PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
TAHUN
AKADEMIK 2022/2023
KEBAHAGIAAN
DUNIA DAN AKHIRAT
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen
Pengampu: Drs. Imam Suyanto, M.Pd.
Disusun
Oleh:
Nama : Fienasya Arsya Nugroho
NIM : K7122126
No. Absen : 06
Kelas : 2H
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR KEBUMEN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
TAHUN
AKADEMIK 2022/2023
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, Kesehatan dan
petunjuk sehingga makalah dengan judul “Kebahagiaan Dunia dan Akhirat” dapat
diselesaikan.
Sholawat
serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, serta kepada para
sahabat, dan pengikut-pengikut-Nya yang selalu setia. Semoga kita termasuk
golongan umatnya yang mendapatkan syafa’at kelak di Yaumul Qiyamah.
Penulis
mengharapkan agar makalah ini dapat memenuhi fungsinya sebagai khazanah ilmu
pengetahuan. Penulis menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan dari
pembaca guna memperbaiki pembuatan makalah pada tugas lain di waktu yang akan
datang.
Selesainya
makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:
1. Bapak
Dr. Suhartono, M.Pd. selaku Keprodi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Kebumen.
2. Bapak
Drs. Imam Suyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam yang telah sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman
seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi penulis.
Kebumen,
13 April 2023
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ..................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ................................................................................... ii....
DAFTAR
ISI ................................................................................................ iii
BAB
I (PENDAHULUAN) ......................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah .................................................................... 2
B. Rumusan
Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan
Pembahasan ........................................................................... 2
BAB
II (PEMBAHASAN) ........................................................................... 3
A. Kebahagiaan
Hakiki .......................................................................... 3....
1. Kebahagiaan
Dunia ..................................................................... 5
2. Kebahagiaan
Akhirat.................................................................... 5
B. Konsep
Tauhid dan Implementasi dalam Beragama .......................... 8
1. Pengertian
Tauhid .......................................................................... 8
2. Pembagian
Tauhid ......................................................................... 9
3. Hakikat
dan Inti Tauhid ................................................................ 11
4. Implementasi
Tauhid dalam Kehidupan ....................................... 12
5. Pengaruh
Tauhid dalam Kehidupan Seorang Muslim .................. 12
C. Konsep
dan Karakteristik Agama Sebagai ...................................... 13
Jalan
Menuju Kebahagiaan
BAB
III (KESIMPULAN) .......................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................. 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Agama merupakan sarana yang menjamin kebahagaiaan,
kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkamn ketenangan hati pemeluknya.
Agama akan memelihara manysia dari segala bentuk perilaku yang negatif. Islam
menjamin kebebahagiaan bagi setiap pengikut di dunia maupun di akhirat kelak.
Hidup bahagia merupakan idaman setiap orang, bahkan
menjadi simbol keberhasilan. Namun
hanya sedikit orang
yang mengerti apa
arti kebahagiaan yang
sesungguhnya. Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan yang autentik
artinya lahir dan tumbuh dari nilai-nilai hakiki Islam dan mewujud dalam diri
seorang hamba yang menunjukkan sikap muasabah diri (menilai/ mengoreksi diri)
yang berpegang pada kebenaran, mensyukuri nikmat Allah yang berupa Iman, Islam,
dan kehidupan.
Menurut Ibnul Qayyim berpendapat bahwa kebahagiaan itu
adalah perasaan senang dan tentram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik.
Hati yang sehat dan berfungsi dengan baik bisa berhubungan dengan Tuhan sang
pemilik kebahagiaan.
Aristoteles berpendapat bahwa, bahagia bukanlah suatu
perolehan untukmanusia, tetapi corak bahagia itu berlain-lain dan berbagai
ragam menurut perlainan corak dan
ragam orang yang mencarinya. Kadang-kadang
sesuatu yang dipandang bahagia oleh seseorang, tidak oleh orang lain.
Sebab itu menurut undang-undang Aristoteles, bahagia itu ialah suatu kesenangan
yang dicapai olehsetiap orang menurut kehendak masing-masing.
Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia
di dunia bahkan di akhirat. Semua orang tentunya ingin Bahagia di dunia dan
selamat ke akhirat. Namun hanya sedikit orang yang mengerti arti kebahagiaan
yang sesungguhnya. Hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat merupakan
idaman setiap orang, bahkan menjadi symbol keberhasilan sebuah
kehidupan. Tidak ada sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk
meraihnya. Menggantungkan cita-cita menjulang setinggi langit dengan puncak
tujuan tersebut, yaitu bagaimana meraih kebahagiaan hidup. Dan ini menjadi
cita-cita setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir terhadap Allah.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Definisi Kebahagiaan Dunia dan Akhirat?
2. Bagaimana
Konsep Tauhid dan Implementasi dalam Beragama?
3. Bagaimana
Konsep dan Karakteristik Agama Sebagai Jalan Menuju Tuhan dan Kebahagiaan?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk
Mengetahui Definisi Kebahagiaan Dunia dan Akhirat.
2. Untuk
Mengetahui Konsep Tuhid dan Implementasi dalam Beragama.
3.
Untuk Mengetahui Konsep dan
Karakteristik Agama Sebagai Jalan Menuju Tuhan dan Kebahagiaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Hakiki
Menurut Imam
Al-Ghazali, “Kesempurnaan Bahagia itu bergantung kepada tiga kekuatan: a)
kekuatan marah, b) kekuatan syahwat, c) kekuatan ilmu.”
Menurut pendapat
filosof islam Al-Ghazali bahwa ada 5 tingkatan kebahagiaan, bagian pertama
bahagia akhirat. Itulah bahagia yang baka dan tidak ada fananya. Disanalah suka
cita dan tidak ada duka cita padanya. Bagian kedua keutamaan akal budi.
Keutamaan ini terbagi menjadi bagian: I)sempurna akal ialah dengan ilmu. 2)
sempurnanya iffah (dapat menjaga kehormatan diri), 3) syaja'ah yakni berani
karena benar takut karena salah, 4) al- 'adl atau keadilan. Ketiga keutamaan
pada tubuh. 4 keutamaan tubuh yaitu, sehat, kuat, clok, dan umur panjang.
Keempat keutamaan dari luar badan. yaitu kaya akan harta benda, kaya dengan famili,
anak istri, kaum kerabat, lalu terpandang dan terhormat, mulia turunan. Kelima
keutamaan yang datang lantaran taufik dan pimpinan Allah. Mengandung 4 perkara,
hidayah Allah (petunjuk), irsvad(pimpinan), tasdid Allah (sokongan), ta jid
Allah (bantuan).
Dengan begitu
terdapat lima tingkatan dan keutamaan yang harus ditempuh untuk memperoleh
kebagahiaan, yaitu mencapai bahagia akhirat dengan membahagiaan budi, tubuh
luar, jasad, dan pimpinan, yang saling terkait dan tidak dapat terpisahkan.
Kebahagiaan tidak terletak pada apa yang kita inginkan, tetapi terletak pada
manfaat yang bisa kita dapatkan dari kebahagiaan tersebut. Mengikuti petunjuk
Allah, itulah jalan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan kondisi dimana jiwa
terdapat perasaan tenang, damai, ridha terhadap diri sendiri, dan puas terhadap
ketetapan Allah. Dan juga kebahagiaan merupakan keimanan kepada Allah dan
penguasaan terhadap makna dari ibadah serta memahaminya dengan pemahaman yang
sempurna dan menerapkannya dalam
kehidupan seluruhnya baik yang berkenaan dengan perkara umum ataupun khusus.
Kebahagiaan
adalah hasil dari perbuatan di dunia yang langsung dirasakan. Tetapi ada juga
kebahagiaan yang dinikmati di akhirat, yaitu di dalam surga yang kenikmatannya
tidak pernah terputus. Adapula manusia yang sukses atau bahagia di dunia, namun
celaka atau menderita di akhirat dan mendapatkan tempat di neraka. Hal ini
seperti yang dijelaskan oleh firman Allah Surat Hud/11:105-108.
