Resensi Film Elemental: Forces of Nature
Karya: Westu Sedyo Kinasih
Judul : Elemental: Forces of Nature
Sutradara : Peter Sohn
Produser : Denise Raam
Penulis : John Hoberg, Kat Likkel, Brenda Hsueh
Penata musik : Thomas Newman
Perusahaan : Walt Disney Pictures, Pixar Animation Studios
Negara : Amerika Serikat
Bahasa : Inggris
Tanggal rilis : 27 Mei 2023
Durasi : 1 jam 49 menit
Genre : Komedi romantis
Menyatukan hal yang sukar disatukan, itulah tema film yang berjudul Elemental: Forces of Nature ini. Tidak banyak yang tahu bahwa film ini terinspirasi dari pengalaman sutradaranya sendiri yakni Peter Sohn, inspirasi pertama, ia menceritakan bahwa ia tumbuh di kota New York dengan kedua orang tua imigran dari Korea, kedua orang tuanya mengalami kesulitan saat menjalani kehidupan di tempat baru karena mereka tidak memiliki banyak keluarga dan uang di sana, keluarganya pun beradaptasi di New York dengan membuka toko kebutuhan sehari-hari, inspirasi kedua dari film ini yakni Peter Sohn saat masih kecil mengimajinasikan tabel periodik kimia seperti apartemen yang memiliki elemen berbeda tiap kotaknya, selanjutnya ia memperoleh inspirasi ketiga ketika ia yang menikah dengan orang bukan Korea, yang mana terdapat tantangan karena perbedaan budaya antara mereka. Peter Sohn menyenangi ide yang bertolak belakang, seperti air dan api, itulah alasannya menciptakan karakter utama yaitu Ember dan Wade. Peter Sohn juga ingin menceritakan komunitas dimana elemen yang bukan jenis serupa seperti api, air, tanah, dan udara dapat hidup bersama. Film Elemental yang diceritakan ini diatur dalam kota besar dan diperuntukkan untuk siapa saja yang siap untuk melakukan pengorbanan dan mengambil resiko.
Film ini menceritakan tentang kisah cinta Ember dan Wade dimana keduanya mempunyai latar belakang yang berbeda dimana Ember berasal dari elemen api dan Wade berasal dari Elemen air. Diceritakan awal mula cerita dari film ini adalah saat orang tua Ember yang memutuskan untuk pindah ke kota Elemen karena kota api sedang mengalami masalah, padahal kakek dari Ember tidak menyetujui keputusan mereka, kakek Ember meyakini bahwa kota Elemen tidak diperuntukkan untuk elemen api. Kota Elemen sendiri adalah kota yang perkembanganya pesat dan memiliki tingkat kesibukan tinggi, di kota itu dipenuhi berbagai jenis elemen seperti air, tanah, udara, dan tanah yang saling melakukan hubungan timbal balik.
Saat pertama kali datang ke kota Elemen, orang tua Ember mengalami berbagai penolakan dari warga kota Elemen khususnya dari elemen air, mereka beranggapan bahwa api dapat menganggu kelangsungan hidup kota Elemen, sejak saat itu orang tua Ember, khususnya ayah Ember membenci elemen air, sering berjalannya waktu, orang tua Ember beradaptasi di sana dengan membangun toko untuk memenuhi kebutuhan elemen api yang juga hidup di kota Elemen, tokonya pun berkembang, sehingga hidup keluarga Ember pun tercukupi.
Saat Ember dewasa, ayah Ember memberikan kesempatan pada Ember untuk mengelola tokonya itu, hal itu dilakukan mengingat usia kedua orang tua Ember yang sudah tua, akan tetapi ayah Ember bersikeras untuk memberikan kesempatan pada Ember itu saat ayah Ember yakin bahwa Ember benar benar bisa diberi kepercayaan, oleh karena itu, Ember berusaha keras untuk meyakinkan ayahnya bahwa dia bisa mengelola tokonya itu, namun terkadang, saat mengelola toko, Ember tidak bisa mengelola emosinya, hal itu membuat ayahnya belum dapat memberikan kepercayaan untuknya.
Suatu hari saat Ember sedang melayani pengunjung toko, Ember tidak bisa menahan emosi pada pelanggannya, emosi yang ia luapkan sangat dahsyat hingga membocorkan pipa-pipa air dalam rumahnya, hingga rumahnya dipenuhi dengan genangan air, kejadian itu merupakan kali pertama Ember dan Wade bertemu, Wade terjebak dalam pipa-pipa itu saat bekerja, untung saja genangan air tersebut tidak mengenai nyala api yang merupakan kenangan terkhir orang tua Ember dari kota asalnya.
