatan ini?” tanyaku.

    “Kegiatan yang pertama bertujuan agar lingkungan di sekitar kita menjadi bersih dan sehat. Sedangkan, kegiatan yang kedua yaitu penanaman tunas kelapa bertujuan untuk memperbanyak tumbuhan di sekitar kita mengingat bahwa di jaman sekarang ini banyak penebangan liar yang akan mengakibatkan polusi udara.” ucap Kak Nita.

    Hari terakhir perkemahan tiba. Kami semua sibuk untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang.

    Upacara dimulai...

    Kakak pembina memberikan amanat dan ditutup dengan doa.

    “Alhamdulilah akhirnya selesai juga acara ini.” kataku.

    “Iyaaa, Ri..Alhamdulillah ya.” kata Elsa.

    Satu tahun kemudian.

    Sekarang aku sudah kelas XI dan menjadi kakak Dewan Penegak. Aku sangat senang dan harus lebih tanggung jawab, disiplin, berusaha, memiliki sifat seperti Trisatya, dan berlaku seperti Dasadharma. Aku masih menyimpan rasa dengan Kak Sam, tetapi entahlah apakah Kak Sam juga memiliki perasaan yang sama dengan ku?” gumamku dalam hati.

    Semilir angin menyejukkan diriku. Aku sedang duduk di taman dekat rumahku.

    “Aku boleh duduk disini?” sahut Kak Sam mengagetkanku.

    “Ehh, Kak Sam... Boleh kak, ada keperluan apa ya, Kak?” tanyaku dengan gugup.

    “Dek, kakak suka sama kamu.” kata Kak Sam.

    Aku melongo mendengar ucapan yang dilontarkan Kak Sam padaku.

    “Hahaha...pasti kakak bercanda kan?” kataku.

    “Enggak, dek, kakak serius.” kata Kak Sam.

    “Eem.............................”kataku.

           Akhirnya aku dan Kak Sam jadian dan inilah kisah tunas kelapa yang pernah kulalui.

    TAMAT

     

  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.