Minggu, 13 Agustus 2023

  • Jurnal Karya 2023 "Makalah" #21


                                       



    PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    TAHUN AKADEMIK 2022/2023


    KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT

     

    Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

     

    Dosen Pengampu: Drs. Imam Suyanto, M.Pd.




    Disusun Oleh:

    Nama               : Fienasya Arsya Nugroho

    NIM                : K7122126

    No. Absen       : 06

    Kelas               : 2H

     

     

    PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    TAHUN AKADEMIK 2022/2023


    KATA PENGANTAR

                Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, Kesehatan dan petunjuk sehingga makalah dengan judul “Kebahagiaan Dunia dan Akhirat” dapat diselesaikan.

                Sholawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, serta kepada para sahabat, dan pengikut-pengikut-Nya yang selalu setia. Semoga kita termasuk golongan umatnya yang mendapatkan syafa’at kelak di Yaumul Qiyamah.

                Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat memenuhi fungsinya sebagai khazanah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan dari pembaca guna memperbaiki pembuatan makalah pada tugas lain di waktu yang akan datang.

                Selesainya makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

    1.      Bapak Dr. Suhartono, M.Pd. selaku Keprodi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kebumen.

    2.      Bapak Drs. Imam Suyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

    3.      Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi penulis.

     

    Kebumen, 13 April 2023

    Penulis


    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................... ii....

    DAFTAR ISI ................................................................................................ iii    

    BAB I (PENDAHULUAN) ......................................................................... 1    

    A.    Latar Belakang Masalah .................................................................... 2    

    B.     Rumusan Masalah .............................................................................. 2    

    C.     Tujuan Pembahasan ........................................................................... 2

    BAB II (PEMBAHASAN) ........................................................................... 3

    A.    Kebahagiaan Hakiki .......................................................................... 3....

    1.      Kebahagiaan Dunia ..................................................................... 5

    2.      Kebahagiaan Akhirat.................................................................... 5

    B.     Konsep Tauhid dan Implementasi dalam Beragama .......................... 8

    1. Pengertian Tauhid .......................................................................... 8

    2. Pembagian Tauhid ......................................................................... 9

    3. Hakikat dan Inti Tauhid ................................................................ 11

    4. Implementasi Tauhid dalam Kehidupan ....................................... 12

    5. Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan Seorang Muslim .................. 12

    C.     Konsep dan Karakteristik Agama Sebagai  ...................................... 13

    Jalan Menuju Kebahagiaan

    BAB III (KESIMPULAN) .......................................................................... 16

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

     


    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang Masalah

    Agama merupakan sarana yang menjamin kebahagaiaan, kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkamn ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara manysia dari segala bentuk perilaku yang negatif. Islam menjamin kebebahagiaan bagi setiap pengikut di dunia maupun di akhirat kelak.

    Hidup bahagia merupakan idaman setiap orang, bahkan menjadi simbol keberhasilan. Namun   hanya   sedikit   orang   yang   mengerti   apa   arti   kebahagiaan   yang   sesungguhnya. Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan yang autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki Islam dan mewujud dalam diri seorang hamba yang menunjukkan sikap muasabah diri (menilai/ mengoreksi diri) yang berpegang pada kebenaran, mensyukuri nikmat Allah yang berupa Iman, Islam, dan kehidupan.

    Menurut Ibnul Qayyim berpendapat bahwa kebahagiaan itu adalah perasaan senang dan tentram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik. Hati yang sehat dan berfungsi dengan baik bisa berhubungan dengan Tuhan sang pemilik kebahagiaan.

    Aristoteles berpendapat bahwa, bahagia bukanlah suatu perolehan untukmanusia, tetapi corak bahagia itu berlain-lain dan berbagai ragam menurut perlainan corak dan ragam orang yang mencarinya. Kadang-kadang sesuatu yang dipandang bahagia oleh seseorang, tidak oleh orang lain. Sebab itu menurut undang-undang Aristoteles, bahagia itu ialah suatu kesenangan yang dicapai olehsetiap orang menurut kehendak masing-masing.

    Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia di dunia bahkan di akhirat. Semua orang tentunya ingin Bahagia di dunia dan selamat ke akhirat. Namun hanya sedikit orang yang mengerti arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat merupakan


    idaman setiap orang, bahkan menjadi symbol keberhasilan sebuah kehidupan. Tidak ada sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Menggantungkan cita-cita menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan tersebut, yaitu bagaimana meraih kebahagiaan hidup. Dan ini menjadi cita-cita setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir terhadap Allah.