"Di kala datang hari itu,
tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. Maka di antara
mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia (105). Adapun orang-orang yang
celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan
menarik nafas (dengan merintih) (106). Mereka kekal di dalamnya selama ada
langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa vang Dia kehendaki (107). Adapun
orang-orang yang berbahagia. Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya
selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain);
sebagai karunia yang tiada putus-putusnya (108)."
Dalam
meraih kebahagiaan tersebut baik di dunia maupun di akhirat "Aidh Al-
Qarni di dalam bukunya La Tahzan menuliskan bahwa ada 6 sumber kebahagiaan
diantaranya, 1) Amal salih, 2) istri shalihah, 3) rumah yang luas, 4)
penghasilan yang baik, 5) akhlak yang baik dan penuh kasih sayang kepada
sesama, 6) terhindar dari impitan hutang dan sifat boros."
1. Kebahagiaan
Dunia
Islam telah menetapkan beberapa hukum dan kriteria
yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya
saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju
akhirat. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah
kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qashash/28:77,
"Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
uang berbuat kerusakan."
2. Kebahagiaan
Akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang
sifatnya kekal. menjadi balasan atas segala perbuatan, amal ibadah setiap hamba
selama hidup di dunia. Allah berfirman dalam surah An-Nahl/16:30,
"Dan
kemudian dikatakan kepada orang yang bertaqwa, "Apakah yang telah
diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab, "Kebaikan" Bagi orang
yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat
pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa."
Islam telah menetapkan tugas manusia
sebagai khalifah (pepimpin) di muka bumi. Bertugas memakmurkan bumi dan
merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam
pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan sehingga diperlukan usaha yang
sungguh-sungguh dan senantiasa bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan
sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti
dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.
Hal itu akan menuntun manusia untuk selalu bersabar. berkeinginan kuat,
bertawakkal, berani berkorban, dan berakhlak mulia. Semua ini akan mendatangkan
ketenangan, kebahagiaan, dan ridha.
Makna kebahagiaan di dunia dan akhirat
yang dijelaskan dalam Al-quran merupakan penjelasan yang memberi makna bahwa
bagaimana kesuksesan dapat menjadi suatu kenikmatan, yakni ketika seseorang
memperoleh surga (mendapat keridhaan Allah) dan ketika kesuksesan itu berasal
dari ketenangan jiwa dan keadilan antara manusia. Mereka yang berbahagia adalah
hamba Allah SWT yang paling banyak timbangan kebaikannya ketika datang hari
perhitungan (yaum al-hisab).
Dengan definisi apapun, ternyata
kebahagiaan hanya berarti satu. Kebahagiaan adalah karena Allah, bersama Allah,
dekat dengan Allah, mengenal- Nya dan merasa memiliki-Nya dalam jiwa dan
keseharian kita. Maka berbahagialah, wahai manusia yang senantiasa melekatkan
hatinya, mensandarkan harapannnya hanya kepada Allah dan tidak mengkhianatinya
walaupun dia tengah sendiri. Berbahagialah wahai jiwa-jiwa yang damai yang tahu
bagaimana cara mensyukuri sebuah kebahagiaan dan pandai berterimakasih selalu
kepada sang pemberinya.
Menurut Usman Kusumana, dalam tulisannya
yang berjudul "Menemukan Makna Kebahagiaan Sesungguhnya" terdapat
empat golongan orang yang dikatakan berbahagia, yakni:
a. Pertama,
manusia yang termasuk Sa'idun fiddunyaa wa sa'iidun fil akhirat" orang
yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Itulah karakter orang yang
menemukan 'hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat". Jabatan tinggi. harta
berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak memberi
kemanfaatan terhadap sesama.
b. Kedua,
manusia yang termasuk "Sa'iidun fiddunya, saqiyyun fi aakhirat" orang
yang "bahagia" hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka)
kehidupan akhiratnya. Terdapat tanda petik dalam kalimat bahagia, karena
kebahagiaan yang dimaksud sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia
dalam segala keberlimpahan materi. tapi dia jauh dari Allah, tidak pernah mau
berbagi dan memberi manfaat pada sesama manusia,
c. Ketiga,
manusia yang termasuk "Saqiyyun fiddunya. Wa Sa'iidun fil aakhirat"
orang yang tidak bahagia atau sengsara hidup di dunianya, tetapi dia bahagia
hidup di akhiratnya. Boleh jadi dia hidup dalam serba kekurangan, tidak bahagia
dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin harta, tapi dia rajin beribadah
kepada Allah, memiliki sikap yang baik dalam menjalani kehidupan, menikmati
kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan sesama manusia, banyak memberi
manfaat dengan apapun yang dimilikinya.
d.