Wade yang merupakan inspektur kota tentu saja segera melaporkan kebocoran air tersebut terhadap atasannya, ia mengatakan kepada Ember apabila masalah pipa-pipa dalam rumah Ember tidak bisa dibenahi, maka rumah Ember akan dihancurkan untuk mengatasi masalah pipa, sehingga otomatis toko ayah Ember dapat ditutup, Ember yang merasa bersalah karena ulahnya takut akan toko ayahnya yang ditutup, Ember segera mengejar Wade, namun sayangnya laporan Wade tentang kebocoran pipa di rumah Ember sudah terlanjur dikirim. Ember yang sedih menceritakan semuanya pada Wade tentang tokonya, hal itu membuat Wade merasa iba pada Ember. Wade yang mengetahui tentang air dan kebocoran pipa segera membantu Ember untuk mencari akar permasalahan yang menyebabkan air bisa bocor ke pemukiman kota Elemen.
Saat mereka mencoba menyelesaikan akar permasalahan untuk menyanggupi batas waktu yang diberikan oleh atasan Wade, timbul rasa cinta di antara mereka, namun keduanya masih takut karena perbedaan yang mencolok antara mereka. Selang beberapa waktu masalah perpipaan sudah selesai sehingga toko Ember tidak jadi ditutup.
Ember dan Wade yang menyadari mereka berbeda sempat berkencan, mereka berkencan pada suatu tempat yang mana di tempat itu Ember bisa melihat bunga Vivisteria yang ingin dilihatnya semasa kecil, namun karena tidak diperbolehkan oleh elemen lain, Ember yang merupakan elemen api tidak diperbolehkan masuk karena dikhawatirkan dapat mengganggu keamanan elemen lain. Pada kencan itu mereka baru menyadari bahwa mereka ternyata bisa bersatu walaupun dari elemen yang berbeda. Singkat cerita mereka berdua sering bersama, dari kebersamaan itu mereka mengenal satu sama lain, Wade jadi mengetahui jika sebenarnya Ember sebenarnya tidak ingin meneruskan usaha ayahnya, Ember ingin meneruskan usaha ayahnya karena ingin balas budi pada keluarganya yang telah membesarkannya dengan susah payah, padahal Ember memiliki passion lain yang ingin dijalankannya sedangkan Ember mengetahui bahwa Wade mudah menangis jika mengingat kejadian yang menyedihkan. Kendati demikian, walaupun hubungan mereka mendapat lampu hijau dari keluarga Wade, namun sebaliknya pada keluarga Ember, keluarga Ember masih membenci elemen air, sehingga hubungan yang awalnya mereka tutup-tutupi, ketika diketahui oleh orang tua Ember, tentu saja kedua orang tua Ember tidak merestui hubungan mereka.
Sampai di suatu waktu, masalah yang awalnya dianggap selesai, ternyata tidak demikian. Akar masalah kebocoran air yang sudah diselesaikan sebelumnya oleh Ember dan Wade ternyata mengalami kerusakan lagi sehingga air dari pelabuhan membanjiri kota Elemen, hal ini tentunya sangat mengancam keluarga elemen api Ember. Ember pun berusaha menyelamatkan keluarganya, ia juga bersusah payah menyelamatkan kenang kenangan orang tuanya dari kota asalnya yakni nyala api, tak disangka Wade yang sebelumnya mendapat penolakan dari orang tua Ember masih mau menolong keluarga Ember, bahkan Wade bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Ember dan keluarganya.
Singkat cerita, banjir yang dahsyat mereda, kebocoran air dapat diatasi, sejak saat kejadian itu kedua orang tua Ember yang mengetahui akan ketulusan Wade merestui hubungan mereka, mereka pun menikah dan memutuskan untuk bekerja ke kota lain untuk bekerja sesuai dengan passion mereka masing-masing.
Secara umum, film ini sangatlah unik karena banyak pembelajaran yang bisa diambil darinya. Film ini bisa menyatukan konsep perbedaan dan pengorbanan, film ini memotivasi kita untuk selalu optimis dalam menyelesaikan segala permasalahan. Dilihat dari animasi kartunnya, Disney dan Pixar memanjakan penontonya dengan karakter dan animasi serta pemilihan warna yang colorful khasnya. Tentunya menggunakan juga konsep cerita out of the box dan belum pernah terpikirkan sebelumnya, musik yang digunakan juga sangat ceria sesuai dengan isi film. Film ini sebenarnya bisa ditonton oleh segala umur, namun karena ada satu adegan saja, yakni adegan ciuman, penulis resensi ini tidak menyarankan untuk film ini dapat ditonton oleh anak di bawah umur. Kesimpulannya, film ini tidak akan rugi bagi anda yang sedang membutuhkan rekomendasi hiburan ceria menonton bioskop karena karakter serta grafik filmnya sangat “mahal” dan ceritanya yang out of the box tetapi isi ceritanya sebenarnya relate pada kehidupan sehari-hari sehingga mengandung banyak makna yang sarat akan pesan moral yang bisa diambil dari film ini.
0 comments:
Posting Komentar