     

    B.     Rumusan Masalah

    1.      Bagaimana Definisi Kebahagiaan Dunia dan Akhirat?

    2.      Bagaimana Konsep Tauhid dan Implementasi dalam Beragama?

    3.      Bagaimana Konsep dan Karakteristik Agama Sebagai Jalan Menuju Tuhan dan Kebahagiaan?

     

    C.    Tujuan Pembahasan

    1.      Untuk Mengetahui Definisi Kebahagiaan Dunia dan Akhirat.

    2.      Untuk Mengetahui Konsep Tuhid dan Implementasi dalam Beragama.

    3.      Untuk Mengetahui Konsep dan Karakteristik Agama Sebagai Jalan Menuju Tuhan dan Kebahagiaan.

     



    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    Definisi Hakiki

    Menurut Imam Al-Ghazali, “Kesempurnaan Bahagia itu bergantung kepada tiga kekuatan: a) kekuatan marah, b) kekuatan syahwat, c) kekuatan ilmu.”

    Menurut pendapat filosof islam Al-Ghazali bahwa ada 5 tingkatan kebahagiaan, bagian pertama bahagia akhirat. Itulah bahagia yang baka dan tidak ada fananya. Disanalah suka cita dan tidak ada duka cita padanya. Bagian kedua keutamaan akal budi. Keutamaan ini terbagi menjadi bagian: I)sempurna akal ialah dengan ilmu. 2) sempurnanya iffah (dapat menjaga kehormatan diri), 3) syaja'ah yakni berani karena benar takut karena salah, 4) al- 'adl atau keadilan. Ketiga keutamaan pada tubuh. 4 keutamaan tubuh yaitu, sehat, kuat, clok, dan umur panjang. Keempat keutamaan dari luar badan. yaitu kaya akan harta benda, kaya dengan famili, anak istri, kaum kerabat, lalu terpandang dan terhormat, mulia turunan. Kelima keutamaan yang datang lantaran taufik dan pimpinan Allah. Mengandung 4 perkara, hidayah Allah (petunjuk), irsvad(pimpinan), tasdid Allah (sokongan), ta jid Allah (bantuan).

    Dengan begitu terdapat lima tingkatan dan keutamaan yang harus ditempuh untuk memperoleh kebagahiaan, yaitu mencapai bahagia akhirat dengan membahagiaan budi, tubuh luar, jasad, dan pimpinan, yang saling terkait dan tidak dapat terpisahkan. Kebahagiaan tidak terletak pada apa yang kita inginkan, tetapi terletak pada manfaat yang bisa kita dapatkan dari kebahagiaan tersebut. Mengikuti petunjuk Allah, itulah jalan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan kondisi dimana jiwa terdapat perasaan tenang, damai, ridha terhadap diri sendiri, dan puas terhadap ketetapan Allah. Dan juga kebahagiaan merupakan keimanan kepada Allah dan penguasaan terhadap makna dari ibadah serta memahaminya dengan pemahaman yang


    sempurna dan menerapkannya dalam kehidupan seluruhnya baik yang berkenaan dengan perkara umum ataupun khusus.

    Kebahagiaan adalah hasil dari perbuatan di dunia yang langsung dirasakan. Tetapi ada juga kebahagiaan yang dinikmati di akhirat, yaitu di dalam surga yang kenikmatannya tidak pernah terputus. Adapula manusia yang sukses atau bahagia di dunia, namun celaka atau menderita di akhirat dan mendapatkan tempat di neraka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh firman Allah Surat Hud/11:105-108.

     

     

     

     

     

     


    "Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia (105). Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih) (106). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa vang Dia kehendaki (107). Adapun orang-orang yang berbahagia. Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya (108)."

                Dalam meraih kebahagiaan tersebut baik di dunia maupun di akhirat "Aidh Al- Qarni di dalam bukunya La Tahzan menuliskan bahwa ada 6 sumber kebahagiaan diantaranya, 1) Amal salih, 2) istri shalihah, 3) rumah yang luas, 4) penghasilan yang baik, 5) akhlak yang baik dan penuh kasih sayang kepada sesama, 6) terhindar dari impitan hutang dan sifat boros."