Keempat, manusia yang tergolong
"Saqiyyun Fiddunya wa Saqiyyun fil akhirat" orang yang tidak bahagia
di dunia dan tidak bahagia juga hidupnya di akherat pada golongan inilah yang
paling sengsara dan celakanya manusia. Dia hidup miskin, serba kurang, sombong,
malas beribadah, sama orang bermusuhan, dan ketika meninggal dalam kehidupan
akhirat kelak lebih celaka."
B. Konsep
Tauhid dan Implementasi dalam Beragama
1. Pengertian
Tauhid
Islam meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa secara
mutlak, tidak berbilang dan tidak bersekutu dalam hal apapun. Siapa saja yang
meyakini sebaliknya,maka ia telah jatuh pada kezhaliman dan dosa yang besar
(syirk). Dimensi terpenting dari persoalan tauhid adalah masalah keesaan Allah
ini, karena itu ushuluddin pertama ini di sebut at-tauhid. Tauhid berasal dari
akar kata ahad atau wahid yang artinya satu. Dalam Islam, ia adalah asas
keyakinan (akidah) bahwa Tuhan itu hanya satu, yakni Allah SWT dan tidak ada
yang setara juga sekutu dengan-Nya.
Dia yang wajib disembah dan dimintai pertolongan.
Hanya Dia yang ditaati dan ditakuti. Hanya Dia yang menentukan segala sesuatu
di dunia dan akhirat nanti. Tauhid dirangkum dalam kalimat tahlil, Laa ilaaha
illallaah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tapi bukan berarti semua orang yang
mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illa Allah", serta merta menjadi
orang yang sudah bertauhid (merealisasikannya). Akan tetapi, menurut para
ulama, agar menjadi seorang yang bertauhid (muwahhid) mesti memenuhi tujuh
syarat berikut ini:
1. Ilmu,
yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat tauhid itu.
2. Yakin,
yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen (dari kalimat tauhid itu).
3. Menerima
dengan hati dan lisan (perkataan) dari segala konsekuensinya.
4. Tunduk
dan patuh akan apa yang diperintahkan-Nya dan apa yang dilarang-Nya.
5. Benar
dalam perkataan. Artinya, apa yang dikatakannya dengan lisan harus sesuai
dengan apa yang diyakininya dalam hati.
6. Ikhlas
dalam melakukan sesuatu.
7.
Mencintai kalimat tauhid dengan segala
konsekuensinya.
Didalam surat
Al-Ikhlas sudah di jelaskan dengan tegas akan keesaan Allah SWT, dan salah
seorang Ulama Besar pernah menyebutkan “Satu alasan lain kenapa al-Ikhlash di
turunkan adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di masa depan tentang
Tuhan, dari sebagian kamu yang meraguinya. "Qulhuwallahu ahad Allahu somad"
Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu."
Selain
menyebutkan keesaan Allah SWT. Ayat ini juga tersirat makna bahwa Allah itu
satu dan tunggal, di ayat ini Allah juga memerintahkan hamba- Nya untuk
mengesakan-Nya. Allah adalah sebaik-baiknya Maha Pencipta dan yang Maha
mengatur serta Maha perencana atas apa yang terjadi kepada makhluk ciptaannya.
Jadi sudah semestinya kita hanya bergantung kepada Allah. "Lam yalid walam
yulad" Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Allah SWT itu tunggal
dan berdiri sendiri. Karna jika tidak, maka Allah sama seperti kita makhluk
hidup. Sungguh sesuatu hal yang mustahil karna bagaimana mungkin kita makhluk
hidup dapat membuat keturunan yang beragam dan berbeda. Dan bagaimana mungkin
makhluk hidup dapat menciptakan langit yang secara ilmiah sampai saat ini tidak
diketahui ujungnya dan tidak dapat digapai oleh satupun makhluk hidup.
"Wa lam
yakun lahu kufiwan ahad" Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia.
Diayat ini juga, memiliki maksud bahwa pencipta tak sama dengan yang
diciptakan. Sebagai contoh sebuah meja tidak sama dengan pembuat meja tersebut
dalam sifat ataupun bentuk. Dan makna lain yang terkandung dalam ayat ini
adalah keagungan dan kesempurnaan yang hanya dimiliki oleh Allah SWT dengan
Asmaul Husna-Nya.
2. Pembagian
Tauhid
Berdasarkan apa yang didakwahkan
oleh para rasul dan kitab-kitab yang telah diturunkan, Tauhid terbagi menjadi
tiga :
a) Tauhid
Rububiyah
Yaitu meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT lah yang
menciptakan, memiliki, membolak-balikan, mengatur alam ini, dan yang Maha
mengetahui segala sesuatu.
Seperti
yang telah disebutkan dalam QS. Asy-Syura/26:11
فَاطِرُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"(Dia)
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang
berpasangan, dan dari jenis binatang ternak pula yang berpasangan dan
berkembang biak. Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya, dan dialah yang maha
mendengar juga maha melihat."
Hal
ini diakui hampir oleh seluruh umat manusia, adapun kaum yang pernah
mengingkarinya adalah kaum atheis, yang pada kenyataannya mereka memperlihatkan
keingkarannya hanya karna kesombongan mereka. Padahal jauh di dalam lubuk hati
mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada
yang membuat dan yang mengaturnya.
b) Tauhid
Uluhiyah
Yaitu meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT memiliki
hak terhadap semua makhluk-Nya. Hanya Dialah yang berhak untuk disembah, bukan
yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jeis
ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakal dan lain-lain. Melainkan
hanya untuk Allah SWT semata.
"Dan
barang siapa yang menyembah tuhan lain selain Allah, padahal tidak ada satu
dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungan di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya orang kafir itu tidak ada yang beruntung." Kebanyakan manusia
mengingkari tauhid ini, oleh sebab itulah Allah mengutus para rasul, dan
menurunkan kitab-kitab kepada mereka agar mereka beribadah kepada Allah saja
dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.
c) Tauhid Sifat
atau Asma
Adalah meyakini bahwa sifat-sifat yang
ada pada Allah seperti ilmu, kuasa, hidup, dan sebagainya. Dan juga merupakan
hakikat Dzat-Nya, dan Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang
sesuai dengan keagungan- Nya. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk,
yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah dari yang lainnya. Dengan
Asmaul husna Allah memerintahkan kita untuk berdoa dan bertawasul kepadanya.
Maka hal ini menunjukkan keagungan dan kecintaan Allah kepada doa yang disertai
dengan nama nama-Nya. Allah berfirman dalam surat Asy-Syura/42:11,
"(Dia)
Pencipta langit dan humi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
3. Hakikat dan
Inti Tauhid
Hakekat dan inti tauhid adalah
agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan
pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selain-Nya tanpa sebab atau
perantara, juga mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan adanya
tauhid seseorang dapat dengan mudah melihat yang baik dan buruk, yang berguna
dan yang berbahaya dengan keyakinan semuanya berasal dari Allah SWT. Dengan
tauhid pula seorang muslim hanya akan menyembah-Nya dan mengesakan-Nya dan
tidak menyembah kepada yang lain.
4. Implementasi
Tauhid dalam Kehidupan
Contoh penerapan tauhid dalam
kehidupan sehari-hari adalah dengan selalu menaati perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya seperti beribadah,puasa,nadzar,berdoa hanya kepada Allah swt.
Ibadah apapun yang dilakukan semata mata di niatkan hanya kama Allah,tidak
berlebih lebihan dalam mencintai sesuatu. Tawakal dan bersabar dalam mengadapi
musibah. Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan
menyebabkan sikap ini mudah berubah-ubah.