     

    1.      Kebahagiaan Dunia

    Islam telah menetapkan beberapa hukum dan kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qashash/28:77,

     

     

     

     

     

     


    "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang uang berbuat kerusakan."

    2.      Kebahagiaan Akhirat

    Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang sifatnya kekal. menjadi balasan atas segala perbuatan, amal ibadah setiap hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman dalam surah An-Nahl/16:30,

     

     

     

     

     

     

     

     


    "Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertaqwa, "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab, "Kebaikan" Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa."

          Islam telah menetapkan tugas manusia sebagai khalifah (pepimpin) di muka bumi. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan sehingga diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan senantiasa bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya. Hal itu akan menuntun manusia untuk selalu bersabar. berkeinginan kuat, bertawakkal, berani berkorban, dan berakhlak mulia. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridha.

          Makna kebahagiaan di dunia dan akhirat yang dijelaskan dalam Al-quran merupakan penjelasan yang memberi makna bahwa bagaimana kesuksesan dapat menjadi suatu kenikmatan, yakni ketika seseorang memperoleh surga (mendapat keridhaan Allah) dan ketika kesuksesan itu berasal dari ketenangan jiwa dan keadilan antara manusia. Mereka yang berbahagia adalah hamba Allah SWT yang paling banyak timbangan kebaikannya ketika datang hari perhitungan (yaum al-hisab).

          Dengan definisi apapun, ternyata kebahagiaan hanya berarti satu. Kebahagiaan adalah karena Allah, bersama Allah, dekat dengan Allah, mengenal- Nya dan merasa memiliki-Nya dalam jiwa dan keseharian kita. Maka berbahagialah, wahai manusia yang senantiasa melekatkan hatinya, mensandarkan harapannnya hanya kepada Allah dan tidak mengkhianatinya walaupun dia tengah sendiri. Berbahagialah wahai jiwa-jiwa yang damai yang tahu bagaimana cara mensyukuri sebuah kebahagiaan dan pandai berterimakasih selalu kepada sang pemberinya.

          Menurut Usman Kusumana, dalam tulisannya yang berjudul "Menemukan Makna Kebahagiaan Sesungguhnya" terdapat empat golongan orang yang dikatakan berbahagia, yakni:

    a.       Pertama, manusia yang termasuk Sa'idun fiddunyaa wa sa'iidun fil akhirat" orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Itulah karakter orang yang menemukan 'hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat". Jabatan tinggi. harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak memberi kemanfaatan terhadap sesama.

    b.      Kedua, manusia yang termasuk "Sa'iidun fiddunya, saqiyyun fi aakhirat" orang yang "bahagia" hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka) kehidupan akhiratnya. Terdapat tanda petik dalam kalimat bahagia, karena kebahagiaan yang dimaksud sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia dalam segala keberlimpahan materi. tapi dia jauh dari Allah, tidak pernah mau berbagi dan memberi manfaat pada sesama manusia,

    c.       Ketiga, manusia yang termasuk "Saqiyyun fiddunya. Wa Sa'iidun fil aakhirat" orang yang tidak bahagia atau sengsara hidup di dunianya, tetapi dia bahagia hidup di akhiratnya. Boleh jadi dia hidup dalam serba kekurangan, tidak bahagia dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin harta, tapi dia rajin beribadah kepada Allah, memiliki sikap yang baik dalam menjalani kehidupan, menikmati kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan sesama manusia, banyak memberi manfaat dengan apapun yang dimilikinya.

    d.      Keempat, manusia yang tergolong "Saqiyyun Fiddunya wa Saqiyyun fil akhirat" orang yang tidak bahagia di dunia dan tidak bahagia juga hidupnya di akherat pada golongan inilah yang paling sengsara dan celakanya manusia. Dia hidup miskin, serba kurang, sombong, malas beribadah, sama orang bermusuhan, dan ketika meninggal dalam kehidupan akhirat kelak lebih celaka."

     

    B.     Konsep Tauhid dan Implementasi dalam Beragama

    1.      Pengertian Tauhid

    Islam meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa secara mutlak, tidak berbilang dan tidak bersekutu dalam hal apapun. Siapa saja yang meyakini sebaliknya,maka ia telah jatuh pada kezhaliman dan dosa yang besar (syirk). Dimensi terpenting dari persoalan tauhid adalah masalah keesaan Allah ini, karena itu ushuluddin pertama ini di sebut at-tauhid. Tauhid berasal dari akar kata ahad atau wahid yang artinya satu. Dalam Islam, ia adalah asas keyakinan (akidah) bahwa Tuhan itu hanya satu, yakni Allah SWT dan tidak ada yang setara juga sekutu dengan-Nya.