Jika seseorang sudah benar-benar bertauhid
kepada Tuhannya dengan jalan akal dan hati, maka hal itu akan menjadikan
jiwanya kokoh dan kuat dan meninggalkan kesan yang baik dan mulia. Selain itu
akan mengarahkan ketujuan dan pandangan yang baik dan benar, malah ketingkat
keluhuran dan keindahan. Diantaranya:
a. Kemerdekaan
jiwa dari kekuasaan orang lain.
b. Keimanan yang
hakiki dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela
kebenaran.
c. Akan
menimbulkan keyakinan yang sesungguh-sungguhnya bahwa hanya Allah jualah Yang
Maha Kuasa memberikan rızki.
d. Ketenangan
atau thumakninah.
e. Dapat
mengangkat seseorang dari kekuatan maknawiyah.
f. Kehidupan
yang baik, adil dan makmur.
5. Pengaruh
Tauhid dalam Kehidupan Seorang Muslim
Tauhid adalah
akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid yang kuat, maka seorang muslim
akan mampu menjalankan proses penghambaannya kepada Allah tanpa merasa berat
dan terpaksa, karena hanya satu tujuan mereka hidup yaitu keinginan mereka
untuk bertemu dengan Tuhannya Allah SWT. Implementasi penghambaan mutlak kepada
Allah SWT tersebut terwujud dalam berbagai aspek kehidupan seorang muslim,
mulai hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia
lainnya, serta hubungan manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut akan
terwujud secara selaras dan harmonis, karena memang itulah perintah Allah.
Dengan mempunyai aqidah yang kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat
dilaluinya dengan baik dan ringan.
Di
era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global. seorang muslim
harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan pengaruh
global yang dating banyak memuat unsur-unsur negative yang anti- tauhid.
Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai muatan dunia
kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk mempertahankan diri dari arus
negative globalisasi tersebut.
C. Konsep
dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan
Kebahagiaan
dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari
nilai-nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu
menunjukan sikap tobat melakukan introspeksi dan koreksi diri untuk selalu
berpegang pada nilai-nilai dan kebenaran, mensyukuri karunia Allah berupa
nikmat iman, islam, dan kehidupan. Berikut pendapat dari beberapa ahli mengenai
makna kebahagiaan:
a. Al-Alusi
Konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju
kebahagiaan menurut pendapat beberapa ahli. Menurut Al-Alusi bahagia adalah
perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai keinginan atau cita-cita yang
dituju dan diimpikan.
b. Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah
Ibnul Qayyim al-Jauziyah berpendapat bahwa
kebahagiaan itu merupakan perasaan senang dan tenteram karena hati sehat dan
berfungsi dengan baik. Hati yang sehat dan berfungsi dengan baik bisa
berhubungan dengan Sang pemilik kebahagiaan. Kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan.
kemuliaan, ilmu, dan hikmah adalah hanya milik Allah. Kebahagiaan dapat diraih
jika dekat dengan pemilik kebahagiaan yaitu Allah Swt.
Allah SWT berfirman. "seandainya bukan karena
perlindungan Allah kepada sebagian manusia atas sebagian yang lain, maka
rusaklah bumi ini" (QS Al-Baqarah 2:251). Yang dapat kita lakukan sebagai
umat manusia untuk menggapai kebahagiaan itu mengharuskan adanya kondisi hati
yang sehat (qalbun sailim), maka yang perlu kita lakukan adalah mengetahui
karakteristik hati yang sehat dan cara mengobati hati yang sakit agar hati
dapat kembali sehat. Karakteristik hati yang sehat adalah sebagai berikut:
1) Hati
menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat. Adapun makanan yang
paling bermanfaat untuk hati adalah iman, sedangkan obat yang paling bermanfaat
untuk hati adalah Al-Quran.
2) Selalu
berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa depan, kita
harus berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau berjuang pada waktu sekarang
adalah pemilik masa depan, sedangkan yang tidak mau berjuang pada waktu
sekarang menjadi pemilik masa lalu.