    Dia yang wajib disembah dan dimintai pertolongan. Hanya Dia yang ditaati dan ditakuti. Hanya Dia yang menentukan segala sesuatu di dunia dan akhirat nanti. Tauhid dirangkum dalam kalimat tahlil, Laa ilaaha illallaah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tapi bukan berarti semua orang yang mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illa Allah", serta merta menjadi orang yang sudah bertauhid (merealisasikannya). Akan tetapi, menurut para ulama, agar menjadi seorang yang bertauhid (muwahhid) mesti memenuhi tujuh syarat berikut ini:

    1.      Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat tauhid itu.

    2.      Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen (dari kalimat tauhid itu).

    3.      Menerima dengan hati dan lisan (perkataan) dari segala konsekuensinya.

    4.      Tunduk dan patuh akan apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang dilarang-Nya.

    5.      Benar dalam perkataan. Artinya, apa yang dikatakannya dengan lisan harus sesuai dengan apa yang diyakininya dalam hati.

    6.      Ikhlas dalam melakukan sesuatu.

    7.      Mencintai kalimat tauhid dengan segala konsekuensinya.

    Didalam surat Al-Ikhlas sudah di jelaskan dengan tegas akan keesaan Allah SWT, dan salah seorang Ulama Besar pernah menyebutkan “Satu alasan lain kenapa al-Ikhlash di turunkan adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di masa depan tentang Tuhan, dari sebagian kamu yang meraguinya. "Qulhuwallahu ahad Allahu somad" Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu."

    Selain menyebutkan keesaan Allah SWT. Ayat ini juga tersirat makna bahwa Allah itu satu dan tunggal, di ayat ini Allah juga memerintahkan hamba- Nya untuk mengesakan-Nya. Allah adalah sebaik-baiknya Maha Pencipta dan yang Maha mengatur serta Maha perencana atas apa yang terjadi kepada makhluk ciptaannya. Jadi sudah semestinya kita hanya bergantung kepada Allah. "Lam yalid walam yulad" Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Allah SWT itu tunggal dan berdiri sendiri. Karna jika tidak, maka Allah sama seperti kita makhluk hidup. Sungguh sesuatu hal yang mustahil karna bagaimana mungkin kita makhluk hidup dapat membuat keturunan yang beragam dan berbeda. Dan bagaimana mungkin makhluk hidup dapat menciptakan langit yang secara ilmiah sampai saat ini tidak diketahui ujungnya dan tidak dapat digapai oleh satupun makhluk hidup.

    "Wa lam yakun lahu kufiwan ahad" Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia. Diayat ini juga, memiliki maksud bahwa pencipta tak sama dengan yang diciptakan. Sebagai contoh sebuah meja tidak sama dengan pembuat meja tersebut dalam sifat ataupun bentuk. Dan makna lain yang terkandung dalam ayat ini adalah keagungan dan kesempurnaan yang hanya dimiliki oleh Allah SWT dengan Asmaul Husna-Nya.

    2.      Pembagian Tauhid

    Berdasarkan apa yang didakwahkan oleh para rasul dan kitab-kitab yang telah diturunkan, Tauhid terbagi menjadi tiga :

    a)      Tauhid Rububiyah

    Yaitu meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT lah yang menciptakan, memiliki, membolak-balikan, mengatur alam ini, dan yang Maha mengetahui segala sesuatu.

    Seperti yang telah disebutkan dalam QS. Asy-Syura/26:11

    فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

    "(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang berpasangan, dan dari jenis binatang ternak pula yang berpasangan dan berkembang biak. Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya, dan dialah yang maha mendengar juga maha melihat."

    Hal ini diakui hampir oleh seluruh umat manusia, adapun kaum yang pernah mengingkarinya adalah kaum atheis, yang pada kenyataannya mereka memperlihatkan keingkarannya hanya karna kesombongan mereka. Padahal jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan yang mengaturnya.

     

    b)      Tauhid Uluhiyah

    Yaitu meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT memiliki hak terhadap semua makhluk-Nya. Hanya Dialah yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jeis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakal dan lain-lain. Melainkan hanya untuk Allah SWT semata.