3) Selalu
mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah. Tidak ada kehidupan,
kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan ridha-Nya dan dekat dengan-Nya,
Berzikir kepada Allah adalah makanan pokoknya, rindu kepada Allah adalah
kehidupan dan kenikmatannya.
4)
Hati yang sehat selalu berorientasi
kepada kualitas amal bukan kepada amal semata.
BAB
III
KESIMPULAN
1. Kebahagiaan
merupakan kondisi dimana jiwa terdapat perasaan tenang, damai, ridha terhadap
diri sendiri, dan puas terhadap ketetapan Allah. Tetapi kebanyakan orang jaman
sekarang berpikir bahwa kebahagiaan dapat diraih dengan berlimpahnya harta,
tingginya jabatan atau gelar, profesi, dan lain sebagainya. Kebahagiaan
tersebut bersifat sementara yaitu hanya dirasakan di dunia saja. Sedang
kebahagiaan yang sifatnya kekal (kebahagiaan akhirat) ialah kebahagiaan yang
tujuannya beriman kepada Allah dan penguasaan terhadap makna dari ibadah serta
memahaminya dengan pemahaman yang sempurna dan menerapkannya dalam kehidupan
seluruhnya baik yang berkenaan dengan perkara umum ataupun khusus.
2. Untuk
memperoleh kebahagiaan, manusia melakukan apapun yang memungkinkan untuk itu,
karena kebahagiaan adalah cita-cita tertinggi manusia. Dalam memperoleh
kebahagiaan tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses.
Banyak manusia memperoleh kebahagiaan setelah sebelumnya menderita. Mereka
mengubah kondisi penderitaan yang dialaminya dengan penghayatan terhadap
kenyataan hidup yang tidak bermakna, sehingga mereka mampu menemukan hikmah
dari penderitaan.
Dalam meraih kebahagiaan tersebut
peran agama begitu penting yaitu sebagai tatanan Tuhan yang dapat membimbing
manusia yang berakal untuk berusaha mencari kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Selain itu, agama juga mengajarkan para penganutnya untuk mengatur
hidupnya agar mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakat yang ada
disekitarnya. Agama benar-benar dapat membantu orang dalam mengendalikan
dirinya dan membimbingnya dalam segala tindakan. Marilah bina diri
masing-masing dengan menjalankan ajaran agama sehingga kebahagiaan dapat
dicapai dan dipertahankan. Meskipun kekayaan, pangkat. kedudukan dan
atribut-atribut kesenangan dunia lainnya
tidak menjadi syarat mutlak untuk
mencapai kebahagiaan, tetapi semuanya itu merupakan sarana yang dapat
menghantarkan manusia menuju tercapainya kebahagiaan.
3. Untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat tentunya manusia atau umat Islam harus
memahami mengenai ajaran tauhid yaitu meyakini dan mengesakan Allah sebagai
Tuhan dan sebagai hamba-Nya kita wajib menaati perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.Dengan adanya tauhid seseorang dapat dengan mudah melihat yang
baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dengan keyakinan semuanya
berasal dari Allah SWT. Dengan tauhid pula seorang muslim hanya akan
menyembah-Nya dan mengesakan-Nya dan tidak menyembah kepada yang lain.
4. Hakekat
dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari
Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selain-Nya tanpa
sebab atau perantara, juga mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan adanya tauhid seseorang dapat dengan mudah melihat yang baik dan buruk,
yang berguna dan yang berbahaya dengan keyakinan semuanya berasal dari Allah
SWT. Dengan tauhid pula seorang muslim hanya akan menyembah-Nya dan mengesakan-
Nya dan tidak menyembah kepada yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Widi Rohayati,
dkk. 2018. Peran Agama Sebagai Alat Utama Untuk Meraih Kebahagiaan Dunia dan
Akhirat. Makalah.
Vita. 2018.
Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan Dunia dan Keselamatan Akhirat. Makalah.
Hamim, Khairul. (2016). KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN FILSAFAT. Tasamuh,
13(2), 127-149.
0 comments:
Posting Komentar