    IMG_256
     

     

     

     

     


    "Dan barang siapa yang menyembah tuhan lain selain Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungan di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang kafir itu tidak ada yang beruntung." Kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini, oleh sebab itulah Allah mengutus para rasul, dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka agar mereka beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

    c)      Tauhid Sifat atau Asma

           Adalah meyakini bahwa sifat-sifat yang ada pada Allah seperti ilmu, kuasa, hidup, dan sebagainya. Dan juga merupakan hakikat Dzat-Nya, dan Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagungan- Nya. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk, yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah dari yang lainnya. Dengan Asmaul husna Allah memerintahkan kita untuk berdoa dan bertawasul kepadanya. Maka hal ini menunjukkan keagungan dan kecintaan Allah kepada doa yang disertai dengan nama nama-Nya. Allah berfirman dalam surat Asy-Syura/42:11,

    "(Dia) Pencipta langit dan humi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

    3.      Hakikat dan Inti Tauhid

          Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selain-Nya tanpa sebab atau perantara, juga mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan adanya tauhid seseorang dapat dengan mudah melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dengan keyakinan semuanya berasal dari Allah SWT. Dengan tauhid pula seorang muslim hanya akan menyembah-Nya dan mengesakan-Nya dan tidak menyembah kepada yang lain.

    4.      Implementasi Tauhid dalam Kehidupan

          Contoh penerapan tauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan selalu menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya seperti beribadah,puasa,nadzar,berdoa hanya kepada Allah swt. Ibadah apapun yang dilakukan semata mata di niatkan hanya kama Allah,tidak berlebih lebihan dalam mencintai sesuatu. Tawakal dan bersabar dalam mengadapi musibah. Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan menyebabkan sikap ini mudah berubah-ubah.

          Jika seseorang sudah benar-benar bertauhid kepada Tuhannya dengan jalan akal dan hati, maka hal itu akan menjadikan jiwanya kokoh dan kuat dan meninggalkan kesan yang baik dan mulia. Selain itu akan mengarahkan ketujuan dan pandangan yang baik dan benar, malah ketingkat keluhuran dan keindahan. Diantaranya:

    a. Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.

    b. Keimanan yang hakiki dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran.

    c. Akan menimbulkan keyakinan yang sesungguh-sungguhnya bahwa hanya Allah jualah Yang Maha Kuasa memberikan rızki.

    d. Ketenangan atau thumakninah.

    e. Dapat mengangkat seseorang dari kekuatan maknawiyah.

    f. Kehidupan yang baik, adil dan makmur.

    5.      Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan Seorang Muslim

                            Tauhid adalah akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid yang kuat, maka seorang muslim akan mampu menjalankan proses penghambaannya kepada Allah tanpa merasa berat dan terpaksa, karena hanya satu tujuan mereka hidup yaitu keinginan mereka untuk bertemu dengan Tuhannya Allah SWT. Implementasi penghambaan mutlak kepada Allah SWT tersebut terwujud dalam berbagai aspek kehidupan seorang muslim, mulai hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut akan terwujud secara selaras dan harmonis, karena memang itulah perintah Allah. Dengan mempunyai aqidah yang kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat dilaluinya dengan baik dan ringan.

                            Di era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global. seorang muslim harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan pengaruh global yang dating banyak memuat unsur-unsur negative yang anti- tauhid. Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai muatan dunia kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.

     

    C.    Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan

    Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu menunjukan sikap tobat melakukan introspeksi dan koreksi diri untuk selalu berpegang pada nilai-nilai dan kebenaran, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan. Berikut pendapat dari beberapa ahli mengenai makna kebahagiaan:

    a.       Al-Alusi

    Konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju kebahagiaan menurut pendapat beberapa ahli. Menurut Al-Alusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai keinginan atau cita-cita yang dituju dan diimpikan.

    b.      Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

    Ibnul Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa kebahagiaan itu merupakan perasaan senang dan tenteram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik. Hati yang sehat dan berfungsi dengan baik bisa berhubungan dengan Sang pemilik kebahagiaan. Kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan. kemuliaan, ilmu, dan hikmah adalah hanya milik Allah. Kebahagiaan dapat diraih jika dekat dengan pemilik kebahagiaan yaitu Allah Swt.

    Allah SWT berfirman. "seandainya bukan karena perlindungan Allah kepada sebagian manusia atas sebagian yang lain, maka rusaklah bumi ini" (QS Al-Baqarah 2:251). Yang dapat kita lakukan sebagai umat manusia untuk menggapai kebahagiaan itu mengharuskan adanya kondisi hati yang sehat (qalbun sailim), maka yang perlu kita lakukan adalah mengetahui karakteristik hati yang sehat dan cara mengobati hati yang sakit agar hati dapat kembali sehat. Karakteristik hati yang sehat adalah sebagai berikut:

    1)      Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat. Adapun makanan yang paling bermanfaat untuk hati adalah iman, sedangkan obat yang paling bermanfaat untuk hati adalah Al-Quran.

    2)      Selalu berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa depan, kita harus berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau berjuang pada waktu sekarang adalah pemilik masa depan, sedangkan yang tidak mau berjuang pada waktu sekarang menjadi pemilik masa lalu.

    3)      Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan ridha-Nya dan dekat dengan-Nya, Berzikir kepada Allah adalah makanan pokoknya, rindu kepada Allah adalah kehidupan dan kenikmatannya.

    4)      Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas amal bukan kepada amal semata.


    BAB III

    KESIMPULAN

     

    1.      Kebahagiaan merupakan kondisi dimana jiwa terdapat perasaan tenang, damai, ridha terhadap diri sendiri, dan puas terhadap ketetapan Allah. Tetapi kebanyakan orang jaman sekarang berpikir bahwa kebahagiaan dapat diraih dengan berlimpahnya harta, tingginya jabatan atau gelar, profesi, dan lain sebagainya. Kebahagiaan tersebut bersifat sementara yaitu hanya dirasakan di dunia saja. Sedang kebahagiaan yang sifatnya kekal (kebahagiaan akhirat) ialah kebahagiaan yang tujuannya beriman kepada Allah dan penguasaan terhadap makna dari ibadah serta memahaminya dengan pemahaman yang sempurna dan menerapkannya dalam kehidupan seluruhnya baik yang berkenaan dengan perkara umum ataupun khusus.

    2.      Untuk memperoleh kebahagiaan, manusia melakukan apapun yang memungkinkan untuk itu, karena kebahagiaan adalah cita-cita tertinggi manusia. Dalam memperoleh kebahagiaan tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses. Banyak manusia memperoleh kebahagiaan setelah sebelumnya menderita. Mereka mengubah kondisi penderitaan yang dialaminya dengan penghayatan terhadap kenyataan hidup yang tidak bermakna, sehingga mereka mampu menemukan hikmah dari penderitaan.

    Dalam meraih kebahagiaan tersebut peran agama begitu penting yaitu sebagai tatanan Tuhan yang dapat membimbing manusia yang berakal untuk berusaha mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu, agama juga mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Agama benar-benar dapat membantu orang dalam mengendalikan dirinya dan membimbingnya dalam segala tindakan. Marilah bina diri masing-masing dengan menjalankan ajaran agama sehingga kebahagiaan dapat dicapai dan dipertahankan. Meskipun kekayaan, pangkat. kedudukan dan atribut-atribut kesenangan dunia lainnya


    tidak menjadi syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan, tetapi semuanya itu merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia menuju tercapainya kebahagiaan.

    3.      Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat tentunya manusia atau umat Islam harus memahami mengenai ajaran tauhid yaitu meyakini dan mengesakan Allah sebagai Tuhan dan sebagai hamba-Nya kita wajib menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.Dengan adanya tauhid seseorang dapat dengan mudah melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dengan keyakinan semuanya berasal dari Allah SWT. Dengan tauhid pula seorang muslim hanya akan menyembah-Nya dan mengesakan-Nya dan tidak menyembah kepada yang lain.

    4.      Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selain-Nya tanpa sebab atau perantara, juga mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan adanya tauhid seseorang dapat dengan mudah melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dengan keyakinan semuanya berasal dari Allah SWT. Dengan tauhid pula seorang muslim hanya akan menyembah-Nya dan mengesakan- Nya dan tidak menyembah kepada yang lain.

                                                                                           


    DAFTAR PUSTAKA

     

    Widi Rohayati, dkk. 2018. Peran Agama Sebagai Alat Utama Untuk Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Makalah.

    Vita. 2018. Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan Dunia dan Keselamatan Akhirat. Makalah.

    Hamim, Khairul. (2016). KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN FILSAFAT. Tasamuh, 13(2), 127-149.


  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2018 LSP FKIP UNS Kampus VI Kebumen.